Rabu, 11 Agustus 2010

Tinta Untuk Calon Suamiku

Assalammualaikum wr wb.

Buatmu,

Calon suamiku.

Entah angin apa yang membuai hari ini, yang membuatku begitu berani untuk mencoretkan sesuatu untuk dirimu yang tidak pernah kukenal sebelumnya. Aku sebenarnya tidak pernah berniat untuk memperkenalkan diriku kepada siapa pun. Apalagi mencurahkan sesuatu yang khusus buatmu sebelum tiba masanya. Kehadiran seorang lelaki yang menuntut sesuatu yang aku jaga rapi selama ini semata-mata buatmu. Itulah hatiku dan cintaku, membuatkan aku tersedar dari lenaku yang panjang.
Aku telah dididik ibu semenjak kecil agar menjaga maruah dan mahkota diriku karena Allah telah menetapkannya untuk suamiku, dan dia itu adalah dirimu …suatu hari nanti. Kata ibu, tanggungjawab orangtua terhadap anak perempuan ialah menjaga dan mendidiknya sehingga seorang lelaki mengambil-alih tanggungjawab itu dari mereka. Jadi, kau telah ada dalam diriku sejak dulu lagi. Sepanjang umurku ini.
Aku menutup pintu hatiku daripada lelaki mana pun karena aku tidak mau mengkhianatimu. Aku menghalangi diriku dari mengenali lelaki manapun karena aku tidak mau mengenali lelaki lain selainmu, terlebih lagi memahami mereka. Karena itulah aku sekuat daya dan upayaku yang lemah ini membatasi pergaulanku dengan siapa pun yang bukan mahramku.
Aku sering mendapati diri diperhatikan lelaki. Aku mencoba untuk tidak berprasangka buruk terhadap mereka, tetapi lebih baik aku berjaga-jaga karena sudah banyak kejadian dan contoh banyak di depan mata kita. Apabila terpaksa berurusan dengan mereka, akan aku selalu bersikap ‘expressionless face’ dan ‘cool’. Akan aku palingkan wajahku dari lelaki yang asyik memperhatikan dan menatapku ataupun mencoba menyapaku. Aku sebisa mungkin melarikan pandanganku daripada lawan jenis karena pesan Sayyidatina ‘Aisyah R.A : “sebaik-baik wanita ialah yang tidak memandang dan dipandang”

Aku tidak ingin dipandang cantik oleh lelaki lain, biarlah aku hanya cantik di matamu. Apa gunanya aku menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku hanya boleh menjadi milikmu seorang. Aku tidak merasa bangga menjadi rebutan lelaki bahkan aku merasa terhina diperlakukan begitu seolah-olah aku ini barang yang boleh dimiliki siapa saja sesuka hati. Aku juga tidak mau membuat seorang lelaki putus asa karena dikecewakan lantaran terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat kuberikan.

Bagaimana akan aku jawab di hadapan Allah kelak andai ditanyakan-Nya?
Apakah itu sumbanganku kepada manusia selama hidup di muka bumi?

Kalau aku tidak ingin kau memandang perempuan lain, aku dulu yang perlu menundukkan pandanganku. Aku harus memperbaiki kelemahan dan menghias pribadiku karena itulah yang dituntut Allah. Kalau aku inginkan lelaki yang baik menjadi suamiku, aku juga perlu menjadi perempuan yang baik. Bukankah Allah telah menjanjikan perempuan yang baik itu untuk lelaki yang baik?
Tidak dapat aku nafikan, sebagai remaja aku memiliki perasaan untuk menyayangi dan disayangi; mencintai dan dicintai. Namun, setiap kali perasaan itu datang, setiap kali itulah aku mengingatkan diriku bahwa aku perlu menjaga perasaan itu karena ia semata-mata untukmu
Allah telah memuliakan seorang lelaki yang bakal menjadi suamiku untuk menerima hati dan perasaanku yang suci. Bukan hati yang menjadi sisa lelaki lain. Lelaki itu berhak mendapat kasih yang tulen, bukan yang telah dibagi-bagikan.
Diriku yang lemah ini diuji Allah ketika datang seorang lelaki yang secara tidak sengaja ingin berkenalan denganku. Aku secara keras menolak, pelbagai dalil aku kemukakan, tetapi ia tidak mau mengalah, ia tidak mau berhenti di situ. Dia selalu menghubungiku dan menggangguku.Aku merasa tidak tenteram, seolah-olah seluruh hidupku yang ceria selama ini telah dirampas dariku. Aku tertanya-tanya adakah aku berada di tebing kebinasaan? Aku beristighfar memohon keampunan-Nya. Aku juga berdoa agar Dia melindungi diriku daripada pelbagai kejahatan. Kehadiran lelaki itu membuatkan aku banyak memikirkanmu. Kau seolah-olah hadir disampingku,melindungiku. Aku tahu lelaki yang melamarku itu bukan dirimu. Aku sangat yakin pada kata hatiku, “women intuition”-ku mengatakan lelaki itu bukan dirimu.
Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diriku ini untuk memilih berlian sedangkan aku hanya sebutir pasir yang berserak di mana-mana. Tetapi aku juga punya keinginan seperti gadis lain, dilamar lelaki yang bakal dinobatkan Allah sebagai ahli syurga, memimpinku ke arah tujuan yang satu. Tidak perlu kau memiliki wajah seindah Nabi Yusuf A.S yang mampu mendebarkan jutaan gadis untuk membuatku terpikat. Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauful Mahfuz, Allah pasti meletakkan rasa kasih di dalam hatiku,pun jua di hatimu tatkala pertama kali kita berpandangan. Itu janji Allah.
Akan tetapi, selagi kita belum diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu pula…jangan kau zahirkan perasaanmu itu kepadaku karena kau masih tidak mempunyai hak untuk berbuat begitu. Juga jangan kau lampaui batasan yang telah ditetapkan syariat-Nya. Aku takut itu akan memberi imbas yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak. Permintaanku tidak banyak, cukuplah dirimu yang diinfaqkan seluruhnya pada mencari ridha Ilahi.
akan berasa amat berbahagia andai dapat menjadi tiang ataupun sandaran perjuanganmu. Bahkan aku amat bersyukur pada Ilahi kiranya akulah yang ditakdirkan-Nya meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untuk berpaut sewaktu jatuh atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu. Akan aku keringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itulah impianku. Aku pasti berendam airmata darah andainya engkau menyerahkan seluruh cintamu padaku. Bukan itu yang aku impikan. Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu. Karena dengan mencintai Allah kau akan mencintaiku karena-Nya. Cinta itu lebih abadi dari cinta insan biasa. semoga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di syurga.

Aku juga tidak ingin dilimpahi kemewahan dunia. Cukuplah dengan kesenangan yang telah diberikan ibu dan bapakku dulu. Apa gunanya kau menimbun harta untuk kemudahanku jika harta itu membuatkan kau lupa pada tanggungjawabmu terhadap agamamu. Aku tidak akan sekali-kali merasa bahagia melihatmu begitu. Biarlah kita hidup di bawah jaminan Allah sepenuhnya. Itu lebih bermakna bagiku.

Siapa pun bakal suamiku...aku tak resah...
Hanya mohon ketabahan..

andai aku mendapatimu bernama A…,B...atau C...
insyaAllah aku terima secara iikhlasnya...

andai aku ditakdirkan bermadu..
semoga aku sabar sesabarnya....

andai aku ditakdirkan bersama dengan si pendusta, atau penipu...
mohon agar aku kuat untuk membimbingnya...
semoga aku jadi isteri yang taat pada suaminya..
Wahai calon suami ku......

aku tidak lah sesempurna Khadijah untuk kau banggakan....
aku tidak setabah Siti Hajar untuk kau perlukan.......
aku tidak semanis Zulaikha untuk kau pandang......
aku tidak sekuat Maryam untuk kau dambakan......
aku tidak semampu Rabiatul adawiyah untuk dijadikan srikandi......

namun aku punya sekeping hati yang tulus ikhlas untuk jadikan mereka sebagai contoh kepada ku untuk menjadi yang terbaik untukmu hanya karena satu......karena CINTAKU PADA ALLAH YANG SATU DAN RASUL......
Wahai calon suamiku…PEMILIK CINTAKU SETELAH ALLAH DAN RASUL.......

insyaAllah.......

Calon Suamiku yang dirahmati,

“Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (lelaki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (lelaki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka”.(An-Nissa’:34)

Membenarkan seperti apa yang telah Dia katakan dalam QalamNya yang mulia, aku meyakini bahwa engkau adalah pemimpin untukku dan anak-anak pewaris jihad perjuangan Islam yang bakal lahir. Jadikanlah pernikahan ini sebagai asas pengokohan iman dan bukannya untuk memuaskan bisikan syaitan yang menjadikan ikatan pernikahan sebagai pemuas nafsu semata. Semoga diriku dan dirimu senatiasa didampingi kerahmatan dan keridhaanNya. Lakukanlah tanggungjawabmu itu dengan syurga kesabaran, qana’ah ketabahan semoga kita akan menjadi salah satu daripada jamaah shaff menuju ke syurga …InsyaAllah…

Ingin aku berbicara mengenai pemberianmu kepadaku. Kau terlalu membimbangkan akan kehendak bersifat duniawi semata-mata. Benar? Ketahuilah, aku tidak menginginkan hantaran bersusun, mas kawin yang hanya akan menyebabkan hatiku buta dalam menilai arti kita dipertemukan oleh Allah atas dasar Dienullah. Cukuplah seandainya, maharku sebuah Qalam Mulia, Al-Quran, kerana aku meyakini Qalam itu mampu memimpin rumahtangga kita dalam meraih keridhaanNya bukan kekayaan dunia yang bersifat sementara. Bantulah aku dalam menegakkan agama Allah ini melalui pernikahan, karena ia adalah lahan untuk aku menyempurnakan separuh daripada agamaku, InsyaAllah. Akhlakmu yang terdidik indah oleh ibu bapak dan orang sekelilingmu, itulah yang aku harapkan daripada kekayaan duniawi yang kau sediakan. Kutitipkan sebagian rezeki yang diberikan-Nya untukku dalam Jalan Dakwah, tidak ada lagi pemborosan dan bakhil karena semuanya berada di dalam udara Qana’ah (berpuas hati dengan apa yang ada), ridha dan yakin bahwa dunia ini bukanlah Janatunna’im. Lihatlah rumahtangga Rasulullah S.A.W, kadang-kadang berlalu bulan demi bulan, pernah dapurnya tidak berasap kerana tidak ada bahan makanan yang dapat dimasak. Walaupun demikian susahnya, rumahtangga Rasulullah S.A.W tetap menjadi rumahtangga yang paling bahagia yang tidak ada bandingnya hingga ke hari ini.

Terlalu panjang rasanya aku mencoretkan tinta ini. Cukup dahulu buat perkenalan, andai diizinkan aku akan kembali menitipkankan lagi kiriman bertintakan hati ini. Akhir bicara, maaf jika tiada pertemuan hingga hari ini karena dihatiku biarlah merindu ketika berjauhan daripada jemu tatkala kita disatukan.


Pertemuan… menghadiahkan kita kasih sayang… jika cinta satu pasti bertemu… ia tidak ternilai… kerana antara hati kita telah tiada antaranya lagi yg ada hanyalah cinta kasih Ilahi… kita berpisah hanya sementara kerna pertemuan bukan milik kita… jasad dan suara berjauhan sentiasa namun cinta abadi… biar berpisah selalu menderita kerana syurga menagih ujian sedang neraka dipagari oleh nikmat bertemu tidak jemu… berpisah tak gelisah…

Wassalam

Dari,
Tulang rusuk kirimu.

0 komentar:

Template is modificated by Trisnadi from ": kendhin x-template.blogspot.com