Rabu, 05 Desember 2012

129 Tahun Meletusnya Gunung Krakatau: 26 Agustus 1883-26 Agustus 2012

Dari kejauhan nampak siluet Gunung Rakata yang berada di Selat Sunda sedang mengepulkan asap yang mengandung debu vulkanik. Saya tidak bisa membayangkan apa yang terjadi 129 tahun lalu, ketika Gunung Krakatau meletus tepatnya pada tanggal 26 Agustus 1883. Daya ledaknya saja diperkirakan 30.000 kali lipat bom atom Nagasaki dan Hiroshima di Jepang. Suara letusannya terdengar hingga Australia (Alice Spring) dan bahkan Afrika (Pulau Rogrigues) sejauh 4.653 km. Dan korban jiwa mencapai lebih dari 36.000 jiwa. Ledakan ini menimbulkan gelombang setinggi 40 meter, gempa bumi dan menimbulkan tsunami hingga mencapai Hawaii. Menghancurkan 195 desa-desa di sepanjang Merak hingga Karawang, Ujung Kulon hingga Sumatera bagian selatan. Saya juga tidak bisa membayangkan langit seperti apa saat itu. Atmosfer dipenuhi dengan debu vulkanik. Dunia sempat mengalami kegelapan selama dua hari. Matahari meredup selama setahun ke depan. Perubahan iklim global sedang terjadi. Speedboat mulai bergerak mendekati kawasan Gunung Rakata yang kini menjadi 3 pulau setelah terjadi ledakan tahun 1883 tersebut. Para ahli memperkirakan, jauh sebelum ledakan tahun 1883, Gunung Krakatau Purba dengan ketinggian 2.000 meter dan diameter pantainya mencapai 11 km meletus tidak kalah hebat dengan letusan 1883. Bahkan letusan inilah yang memisahkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Catatan peristiwa tersebut terungkap dari sebuah teks jawa kuno yang berbunyi : “Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara (Krakatau Purba). Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula…. Ketika air menenggelamkannya, Pulau terpisah menjadi dua, menciptakan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa- Pustaka Raja Parwa “ Akibat ledakan tersebut, Gunung Krakatau Purba menyisakan 3 kaldera (kawah) di Selat Sunda yang sisi-sisinya dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang dan Pulau Sertung. Ombak bulan agustus mengguncang-guncang kami hingga dua meter. Speedboad melaju meliuk-liuk menghindari hantaman ombak dari arah selatan. Pelan tapi pasti akhirnya sampai juga di Pulau Rakata. Pulau Rakata yang merupakan sisa ledakan dari Gunung Krakatau Purba kemudian tumbuh dengan dorongan vulkanik dari dalam perut bumi dan setelah bertahun-tahun tumbuh dan jadilah Gunung Krakatau. Dari tengah kawah muncul lagi dua gunung lagi yaitu Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan. Dan setelah 200 tahun tertidur, tepatnya tanggal 26 Agustus 1883 terjadilah ledakan yang maha dahsyat itu. *** Sebuah batu besar menyambut kedatangan kami di Pulau Rakata. Saya membayangkan batu-batu sebesar ini yang berterbangan ke angkasa saat terjadi ledakan 129 tahun lalu. Nama “Rakata” cukup mengusik alam pikiran saya, dari mana asal muasal nama tersebut? Karena menurut saya nama tersebut cukup unik, hanya menghilangkan huruf depan dan belakang dari “Krakatau” –> Krakatau –> rakata Dalam pikiran saya, nama “Rakata” diambil dari kata “Krakatau”, setelah mengalami ledakan huruf depan dan belakang dari Krakatau ikut hancur akibat ledakan dan muncul kata “rakata” :) Anak Gunung Krakatau yang sekarang tumbuhpun sering di sebut Gunung Rakata. Penamaan ini sepertinya untuk membedakan antara Gunung Krakatau yang meletus pada tahun 1883 dan gunung yang baru tumbuh setelah letusan. Kami mencoba menapaki ke puncak gunung yang berpasir. Panas matahari dan debu tidak menyurutkan kami ke puncak Rakata. Gunung Rakata sendiri tumbuh sekitar 40 tahun setelah ledakan tahun 1883 . Dari kaldera tersebut dan terus tumbuh hingga sekarang. Kecepatan pertumbuhannya mencapai 20 inch per bulan dengan demikian setahun bertambah 20 kaki. Saat ini ketinggian Gunung Rakata mencapai 230 meter, sementara Gunung Krakatau yang meletus tahun 1883 mencapai 813 meter. Sedangkan ketinggian Gunung Krakatau Purba mencapai 2000 meter. Terjadi perbedaan yang cukup signifikan. Jadi sepertinya jika Gunung Rakata meletus saat ini sepertinya dampaknya tidak akan sedahsyat dua gunung sebelumnya jika dilihat dari faktor ketinggian. Namun tentu saja faktor lainnya perlu diperhitungkan. sumber : http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2012/08/27/129-tahun-meletusnya-gunung-krakatau-26-agustus-1883-26-agustus-2012-488438.html

Template is modificated by Trisnadi from ": kendhin x-template.blogspot.com