Selasa, 30 Desember 2008

Liburan di Villa Tugusari

Betapa senangnya melihat wajah riang dan tatapan penuh keceriaan dari Naia dan Ial ketika diberitahu mau  mengunjungi "mbah buyut"-nya di Solo. Naia malah bilang, "mi berangkat ke solo-nya sekarang ya..." saat pagi-pagi sebelum berangkat. Ial begitu juga, " Adhek ikut ke Solo sama Abi, kan cowok sama cowok."

Akhirnya jam 5 sore kami dijemput oleh travel Persada dan meluncur ke Solo. kami tiba di Solo jam 12.00 malam. wuih...capek juga karena harus membawa bekal anak-anak
paginya langsung sibuk dengan jadwal menghadiri pesta pernikahan kakak sepupu. Esok paginya baru rileks...bersama keluarga. Anak - anak, sibuk sendiri...ada yang minta foto di kebon kacang, jala-jalan beli bakso khas solo dan sebagainya.

Jum'at Sore, kami kembali ke Pekalongan.

Sabtu, 13 Desember 2008

Satu pelajaran lagi dari Allah

malam senin, waktu adhek udah mulai ngantuk seperti biasa umi tuntun baca do'a tidur, waktu mau cium kening adhek, umi kaget panaaas banget. "abi.... adhek badannya panas banget" abi yang sedang nonton TVone kaget trus cepet-cepet masuk kamar.
............................................. akhirnya adhek memang harus bobo di RS untuk beberapa hari, Ya Allah nak, saat seorang anak sakit itulah ujian mental bagi kedua orangtuamu terutama umi... umi tak henti berdzikir demi kesembuhanmu, rasanya sedih liat adhek tergolek lemas di kasur RS dengan infus yang terpasang pada lengan mungilmu... hampir umi tak bisa menahan air mata tapi abi selalu menguatkan untuk tetap terlihat ceria saat menungguimu... Allah beri hamba kekuatan!
....................... Hari ahad akhirnya adhek diperbolehkan pulang, alhamdulillah umi legaa banget. satu hal nak, bahwa hari itu umi dapat pelajaran lagi dari Allah, tentang arti sebuah kesabaran, kepasrahan, keikhlasan, dan ikhtiar. Umi yakin kita sekeluarga sedang terus berproses untuk lebih baik. Buat kakak naia, umi betul-betul terharu dan mesti berterimakasih atas ketidak rewelan dan pengertiannya bobo ditemani mbak ata dan pipik saja, diusiamu yang 4,5th kamu betul-betul dikaruniai Allah kecerdasan emosional yang baik, umi inget waktu itu kamu bilang 'umi, kakak khawatir banget sama adhek, tadi di sekolah kakak berdoa semoga adhek cepet sembuh" subhanallah....................

Jumat, 07 November 2008

Renungan : Serat Joyoboyo

Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran.
Bila ada kereta tanpa kuda
One day there will be a cart without a horse.

Tanah Jawa kalungan wesi.
Tanah jawa terbelenggu besi
The island of Java will be circled by an iron necklace.

Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang.
Perahu terbang di angkasa
There will be a boat flying in the sky.

Kali ilang kedhunge.
Sungai hilang arusnya
The river will loose its current.

Pasar ilang kumandhange.
Pasar sunyi
There will be markets without crowds.

Iku tanda yen tekane jaman Jayabaya wis cedhak.
Itu tanda datangnya jaman Jayabaya sudah dekat
These are the signs that the Jayabaya era is coming.

Bumi saya suwe saya mengkeret.
Bumi kian menciut
The earth will shrink.

Sekilan bumi dipajeki.
Setiap jengkal tanah dipajaki
Every inch of land will be taxed.

Jaran doyan mangan sambel.
Kuda doyan sambal (Kerakusan)
Horses will devour chili sauce.

Wong wadon nganggo pakaian lanang.
Wanita mengenakan pakaian laki-laki
Women will dress in men's clothes.

Iku tandane yen wong bakal nemoni wolak-waliking jaman.
Itu tandanya kita bertemu jungkir baliknya jaman
These are the signs that the people and their civilization
have been turned upside down.

Akeh janji ora ditetepi.
Banyak Janji tak ditepati
Many promises unkept.

Akeh wong wani mlanggar sumpahe dhewe.
Banyak manusia yang berani menyalahi sumpahnya sendiri
Many break their oath.

Manungsa pada seneng nyalah.
Manusia saling menyalahkan
People will tend to blame on each other.

Ora ngindahake hukum Allah.
Tiada mengindahkan hukum Allah
They will ignore God's law.

Barang jahat diangkat-angkat.
Hal jahat diangkat
Evil things will be lifted up.

Barang suci dibenci.
Yang suci dibenci
Holy things will be despised.

Akeh manungsa mung ngutamake duwit.
Banyak manusia yang hanya mengutamakan uang
Many people will become fixated on money.

Lali kamanungsan.
Lupa kemanusiaannya
Ignoring humanity.

Lali kabecikan.
Lupa kebajikan
Forgetting kindness.

Lali sanak lali kadang.
Lupa sanak lupa saudara
Abandoning their families.

Akeh Bapa lali anak.
Banyak bapak lupa anak
Fathers will abandon their children.

Akeh anak wani nglawan ibu.
Banyak anak berani melawan ibundanya
Children will be disrespectful to their mothers.

Nantang bapa.
Menantang ayah
And battle against their fathers.

Sedulur pada cidra.
Saudara pada bertengkar
Siblings will collide violently.

Kulawarga pada curiga.
Keluarga saling curiga
Family members will become suspicious of each other.

Kanca dadi mungsuh.
Teman jadi musuh
Friends become enemies.

Akeh manungsa lali asale.
Banyak manusia lupa asalnya
People will forget their roots.

Ukuman Ratu ora adil.
Hukum tidak adil
The queen's judgements will be unjust.

Akeh pangkat sing jahat lan ganjil.
Banyak pejabat yang jahat dan ganjil
There will be many peculiar and evil leaders.

Akeh kelakuan sing ganjil.
Banyak perilaku yang aneh2
Many will behave strangely.

Wong apik-apik pada kepencil.
Orang baik-baik terpencil
Good people will be isolated.

Akeh wong nyambut gawe apik-apik pada krasa isin.
Banyak orang malu melakukan pekerjaan baik-baik
Many people will be too embarrassed to do the right things.

Luwih utama ngapusi.
Lebih utama membohongi
Choosing falsehood instead.

Wegah nyambut gawe.
Malas berkerja
Many will be lazy to work.

Kepingin urip mewah.
Tapi ingin hidup mewah
Seduced by luxury.

Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka.
Mengumbar nafsu angkara murka, memperbanyak dosa durhaka
They will take the easy path of crime and deceit.

Wong bener thenger-thenger.
Orang baik pada bingung
The honest will be confused.

Wong salah bungah.
Orang yang salah bergembira
The dishonest will be joyful.

Wong apik ditampik-tampik.
Orang baik ditolak
The good will be rejected.

Wong jahat munggah pangkat.
Orang jahat naik pangkat
The evil ones will rise to the top.

Wong agung kesinggung.
Orang berhati mulia di kritik di sudutkan
Noble people will be wounded by unjust criticism.

Wong ala kepuja.
Yang berhati jahat malah dipuja
Evil doers will be worshipped.

Wong wadon ilang kawirangane.
Kaum wanita hilang rasa malunya
Women will become shameless.

Wong lanang ilang kaprawirane.
Kaum pria hilang harga diri dan keberaniannya
Men will loose their courage.

Akeh wong lanang ora duwe bojo.
Banyak pria tak beristri
Men will choose not to get married.

Akeh wong wadon ora setya marang bojone.
Banyak wanita yang tak setia dengan suaminya
Women will be unfaithful to their husbands.

Akeh ibu pada ngedol anake.
Banyak ibu menjual anaknya
Mothers will sell their babies.

Akeh wong wadon ngedol awake.
Banyak wanita menjual badannya
Women will engage in prostitution.

Akeh wong ijol bebojo.
Banyak orang bertukar pasangan
Couples will trade partners.

Wong wadon nunggang jaran.
Wanita menunggang kuda (mencari nafkah)
Women will ride horses.

Wong lanang linggih plangki.
Laki-laki di rumah
Men will be carried in a stretcher.

Randa seuang loro.
Orang mudah bercerai
A divorcee will be valued at 17 cents.

Prawan seaga lima.
Nilai keperawanan/kesucian murah
A virgin will be valued at 10 cents.

Duda pincang laku sembilan uang.
Pria yang gak baik malah bernilai mahal
A crippled men will be valued at 75 cents.

Akeh wong ngedol ngelmu.
Banyak orang menjual ilmu dan pengetahuannya
Many will earn their living by trading their knowledge.

Akeh wong ngaku-aku.
Banyak orang yg mengambil keuntungan dari orang lain
Many will claims other's merits as their own.

Njabane putih njerone dadu.
Luarnya putih dalamnya hitam
It is only a cover for the dice.

Ngakune suci, nanging sucine palsu.
Ngaku suci tapi kesuciannya palsu belaka
They will proclaim their righteousness despite their sinful ways.

Akeh bujuk akeh lojo.
Banyak kecurangan dan kelicikan
Many will use sly and dirty tricks.

Akeh udan salah mangsa.
Banyak hujan salah musimnya
Rains will fall in the wrong season.

Akeh prawan tuwa.
Banyak perawan tua
Many women will remain virgins into their old age.

Akeh randa nglairake anak.
Banyak janda melahirkan anak
Many divorcees will give birth.

Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapakne.
Banyak jabang bayi mencari ayahnya
Newborns will search for their fathers.

Agama akeh sing nantang.
Banyak yang menentang Agama
Religions will be attacked.

Perikamanungsan saya ilang.
Perikemanusian hilang semuanya
Humanitarianism will no longer have importance.

Omah suci dibenci.
Rumah suci dibenci
Holy temples will be hated.

Omah ala saya dipuja.
Tempat maksiat dipuja2
They will be more fond of praising evil places.

Wong wadon lacur ing ngendi-endi.
Wanita lacur bertebaran dimana2
Prostitution will be everywhere.

Akeh laknat.
Banyak kelaknatan
There will be many worthy of damnation.

Akeh pengkhianat.
Banyak pengkhianat
There will be many betrayals.

Anak mangan bapak.
Anak makan bapak
Children will be against father.

Sedulur mangan sedulur.
Saudara saling memakan
Siblings will be against siblings.

Kanca dadi mungsuh.
Teman jadi musuh
Friends will become enemies.

Guru disatru.
Guru dilawan
Students will show hostility toward teachers.

Tangga pada curiga.
Tetangga pada curiga
Neighbours will become suspicious of each other.

Kana-kene saya angkara murka.
Dimana-mana banyak angkara murka
And ruthlessness will be everywhere.

Sing weruh kebubuhan.
Saksi jadi tersangka
The eyewitness has to take the responsibility.

Sing ora weruh ketutuh.
Orang tak tahu menahu jadi tertuduh
The ones who have nothing to do with the case will be prosecuted.

Besuk yen ana peperangan.
Satu saat nanti akan ada peperangan
One day when there will armagedon.

Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor.
Di timur, selatan dan utara
In the east, in the west, in the south, and in the north.

Akeh wong becik saya sengsara.
Banyak orang baik-baik jadi sengsara
Good people will suffer more.

Wong jahat saya seneng.
Orang Jahat senang
Bad people will be happier.

Wektu iku akeh dandang diunekake kuntul.
Banyak kebohongan
When this happens, a rice cooker will be said to be an egret.

Wong salah dianggep bener.
Yang salah dianggap benar
The wrong person will be assumed to be honest.

Pengkhianat nikmat.
Pengkhianat nikmat
Betrayers will live in the utmost of material comfort.

Durjono saya sempurna.
Terlebih lagi Sang durjana
The deceitful will decline even further.

Wong jahat munggah pangkat.
Orang jahat naik pangkat
The evil persons will rise to the top.

Wong lugu kebelenggu.
Orang yang naif terbelenggu
The modest will be trapped.

Wong mulyo dikunjoro.
Orang mulia dipenjara
The noble will be imprisoned.

Sing curang garang.
Yang berhati curang garang
The fraudulent will be ferocious.

Sing jujur kojur.
Yang jujur susah setengah mati
The honest will unlucky.

Pedagang akeh sing keplarang.
Many merchants will fly in a mess.

Wong main akeh sing ndadi.
Perjudian makin menjadi
Gamblers will become more addicted to gambling.

Akeh barang haram.
Banyak barang haram
Illegal things will be everywhere.

Akeh anak haram.
Banyak anak haram
Many babies will be born outside of legal marriage.

Wong wadon nglamar wong lanang.
Kaum wanita melamar pria
Women will propose marriage.

Wong lanang ngasorake drajate dhewe.
Kaum pria merendahkan derajatnya sendiri
Men will lower their own status.

Akeh barang-barang mlebu luang.
Banyak barang tak terjual
The merchandise will be left unsold.

Akeh wong kaliren lan wuda.
Banyak orang tak berpunya pangan maupun sandang
Many people will suffer from starvation and inability
to afford clothing.

Wong tuku nglenik sing dodol.
Pembeli lebih pintar dari penjual
Buyers will become more sophisticated.

Sing dodol akal okol.
Penjual harus putar akal mati2an
Sellers will have to use their brains and muscle to do business.

Wong golek pangan kaya gabah diinteri.
Susah cari makan
In the way they earn a living, people will be as rice paddies being
swung around and blown up.

Sing kebat kliwat.
Banyak yg hilang kendali
Some will go wild out of control.

Sing telat sambat.
Yang tak berambisi tertinggal
Those who are not ambitious will complaint of being left behind.

Sing gede kesasar.
Yang besar tersesat
The ones on the top will get lost.

Sing cilik kepleset.
Yang kecil terpeleset
The ordinary people will slip.

Sing anggak ketunggak.
Yang angkuh akan terhalang
The arrogant ones will be impaled.

Sing wedi mati.
Yang takut tak akan bertahan
The fearful ones will not survive.

Sing nekat mbrekat.
Yang nekat akan berhasil
The risk takers will be successful.

Sing jerih ketindhih.
Yang takut akan tertindas
The ones who are afraid of taking the risks will be crushed under
foot.

Sing ngawur makmur,
Yang ngawur justru makmur
The careless ones will be wealthy.

Sing ngati-ati ngrintih.
Yang berhati2 merintih
The careful ones will whine about their suffering.

Sing ngedan keduman.
Yang edan kebagian
The crazy ones will get their portion.

Sing waras nggagas.
Tapi mereka yg waras (mental dan fisik) akan berpikir bijak
The ones who are mentally and physically healthy will think wisely.

Wong tani ditaleni.
Petani terikat
The farmers will be controlled.

Wong dora ura-ura.
Para koruptor beruntung tak terkira
Those who are corrupt will spend their fortune lavishly.

Ratu ora netepi janji, musna kekuasaane.
Raja tak menepati janji, musnah kekuasaannya
The queen who does not keep her promises will lose her power.

Bupati dadi rakyat.
Bupati menjadi rakyat
The leaders will become ordinary persons.

Wong cilik dadi priyayi.
Orang kecil jadi pemimpin
The ordinary people will become leaders.

Sing mendele dadi gede,
Orang tak jujur akan jadi pejabat
The dishonest persons will rise to the top.

Sing jujur kojur.
Yang jujur sekarat
The honest ones will be unlucky.

Akeh omah ing nduwur jaran.
Banyak rumah berada di atas kuda
There will be many people own a house on horseback.

Wong mangan wong.
Orang makan orang
People will attack other people.

Anak lali bapak.
Anak lupa bapak
Children will ignore their fathers.

Wong tuwa lali tuwane.
Orang tua lupa tanggung jawabnya
Parents will not want to take their responsibility as parents.

Pedagang adol barang saya laris.
Pedagang menjual barang sangat laris
Merchants will sell out of their merchandise.

Bandane saya ludes.
Tapi hartanya ludes
Yet, they will lose money.

Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan.
Banyak orang mati kelaparan dalam kemakmurannya
Many people will die from starvation in prosperous times.

Akeh wong nyekel banda nanging uripe sengsara.
Banyak orang berpunya tapi hidupnya sengsara Many people will have
lots of
money yet, be unhappy in their lives.

Sing edan bisa dandan.
Yang edan berdandan mentereng
The crazy one will be beautifully attired.

Sing bengkong bisa nggalang gedong.
Yang berhati bengkok bisa membangun rumah gedong
The insane will be able to build a lavish estate.

Wong waras lan adil uripe nggrantes lan kepencil.
Yang berhati lurus hidupnya memprihatinkan dan tersisih
The ones who are fair and sane will suffer in their lives
and will be isolated.

Ana peperangan ing njero.
Akan ada perang saudara
There will be internal wars.

Timbul amarga para pangkat akeh sing pada salah paham.
Para petinggi saling salah paham
As a result of misunderstandings between those at the top.

Durjana saya ngambra-ambra.
Kedurjanaan bersimaharajalela
The numbers of evil doers will increase sharply.

Penjahat saya tambah.
Penjahat bertambah
There will be more criminals.

Wong apik saya sengsara.
Orang baik-baik sengsara
The good people will live in misery.

Akeh wong mati jalaran saka peperangan.
Banyak yang mati dalam peperangan
There will be many people die in a war.

Kebingungan lan kobongan.
Kebingungan dan semuanya habis terbakar
Others will be disoriented, and their property burnt.

Wong bener saya tenger-tenger.
Yang benar kebingungan
The honest will be confused.

Wong salah saya bungah-bungah.
Yang salah bergembiraria
The dishonest will be joyful.

Akeh banda musna ora karuan lungane.
Banyak harta habis tak tentu arah
There will be disappearance of great riches.

Akeh pangkat lan drajat pada minggat ora karuan sababe.
Jabatan dan kekayaan hilang tak diketahui sebabnya There will be
disappearance of great titles, and jobs.

Akeh barang-barang haram, akeh bocah haram.
Banyak barang haram, banyak anak haram
There will be many illegal goods, There will be many babies born
without fathers.

Bejane sing lali, bejane sing eling.
Seberuntung2nya mereka yang lupa diri, akan lebih bahagia mereka yang
selalu
ingat (dzikr)

Nanging sauntung-untunge sing lali.
Namun seuntung2nya yang lupa diri
Those people who forget God's Will may be happy on earth.

Isih untung sing waspada.
Akan lebih untung mereka yang ingat waspada
But those who are remember God's will are destined
to be happier still.

Angkara murka saya ndadi.
Angkara murka makin menjadi
Ruthlessness will become worse.

Kana-kene saya bingung.
Kebingungan dimana2
Everywhere the situation will be chaotic.

Pedagang akeh alangane.
Pedagang banyak halangannya
Doing business will be more difficult.

Akeh buruh nantang juragan.
Banyak buruh menantang juragan
Workers will challenge their employers.

Juragan dadi umpan.
Juragan jadi umpan
The employers will become bait for their employees.

Sing suwarane seru oleh pengaruh.
Yang suaranya keras akan mendapat pengaruh(kekuasaan)
Those who speak out will be more influential.

Wong pinter diingar-ingar.
Orang yg pintar jadi bulan2an
The wise ones will be ridiculed.

Wong ala diuja.
Orang yang salah dipuja
The evil ones will be worshipped.

Wong ngerti mangan ati.
Orang yang paham akan makan ati
The knowledgeable ones will show no compassion.

Banda dadi memala.
Harta benda jadi penyakit
The pursuit of material comfort will incite crime.

Pangkat dadi pemikat.
Jabatan terlihat menggiurkan
Job titles will become enticing.

Sing sawenang-wenang rumangsa menang.
Yang sewenang-wenang berasa menang
Those who act arbitrarily will feel as if they are the winners.

Sing ngalah rumangsa kabeh salah.
Yang mengalah seakan-akan kalah
Those who act wisely will feel as if everything is wrong.

Ana Bupati saka wong sing asor imane.
Para pemimpin rendah imannya
There will be leaders who are weak in their faith.

Patihe kepala judi.
Patih nya saja gembong judi
Their vice regent will be selected from among the ranks of the
gamblers.

Wong sing atine suci dibenci.
Yang hatinya suci malah dibenci
Those who have a holy heart will be rejected.

Wong sing jahat lan pinter jilat saya derajat.
Yang jahat dan pintar malah mendapat derajat
Those who are evil, and know how to flatter their boss,
will be promoted.

Pemerasan saya ndadra.
Pemerasan makin menjadi
Human exploitation will be worse.

Maling lungguh wetenge mblenduk.
Maling duduk santai dengan perutnya yang gendut
The corpulent thieves will be able to sit back and relax.

Pitik angkrem saduwurane pikulan.
Ayam mengeram stinggi pikulan (Petinggi banyak yg berbuat curang)
The hen will hacth eggs in a carrying pole.

Maling wani nantang sing duwe omah.
Maling berani menantang yang punya rumah
Thieves will not be afraid to challenge the target.

Begal pada ndugal.
Begal makin gila
Robbers will dissent into greater evil.

Rampok pada keplok-keplok.
Rampok mendapat tepuk tangan
Looters will be given applause.

Wong momong mitenah sing diemong.
Pengasug difitnah oleh yg diasuh
People will slander their caregivers.

Wong jaga nyolong sing dijaga.
Penjaga nyolong milik yang dijaga
Guards will steel the very things they are to protect.

Wong njamin njaluk dijamin.
Penjamin minta dijamin
Guarantors will ask for collateral.

Akeh wong mendem donga.
Banyak yang minta doa
Many will ask for blessings.

Kana-kene rebutan unggul.
Semua orang berebut kemenangan pribadi
Everybody will compete for personal victory.

Angkara murka ngombro-ombro.
Angkara murka tersebar dimana2
Ruthlessness will be everywhere.

Agama ditantang.
Agama ditantang
Religions will be questioned.

Akeh wong angkara murka.
Banyak orang yang angkara murka
Many people will be greedy for power, wealth and position.

Nggedeake duraka.
Memperbanyak dosa
Rebelliousness will increase.

Ukum agama dilanggar.
Hukum agama dilanggar
Religious law will be broken.

Perikamanungsan di-iles-iles.
Perikemanusiaan diinjak-injak
Human rights will be violated.

Kasusilan ditinggal.
Kesusilaan ditinggalkan
Ethics will left behind.

Akeh wong edan, jahat lan kelangan akal budi.
Banyak orang edan, jahat dan kehilangan akal budi
Many will be insane, cruel and immoral.

Wong cilik akeh sing kepencil.
Orang kecil tersingkir
Ordinary people will be segregated.

Amarga dadi korbane si jahat sing jajil.
Mereka akan jadi korban si hati jahat dan iblis
They will become the victims of evil and cruel persons.

Banjur ana Ratu duwe pengaruh lan duwe prajurit.
Akan ada raja yang berpengaruh dan Memiliki bala tentara
Then there will come a queen who is influential.
She will have her own armies.

Negarane ambane sapra-walon.
Negaranya seluas seperdelapan dunia
Her country will measured one-eighth the circumference of the world.

Tukang mangan suap saya ndadra.
Tukang makan uang suap makin banyak
The number of people who commit bribery will increase.

Wong jahat ditampa.
Orang jahat diterima
The evil ones will be accepted.

Wong suci dibenci.
Orang suci dibenci
The innocent ones will be rejected.

Timah dianggep perak.
Timah dianggap perak
Tin will be thought to be silver.

Emas diarani tembaga
Emas dibilang tembaga.
Gold will be thought to be copper.

Dandang dikandakake kuntul.
A rice cooker will be thought to be an egret.

Wong dosa sentosa.
Pendosa sentosa
The sinful ones will be safe and live in tranquility.

Wong cilik disalahake.
Orang kecil disalahkan
The poor will be blamed.

Wong nganggur kesungkur.
Pengangguran terpuruk
The unemployed will be rooted up.

Wong sregep krungkep.
The diligent ones will be forced down.

Wong nyengit kesengit.
Orang akan menuntut balas terhadap yang menekannya The people will
seek
revenge against the fiercely violent ones.

Buruh mangluh.
Buruh bekerja habis2an
Workers will suffer from overwork.

Wong sugih krasa wedi.
Yang kaya ketakutan
The rich will feel unsafe.

Wong wedi dadi priyayi.
Yang berpunya merasa tak aman
People who belong to the upper class will feel insecure.

Senenge wong jahat.
Yang jahat senang
Happiness will belong to evil persons.

Susahe wong cilik.
Yang kecilan susah
Trouble will belong to the poor.

Akeh wong dakwa dinakwa.
Orang saling menuntut satu sama lain
Many will sue each other.

Tindake menungsa saya kuciwa.
Perilaku manusia semakin rendah
Human behaviour will fall short of moral enlightenment.

Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi.
Raja dengan raja berembug, negara mana yang disenangi
Leaders will discuss and choose which countries are their
favourites and which ones are not.

Wong Jawa kari separo,
Orang jawa tinggal separuhnya
The Javanese will remain half.

Landa-Cina kari sejodo.
Orang Belanda dan China tinggal sejodoh
The Dutch and the Chinese each will remain a pair.

Akeh wong ijir, akeh wong cethil.
Banyak kelicikan kebusukan
Many become stingy.

Sing eman ora keduman.
The stingy ones will not get their portion.

Sing keduman ora eman.
The ones who receive their portion will not be generous.

Akeh wong mbambung.
Banyak pengemis dimana2
Street beggars will be everywhere.

Akeh wong limbung.
Banyak orang bingung/stress tak tentu arah
Bewildered persons will be everywhere.

Selot-selote mbesuk wolak-waliking jaman teka.
Inilah tanda-tanda terbaliknya zaman
These are the signs that the people and their civilization
have been turned upside down

Kamis, 23 Oktober 2008

Inikah saatnya?

Dalam masyarakat Timur,menikah memiliki nilai yang sangat sakral (suci), terlebih bagi setiap diri muslim. Ditinjau dari sudut pandang dakwah, pernikahan adalah bagian penting karena rumah tangga berperan bagi kelangsungan dakwah itu sendiri. Rumah tangga merupakan lapis terbawah dari struktur masyarakat, disanalah tampak sebuah miniatur masyarakat. Untuk lebih jelas dalam membuka hikmah pernikahan, berikut ini ada sebuah tulisan yang cukup menarik, yang mungkin akan memudahkan kita dalam memahami peran dan kualifikasi keluarga, yang ditulis melalui serangkaian perenungan panjang oleh seorang ibu yang masih muda usia, Miranda Risang Ayu. Ia dikenal juga sebagai koreografer yang dua karyanya, Istighfar dan Tasbih, sempat menjadi pembicaraan karena idenya untuk menjadikan keindahan gerak kain sebagai alternatif keindahan gerak tubuh.

Ia menuturkan bahwa konon pada suatu titik dalam sejarah, kehidupan berpusat pada keluarga. Dalam masyarakat nomaden, komunitas sebuah masyarakat hanya ditandai dengan berkumpulnya beberapa orang yang terikat oleh hubungan perkawinan dan darah. Karenanya, dalam perspektif subyektif anggotanya, hampir tidak ada perbedaan antara sebuah keluarga dan sebuah masyarakat. Ketika seorang ibu memasak, memberi makan suami dan anak-anaknya, ia segera menemukan totalitas pengabdian bagi seluruh umat manusia, karena memang hanya suami dan anak-anaknya – satu-satunya masyarakat yang ditemuinya di tengah-tengah hutan belantara atau padang pasir yang melingkunginya. Miranda menggarisbawahi bahwa dalam masyarakat nomaden kualifikasi keluarga masih sekedar berperan untuk menjaga kelangsungan generasi.

Dalam perkembangan sejarah, fungsi tersebut tampak tidak mengalami perubahan, tetapi derajat kualifikasinya yang berubah. Jika dalam masyarakat berburu atau agraris yang sederhana, memperbanyak anak adalah tonggak pertahanan utama kekuatan suatu masyarakat, maka dalam masyarakat modern persoalan itu telah lama diselesaikan oleh kemajuan di bidang teknologi dan diplomasi. Fungsi pelestarian fisikal sebuah generasi, yang semula merupakan otoritas sebuah keluarga, telah digeser oleh kekuatan lain. Dengan demikian fungsi sebuah keluarga untuk menjaga kelangsungan generasi dalam sebuah masyarakat telah bergeser kepada fungsi yang lebih kualitatif. Keluarga tidak lagi sekedar istitusi yang memberikan fasilitas pemenuhan makanan bergizi yang bersifat lahiriah, tetapi lebih dari itu, yaitu pemenuhan “gizi batiniah”.

Di dalam keluarga bermukim manusia, makhluk yang sarat dengan misteri. Ia adalah puncak penciptaan Sang Khalik, demikian tinggi ia diposisikan sebagai khalifah hingga membuat Iblis iri dan mengingkari ketentuan-Nya. Ya, Iblis tak mampu memahami realitas yang disebut manusia, bahkan malaikat pun mempertanyakan esensi kenapa harus diciptakan makhluk bernama manusia (Q 2:30),” ...mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?...” Dalam pandangan kaum arif, sebagaimana dituangkan dalam Qur’an 2: 31-32, bahwa iblis dan malaikat mengakui ketidakmampuan dirinya, ..” Kami hanya mengetahui apa yang telah Engkau ajarkan, kami hanya memahami apa yang telah Engkau berikan, ciptaan kami adalah hasil karya-Mu, pengetahuan dan visi kami hanyalah rahmat-Mu, Apa yang telah Engkau tunjukkan kepada kami, kami tahu – apa yang di luar itu – kami tidak tahu...

Adam adalah keseluruhan, yang lainnya adalah bagian. Segala sesuatu dalam bagian dijumpai dalam keseluruhan, tapi bagian tak bisa mencakup keseluruhan. Tak satu bagian pun benar – benar bisa memahami keseluruhan, tapi keseluruhan tahu situasi setiap bagian. Kala keseluruhan mengetahui dirinya sendiri maka semua bagian menjadi objek pengetahuannya. Tapi jika bagian mengetahui dirinya sendiri ia tidak bisa mengetahui lebih dari dirinya sendiri – sekalipun ia mengetahui dirinya sendiri ia tetap tak mengetahui bagian lainnya.

Apakah seorang anak Adam itu? Barzakh yang serba meliputi, bentuk ciptaan dan Zat yang Mahabenar ada di dalamnya; Transkipsi menyeluruh, memaklumkan Esensi Hakiki dan sifat-sifat suci-Nya; Berhubungan dengan kelembutan – kelembutan dan dan Ketakterbandingan, berupa realitas – realitas dalam kerajaan; Diri batiniahnya tenggelam dalam samudera Kesatuan, diri lahiriahnya kekeringan di pantai perpisahan. Tak satupun dari sifat – sifat Allah tak termanifestasikan dalam esensi-Nya.

Dia Maha Mengetahui, Maha Mendengar, dan Maha Melihat, Maha Berbicara dan Berkenhendak, Maha Hidup dan Maha Kuasa. Begitu pula dengan realitas – realitas dalam kosmos, masing – masing terejawantah di dalamnya. Entah wilayah – wilayah samawi atau unsur – unsur, mineral –mineral, tumbuh –tumbuhan, atau hewan – hewan. Tertulis di dalamnya bentuk kebaikan dan kejahatan, Bercampur di dalamnya kebiasaan setan dan hewan – hewan tunggangan. Kalaulah dia bukan bukan cermin Wajah Abadi, mengapa para malaikat bersujud di hadapannya? ...Dia adalah refleksi keindahan Kehadiran Suci. Jika iblis tak bisa memahami ini, apa yang menjadi masalah? Semua yang tersembunyi dalam Khazanah Tersembunyi Allah tampakkan dalam diri Adam.

Menikah, bukan sekedar tuntutan lahiriah dan berkaitan dengan pemuasan hubungan seksual sepasang suami istri dalam koridor halal. Menikah juga berarti komitmen untuk membangun rumahtangga, yang kelak di dalamnya akan lahir jiwa – jiwa yang relatif suci dari prasangka dan kotornya duniawi. Anak – anak memang jiwanya sepenuhnya masih di langit, baginya belajar adalah bermain dan bermain adalah belajar. Ketika ia bermain dengan mobil kecilnya, melewati jembatan yang ia buat dengan temannya, dan kemudian terpeleset dan terguling mobil kecilnya, ia hanya tertawa gembira. Ketika di saat lain ia bermain “pasar – pasaran” ia kemudian salah satu temannya merebut seluruh uang kecilnya ia pun cuma menangis sesaat untuk kemudian larut kembali dalam gelak tawa dengan teman-temannya. Bagi si anak, tidak ada hari kemarin, esok dan lusa. Pun si anak tidak mengalami resiko apapun ketika mobilnya terguling, uangnya direbut. Bagaimana dengan kita manusia dewasa? Di manakah kita? Kita berada di bumi kebutuhan, bumi keterbatasan ...meniti panjangnya nafas sendiri, entah sampai kapan?

Saya sepakat dengan Mbak Mir, bahwa menjadi orangtua berarti proses melangit, karena kita harus menjemput jiwa anak yang masih melangit untuk turun dalam bumi kesadaran, bumi kebutuhan. Ketika anak sekolah, kita mengajarkan resiko : mendapat nilai baik atau buruk, naik kelas atau tinggal kelas, lulus dan tidak lulus. Sehingga kelak ketika ia dewasa mampu melampaui resiko yang lebih besar. Kelak ia akan dihadapkan pada resiko penganggguran, PHK, dan sejenisnya. Namun semua resiko itu masih bisa dijawab, resiko pengangguran bisa diantisipasi dengan belajar sungguh-sungguh, mendapatkan pekerjaan yang bagus dan bekerja dengan tekun. Resiko sakit bisa diatasi dengan dokter dan obat, juga dengan alternatif lain seperti herbal, akupuntur, pijat dan lainnya. Resiko jiwa bisa dijawab dengan konsultasi pada psikolog atau mencari nasehat ulama, mengikuti pengajian, berdoa dengan shalat juga, bukankah ada sajadah dan Qur’an. Tapi bagaimana jika itu belum cukup? Ketidakmampuan menemui Tuhan, mengenal-Nya, merindu-Nya, jatuh cinta kepada-Nya, ikhlas atas segala kehendak-Nya – bukankah itu resiko terberat yang akan ditanggung oleh setiap anak-cucu Adam. Dan itulah tugas terberat sepasang orangtua bagi anak-anaknya, mendidik mereka, menjemput mereka dari langit dan mengantarkan mereka kepada kesadaran fitri, sebuah kerinduan pada perjanjian dalam alam alastu.

Dan tugas mendidik bagi orangtua adalah tugas yang tidak mengenal akhir hingga ajal menjemput. Dikatakan tugas terberat karena mendidik mereka berarti “mendidik diri” karena tidak mungkin lahir anak jujur dari orangtua dan lingkungan masyarakat pendusta. Tidak mungkin lahir anak-anak yang cinta damai dan pemaaf jika orangtua dan masyarakatnya yang gemar berkelahi berebut isi perut, berebut kekuasaan, dan ini hanya akan menyuguhkan ajaran kekerasan. Tidak pula akan lahir anak –anak yang selalu rindu pada kelezatan dzikir dan kebahagiaan tulus disaat berbagi dengan sesamanya, ya...tidak akan lahir dari orangtua yang hanya mampu mengingat-Nya di kala sempat. Apalagi sat ini pendidikan semakin dikaburkan dari esensinya, sehingga pendidikan diidentikkan sekolah an sich, pendidikan hanya diukur dengan nilai rapor sekolah, nilai ujian kelulusan, pendidikan hanya dinilai dari seberapa besar mampu memberi akses kepada jenis pekerjaan – pekerjaan yang akan mengalirkan rupiah/dollar berlimpah.

Keikhlasan, kesederhanaan, kejujuran, keakraban, kesetiaan, kasih sayang dan nilai-nilai luhur yang memperkaya hati, memperkaya jiwa semakin digusur dari dunia pendidikan. Bintang kelas hanya bagi mereka yang memiliki angka-angka mendekati sempurna, ranking satu. Saya belum menemui ada anak menjadi bintang kelas karena kejujurannya. Tugas pendidikan juga telah disempitkan maknanya, bahwa saat ini adalah tugas guru, tugas sekolah. Orangtua justru semakin terpenjara dengan rutinitas kerjanya, hingga waktu bagi sang anak tinggallah sisa waktu, sisa energi dan sisa perhatian.

Bagi setiap insan yang akan memasuki gerbang pernikahan, sudahkah memikirkan ini? Mengingat anak muda sekarang semakin diharubiru oleh budaya permisif – serba boleh, dan hedonis (menomorsatukan kesenangan yang bersifat sementara/nisbi). Budaya pacaran seolah adalah kewajiban dan pintu yang mutlak dilewati sebelum memasuki gerbang pernikahan. Adakah pacaran mengokohkan keikhlasan, kesederhanaan, kejujuran, kesetiaan? Adakah pacaran menjernihkan hati, membeningkan jiwa, meningkatkan kelezatan dzikir pada Allah? Adakah pacaran menghantarkan pasangan menjadi semakin jatuh cinta pada-Nya, tunduk pada-Nya, menjauhi larangan-Nya, ikhlas atas segala kehendak-Nya? Pantas saja saat ini lahir masyarakat yang korup, hedonis, berbudaya permisif, memuja kekuasaan dan pasar. Karena arsitek-arsitek miniatur masyarakat ini merintis bangunan keluarga dengan senang-senang dan kedangkalan pikiran, jujur saja mayoritas pacaran diisi dengan kegiatan jalan-jalan, shopping ke mall, wisata pantai, dan sejenisnya. Jarang ada pacaran diisi kegiatan mengunjungi saudara yang kekurangan dan bersedekah, atau dengan mengikuti pengajian, seminar? Karena pacaran bagi anak muda sekarang tidak diorientasikan sebagai tahap terakhir menuju jenjang pernikahan, pintu menuju pencerahan spiritual. Mungkin tak ada pacaran yang masing-masing pribadi berusaha keras menghadirkan Tuhan di antara keduanya.

===================

Duka derita duka laraku di dunia

Tidaklah aku sesali juga tak akan aku tangisi

Sesakit apapun yang kurasakan dalam hidupku

Semoga tak membuatku kehilangan jernih jiwaku

Andaikan dunia mengusir aku dari buminya

Tak akan aku merintih juga tak akan aku mengemis

Ketidakadilan yang ditimpakan oleh manusia

Bukanlah alasan bagiku untuk membalasnya

Asalkan karena itu

Tuhan menjadi sayang padaku

Segala kehendak-Nya

Menjadi surga bagi cintaku

Bukanlah apa kata manusia

Yang kuikuti

Tetapi pandangan Allah Tuhanku

Yang kutakuti

Ada tiadaku

Semata – mata milik-Nya jua

Ada tiadaku

Semata – mata milik-Nya jua

Selasa, 16 September 2008

BERSENDIRI

Suatu malam, dalam dialog imajinernya,

seorang murid menyatakan kepada gurunya, bahwa ia baru saja sampai pada titik esensial feminitasnya.

Titik itu didapatnya setelah serangkaian dialog yang dilakukannya…….
dengan pepohonan, jalanan dan akhirnya dinding-dinding di dalam hatinya sendiri.
Bukan, ia bukan tidak punya kawan.
Ia sebetulnya memiliki banyak teman dan saudara, yang selalu siap menawarkan jasa yang murni berdasarkan hubungan yang tulus, atau paling tidak, hubungan saling menguntungkan, yang selama ini telah terbangun.
Tetapi yang tidak dimilikinya hanya satu…….pasangan hati.

Ketika itu, dalam sebuah perjalanan, ia juga telah menemukan sebuah mesjid yang teguh, teduh dan begitu menarik untuk persujudan kejerian hatinya,……tetapi ia kemudian tersadar….bahwa masjid itu terlalu suci baginya. Ia sedang datang bulan.
Dan ditemukannya dirinya terhenyak di tepi jalan yang kosong, dengan darah yang keluar dari dinding-dinding hatinya yang berguncang, yang pelan tapi pasti, rata dengan tanah.

Takut menghujat Tuhan, sempat juga ia sampai pada puncak kemarahannya, yang berbalik dalam sepersekian detik menjadi permohonan ampun yang mendalam, bagi keteguhan imannya yang kemudian disadarinya telah runyam.

Ia memang perempuan. Luar dalam.
Sulitnya, Ia tidak punya lagi cukup keberanian dan tenaga untuk menolak kenyataan.
Beginilah titik nadir feminitas perempuan itu, bias dijabarkan dengan serangkaian kenyataan internal yang paradoksal.

Ia ingin tertawa tetapi hatinya pedih.
Ia ingin menyelesaikan kepedihannya……tetapi ia tidak ingin kepedihannya memedihkan orang lain.
Ia ingin berdialog, tetapi yang bisa menjawab hanya air yang keluar dari matanya sendiri.
Ia ingin dikuatkan oleh Tuhan, tetapi ia pikir kesucian menolaknya……
Dan ia menemukan dirinya menjadi lemah dibawah lemah.

Dan dialog itu pun terjadi :
“Jika saya tertawa, saya tahu itu adalah pemberian bagi lingkungan, tetapi juga kebohongan bagi kenyataan internal saya. Sungguh ingin saya temukan orang tempat saya bias mencurahkan kejerian hati saya dengan jujur. Anehnya, sapaan-sapaan simpati yang saya terima membentur dinding hati.
Sebaliknya, hati saya merindukan dialog yang ternyata monolog.
Keriuhan internal ini membuat saya capai.
Jadi bagaimana, ya Mursyid ?”
“Bersendiri. Bukan menyendiri, tetapi bersendiri,” tegas gurunya.
“Wakilkan seluruh derita kepada Tuhan.
Serahkan kepadaNYA.
Ketika tidak ada lagi dinding yang kuat untuk bersandar, Tuhan itu cukup”
Jadi kesimpulannya, ia tidak boleh dan memang tidak mungkin lagi berkeinginan.

Bersendiri, menurut An-Nifari yang dibahaskan kembali oleh Muhammad Zuhri, adalah kenyataan yang berbeda dengan menyendiri, kerena bersendiri adalah kenyataan internal yang ditemukan. Ketika itu, kata-kata tidak bisa lagi memecahkan apapun. Airmata apalagi, yang menjadi kering bersamaan dengan habisnya tenaga untuk menangis.

Ketika itu, hati memang minta diistirahatkan dalam pelukan keabadian, yakni ALLAH sendiri.
Biarkan ALLAH saja yang menjadi kekuatan, menjadi sisi “maskulin” yang menggenapkan. Dan itu yang ingin saya lakukan sekarang.
ALLAHU ROBBUL IZZATI, ALLAHU ROBBANA, ALLAHU MALIKI, ALLAHU AKBAR……………………

by. Miranda Risang Ayu

Rabu, 10 September 2008

Ayyu Antum Qaumin ; manusia macam apakah saya..?

Ayyu antum qaumin? Hendak menjadi manusia macam apakah kamu nanti...jika engkau sudah menjadi pemenang? inilah pertanyaan Rasululullah kepada para sahabat saat secara jumlah umat islam masih sangat sedikit. Sebuah pertanyaan tentang 'makna keberadaan diri seseorang", sebuah pertanyaan tentang orientasi diri, sebuah orientasi kesejatian. banyak di antara kita yang seolah tidak memiliki waktu untuk menilik lebih dalam, manusia macam apakah saya? para pemburu hartakah? para pemburu kesenangan? para pendusta? atau..atau...atau. banyak di antara kita memperlakukan karunia Allah swt begitu posesif, ingin menikmati sepuasnya dan memiliki selamanya dan takut kehilangan. Sindiran Miranda, mengapa kita hanya terpesona melihat ombak air danau yang gemerlap tertimpa cahaya purnama, padahal bukankah lebih indah cahaya purnama sendiri, dan lebih indah lagi cahaya matahari. Karena hakikatnya keindahan ombak danau itu nihil jika tidak ada cahaya purnama, dan sejatinya cahaya purnama itu "omong kosong", karena bulan tidak bercahaya, yang bercahaya justru matahari. .... so..benar nasihat nabi bagi kaum anshar yang merasa iri ketika kaum muhajirin mendapatkan harta rampasan perang, sedang mereka hanya bersama nabi. Rasulullah bersabda, 'Bukankah Allah dan aku cukup bagi kalian?"....wallahu a'lam bishshawab

Mencari Senyum Tuhan

Menjadi murid kehidupan dengan membuka mata kesadaran. Itulan pesan Miranda. Dengan begitu, tak ada peristiwa terlewat sia-sia. Setiap langkah pasti penuh hikmah. Semesta suka dan duka mengantarkan kita pada Sang Nyata. Adakah detik berlalu tanpa belai kasih sayang-Nya?
Konon, sekali seorang muslim berniat untuk menemukan makna abadi dari hidupnya yang sementara di muka bumi, semesta akan membukakan jalan. Ketika seorang muslim menjawab kerinduan ilahiah yang terbit dalam hatinya sebagai panggilan untuk memulai perjalanan mendekatkan diri kepada Allah, Yang Awal dan Yang Akhir, maka perjalanan pun dimulai. Artinya, sekali melangkah, tidak ada kata mudur. Jika ia lengah, Allah akan mengingatkan. Jika ia berpaling, Allah akan meluruskan. Jika ia jatuh, Allah akan menegakkan, Indah kedengarannya, bukan?
Tetapi, peringatan Allah hadir dalam berbagai cara. Ia bisa juga berwujud kesulitan, penolakan, atau kegagalan. Dia juga hadir sebagai Sang Maha Pemberi pelajaran. Intinya, Tuhan itu Ada. Begitu Dekat. Dia tak pernah membiarkan pencari-Nya sunyi sendiri. (Disarikan dari tulisan Miranda Risang Ayu)

Karunia Ramadhan Demi Kemanusiaan

Ramadan. Pada bulan suci ini, bagi umat Islam yang berusaha taat beribadah, terjadi pembalikan. Di saat makan dan minum biasanya menjadi keharusan, ia diharamkan. Di saat tidur menjadi kebutuhan, terjaga dan sembahyang amat dianjurkan. Bahkan, hubungan suami istri yang bernilai ibadah sepanjang waktu, menjadi terlarang pada sebagian hari.
Manusia itu pelupa. Ia lupa pernah berhadapan dengan Sang Pencipta sebelum lahir ke dunia, hingga derita kesadarannya sepanjang hidup menjadi seperti harga yang harus dibayar untuk menggapai kembali ingatan terhadap janji kudus itu, yakni untuk mengesakan-Nya saja. Manusia pun lupa bahwa dalam dirinya telah ditiupkan Ruh-Nya, sehingga bersama Tuhan, ia bisa mengontrol dirinya, sehingga kalau saat kehancuran yang alamiah itu datang, ada yang tetap, yang tidak hancur, yang kembali kepada Yang Abadi. Payahnya untuk hal-hal ini, lupanya nyaris absolut. Mungkin, dalam Ramadhan, manusia kembali ingat.
Janji-Nya itu, bahwa tanda-tanda-Nya tidak hanya tertera dalam Kitab Suci dan ufuk cakrawala, tetapi juga di kedalaman diri, di mana itu ya? Mungkin ia tertimbun jauh di bawah hal-hal sumir seperti kenikmatan makan dan minum, kenikmatan seksual, dan kenikmatan-kenikmatan fatamorgana lainnya, yang sudah dipenuhi kerak dan lumut dalam kesadaran. Mungkin bulan suci bisa menjadi saat menjernihkan kesadaran dan hati. Kalau pun rasa jernih itu sudah lama terlupa, semoga bisa teraba lagi dia, setelah keramaian di perut, hati dan kepala, dibuat reda sesaat. Detoksifikasi, kata ahli kesehatan. Minimalisasi, kata ahli filsafat. Relaksasi dan purifikasi, kata ahli jiwa.
Atau, sederhana saja sebetulnya. Dalam Ramadan, paling tidak, manusia bisa menjadi seperti rumput yang hijau karena rumput memang hijau, menjadi seperti langit yang biru karena langit memang biru, menjadi seperti angin yang lembut karena angin memang jarang ribut, atau menjadi seperti cadas yang diam perkasa karena memang begitulah cadas sejak dulu kala. Dalam Ramadan, manusia berkesempatan menjadi manusia yang suci, karena fitrah manusia memang suci. Simpel saja.
Simpel namun sulit. Sulit tetapi indah. Apalagi jika kita berpuasa dan menemukan indahnya dahaga kepada kesucian. Lantas kita terpesona. Bisa ya, puasa fisik menghasilkan dahaga batin, dan dahaga itu indah? I thought it would be on the way around, saya kira akan sebaliknya!
Ramadan di negara-negara mayoritas muslim seperti Indonesia atau Malaysia, sudah tentu ramai. Meski susah mencari kesederhanaan di tengah-tengah baju-baju Lebaran yang memenuhi pertokoan, mencari ketenangan di tengah bisingnya macet kendaraan menjelang saat berbuka, atau meredakan jantung yang seperti akan turut meloncat keluar setiap melihat harga barang di pasar atau tiket kendaraan lintas kota yang melonjak semua, semua itu adalah wujud antusiasme penduduk menyambut Ramadan dan Lebaran. Itu adalah budaya yang menghangatkan Ramadan, hingga berkahnya bisa dinikmati sebanyak mungkin orang. Ada libur Lebaran. Bahkan ada sekolah-sekolah yang meliburkan diri selama Bulan Suci dan mewajibkan murid-muridnya untuk mengikuti Pesantren Kilat. Televisi dan radio pun berlomba menyiarkan acara unggulan paket Ramadan dan Lebaran. Ramai dan bahkan agak bising, tetapi kehangatan itu perlu.
Tidak ada yang salah dari Australia, tempat saya menetap sementara ini. Seperti negara-negara maju lainnya, ia sedang berusaha menjadi negara multikultur yang baik. Konon, negara ini menjadi negara migran kedua terbesar di dunia, dan di bawah Undang-Undang Antirasdiskriminasi, orang kulit putih, kuning, sawo matang, cokelat tua, hingga hitam-legam, lalu-lalang hampir di setiap pusat perbelanjaan. Mereka semua sudah menerima sertifikat warganegara Australia tetapi masih tetap akrab dalam kebudayaan dan agama asal.
Maka, berdirilah masjid-masjid indah di daerah kantung-kantung budaya Turki dan Arab. Tempat wudunya bahkan dilengkapi kursi-kursi permanen berkilap, air panas dan dingin, sabun cair, gelondongan handuk kertas, dan mesin pengering tangan. Seorang perempuan Australia yang putih kulit, rambut, dan saya rasa juga, hatinya - kendati adiknya masih tinggal di benua nenek-moyangnya di Eropa dan ia berpandangan bahwa “Tuhan” itu tergantung anggapan seseorang – mempresentasikan hasil riset S3-nya yang menarik. Di salah satu negara bagian Australia, ternyata ada masjid yang telah didirikan oleh migran Afghanistan 100 tahun yang lalu. Dengan senyumnya yang juga putih, dia berargumentasi, bahwa kehadiran berbagai macam orang, termasuk orang-orang Afghanistan yang Islamis itu, sudah lebih lama dari anggapan umum, dan mereka tidak melemahkan, tetapi sebaliknya, memperkaya dan memperkuat budaya Australia kontemporer. Kini, penghormatan bagi perempuan muslim pun makin nyaring disuarakan oleh beberapa akademisi yang bukan hanya muslim, di seminar maupun konferensi.
Tetapi, ketenangan memang harus amat utama. Adzan dikumandangkan di dalam mesjid, tetapi tidak lewat pengeras suara, seperti juga tidak ada pengeras suara yang bisa dipakai untuk memperluas jangkauan suara dari dalam gereja, sinagog, pura, atau tempat ibadat lainnya. Cuti Lebaran tentu boleh diminta, tetapi tidak ada libur nasional. Karena waktu kerja, sekolah dan libur diberlakukan sama setiap tahun menurut kalender masehi yang berbeda dengan kalender hijriah, ujian yang kebetulan diadakan di bulan puasa atau bahkan di siang hari setelah salat Id, kadang terjadi. Bahkan jujur saja, saya masih berdoa semoga menjelang hari raya Idul Fitri kali ini tidak ada media Australia lagi yang menyiarkan kontroversi hubungan antara umat Islam dan terorisme seperti yang terjadi tahun lalu, ketika bom London masih hangat.
Terasing? Demikianlah. Orang yang menjadi minoritas Islam di negara asing, tampaknya harus terasing dua kali. Ketidaktahuan dan ketidakmengertian itu seperti ikan mati. Amat dingin rasanya.
Tetapi, bukankah keterasingan juga merupakan pembalikan dari keinginan untuk selalu diterima, dimengerti dan bahkan dikagumi? Lagi pula, ia bukan sesuatu yang sengaja diciptakan atau mudah saja dihilangkan. Ia ada, terus mengikuti, seperti bayang-bayang sepanjang badan. Maka, seperti godaan lapar di siang hari bulan suci, mungkin godaan yang musti dikekang adalah godaan untuk mengenyahkan keterasingan itu, baik dengan cara mempertaruhkan keimanan hingga seakan-akan manusia mungkin selamat tanpa Allah sebagai sandaran, atau sebaliknya, membanggakan diri sebagai bagian minoritas elit pilihan Tuhan.
Tuhan Maha Berkehendak. Adalah terlalu berani jika seseorang sampai merasa tahu betul semua Kehendak-Nya. Kemahakasihsayangan-Nya menjamin bahwa Ia adalah hak semua orang. Adalah menyakitkan jika sekelompok orang sampai merasa bahwa Tuhan pasti menyayangi mereka lebih dari yang lain. Kemahaadilan-Nya adalah sebuah rahasia yang melampaui waktu. Jadi membingungkan jika sampai ada yang merasa layak untuk mengklaim secara apriori bahwa Neraca-Nya ada di tangannya saja.
Singkatnya, di penghujung bulan suci ini, di penghujung segala pembalikan, mampukah teringat Tuhan dengan sebaik mungkin? Mungkinkah teringat janji manusia di hadapan-Nya, dengan sepenuh diri? Mungkinkah terbuka kesadaran seorang manusia, bahwa semua ciptaan-Nya adalah tanda-tanda-Nya yang harus dijumpai dan disapa dengan takzim dan hormat? Mungkinkah ditemukan, kerendahatian itu?
Setelah bulan suci ini, saya ingin menjadi manusia, seadanya saja. Kompetensi di bidang ilmu agama, kompetensi di bidang kompleksitas filsafat, tidak punya saya. Saya hanya tahu bahwa Tuhan telah menyempurnakan Islam sebagai agama untuk manusia, dan mengutus para nabi hingga Rasulullah yang juga manusia. Karenanya, jika saya harus beramal dengan Nama-Nya dan demi Islam yang diridai-Nya, saya berharap Ia memperkenankan saya untuk berkata dan bertindak, demi kemanusiaan yang saya kenal.
Dan kemanusiaan yang saya kenal adalah kemanusiaan yang menyukai kedamaian dan pertumbuhan ke arah yang lebih baik, sebagai syarat tegaknya kebenaran. Ia tidak suka disakiti, dijahili atau diperlakukan semena-mena. Ia menemukan kebahagiaan sejati dalam cinta, ketulusan dan ampunan, dan bukan kebencian, prasangka dan dendam. Ia hanya sanggup terasing, jika Allah sudi mengampuni, melindungi dan menjadi Pendamping. Kemanusiaan yang saya kenal, adalah kemanusiaan seorang ibu biasa, yang rendah hati.
Kemanusiaan yang saya kenal itu Anda kenal juga bukan? Selamat Hari Raya Idul Fitri. Semoga hadir kejernihan yang sejati.[Disarikan dari tulisan Miranda Risang Ayu/Penulis buku : Mencari Senyum Tuhan]

Selasa, 09 September 2008

Buat Teteh Dzifi, kapan maen ke pekalongan lagi

Teh, kumaha wartosna? iraha bade mampir deui ka Pekalongan? Kemarin tuh rasanya singkat banget. naia sama ial pengen teteh mampir lagi. Lebaran mudik kemana ya.

Template is modificated by Trisnadi from ": kendhin x-template.blogspot.com