tag:blogger.com,1999:blog-14698574743775107452024-02-20T09:24:08.453+07:00Blog Keluarga Trisnadi-AisyahKeluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.comBlogger28125tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-73127934624669286302013-02-06T21:02:00.000+07:002013-02-06T21:02:04.280+07:00Aktifkan Modul PHP 5 Untuk Apache 2 di UbuntuPada sistem operasi debian dan turunannya, instalasi Apache 2 dan PHP 5 sangat mudah dilakukan. Cukup dengan
sudo apt-get install apache2 php5
Dengan perintah ditas maka Apache 2 dan PHP 5 akan diinstall ke dalam sistem operasi dan juga langsung dikonfigurasi agar bisa bekerja sama.
Masalah yang sering terjadi adalah Apache tetap saja tidak mengenali PHP dan setiap mengakses file php lewat http maka Apache akan mengkonfirmasi apakah file PHP tersebut ingin diunduh apa tidak. seperti tampak pada gambar berikut :
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih7YNhpMGdRW_dnpn60VMYFK7-PMr3CpfvwF-NWyNnaulUgL4hebcvezZF9XGjRunuvsf00vz_HlSBBVh8dElr2HQDEyt42MbLoJ3NdYRnVNCtcVLWW-K6-LzUS8gVzTxC422i329DtQkQ/s1600/error+setting+ubuntu+server.png" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="300" width="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih7YNhpMGdRW_dnpn60VMYFK7-PMr3CpfvwF-NWyNnaulUgL4hebcvezZF9XGjRunuvsf00vz_HlSBBVh8dElr2HQDEyt42MbLoJ3NdYRnVNCtcVLWW-K6-LzUS8gVzTxC422i329DtQkQ/s400/error+setting+ubuntu+server.png" /></a></div>
Hal ini bisa disebabkan terjadinya error pada saat instalasi, ataupun paket libapache2-mod-php5 yang diunduh sebelumnya rusak.
Agar PHP 5 yang sudah diinstall tadi bisa bekerja sama dengan Apache 2 maka PHP 5 harus dikonfigurasi ulang dan paket libapache2-mod-php5 dibuang terlebih dahulu. Untuk melakukannya bisa mengikuti langkah - langkah berikut:
sudo a2dismod php5
Non aktifkan modul PHP5 yang sudah diaktifkan sebelumnya.
sudo /etc/init.d/apache2 force-reload
Reload Apache 2, untuk membuang modul PHP5 dari konfigurasinya.
sudo apt-get remove libapache2-mod-php5
Buang paket libapache2-mod-php5 dari sistem operasi
sudo apt-get clean
Perintah ini akan membuang paket - paket yang sudah didownload sebelumnya dari cache apt-get. Jadi untuk instalasi berikutnya tidak mengambil paket dari cache tapi akan langsung dari repository.
sudo apt-get install libapache2-mod-php5
Perintah ini akan menginstalasi kembali paket libapache2-mod-php5
sudo a2enmod php5
Aktifkan kembali modul php5 untuk Apache 2
sudo /etc/init.d/apache2 force-reload
Reload Apache 2, untuk mengaktifkan konfigurasi modul Apache 2
Dengan menjalankan perintah - perintah diatas maka Apache 2 akan mengenali PHP, dan mengeksekusi PHP jika ada request ke file PHP dari http.
Catatan:
a2enmod adalah aplikasi yang digunakan untuk mengaktifkan modul - modul di Apache 2 dan bisa digunakan untuk mengaktifkan modul - modul lainnya seperti mod_rewrite, mod_proxy dan lain - lain. Aplikasi ini hanya ada di sistem operasi Debian dan turunannya.
a2dismod adalah aplikasi yang digunakan untuk menonaktifkan modul - modul yang sudah aktif di Apache 2. Sama sperti a2enmod aplikasi ini dapat digunakan untuk menonaktifkan modul - modul yang lain dan juga hanya tersedia untuk sistem operasi Debian dan turunannya
sumber : http://dollyaswin.net/blog/aktifkan_modul_php_5_untuk_apache_2_di_ubuntu Keluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-42654474608758107672012-12-05T08:50:00.003+07:002012-12-05T08:51:37.898+07:00129 Tahun Meletusnya Gunung Krakatau: 26 Agustus 1883-26 Agustus 2012 Dari kejauhan nampak siluet Gunung Rakata yang berada di Selat Sunda sedang mengepulkan asap yang mengandung debu vulkanik.
Saya tidak bisa membayangkan apa yang terjadi 129 tahun lalu, ketika Gunung Krakatau meletus tepatnya pada tanggal 26 Agustus 1883. Daya ledaknya saja diperkirakan 30.000 kali lipat bom atom Nagasaki dan Hiroshima di Jepang. Suara letusannya terdengar hingga Australia (Alice Spring) dan bahkan Afrika (Pulau Rogrigues) sejauh 4.653 km. Dan korban jiwa mencapai lebih dari 36.000 jiwa.
Ledakan ini menimbulkan gelombang setinggi 40 meter, gempa bumi dan menimbulkan tsunami hingga mencapai Hawaii. Menghancurkan 195 desa-desa di sepanjang Merak hingga Karawang, Ujung Kulon hingga Sumatera bagian selatan.
Saya juga tidak bisa membayangkan langit seperti apa saat itu. Atmosfer dipenuhi dengan debu vulkanik. Dunia sempat mengalami kegelapan selama dua hari. Matahari meredup selama setahun ke depan. Perubahan iklim global sedang terjadi.
Speedboat mulai bergerak mendekati kawasan Gunung Rakata yang kini menjadi 3 pulau setelah terjadi ledakan tahun 1883 tersebut.
Para ahli memperkirakan, jauh sebelum ledakan tahun 1883, Gunung Krakatau Purba dengan ketinggian 2.000 meter dan diameter pantainya mencapai 11 km meletus tidak kalah hebat dengan letusan 1883. Bahkan letusan inilah yang memisahkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Catatan peristiwa tersebut terungkap dari sebuah teks jawa kuno yang berbunyi :
“Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara (Krakatau Purba). Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula…. Ketika air menenggelamkannya, Pulau terpisah menjadi dua, menciptakan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa- Pustaka Raja Parwa “
Akibat ledakan tersebut, Gunung Krakatau Purba menyisakan 3 kaldera (kawah) di Selat Sunda yang sisi-sisinya dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang dan Pulau Sertung.
Ombak bulan agustus mengguncang-guncang kami hingga dua meter. Speedboad melaju meliuk-liuk menghindari hantaman ombak dari arah selatan. Pelan tapi pasti akhirnya sampai juga di Pulau Rakata.
Pulau Rakata yang merupakan sisa ledakan dari Gunung Krakatau Purba kemudian tumbuh dengan dorongan vulkanik dari dalam perut bumi dan setelah bertahun-tahun tumbuh dan jadilah Gunung Krakatau. Dari tengah kawah muncul lagi dua gunung lagi yaitu Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan. Dan setelah 200 tahun tertidur, tepatnya tanggal 26 Agustus 1883 terjadilah ledakan yang maha dahsyat itu.
***
Sebuah batu besar menyambut kedatangan kami di Pulau Rakata. Saya membayangkan batu-batu sebesar ini yang berterbangan ke angkasa saat terjadi ledakan 129 tahun lalu.
Nama “Rakata” cukup mengusik alam pikiran saya, dari mana asal muasal nama tersebut? Karena menurut saya nama tersebut cukup unik, hanya menghilangkan huruf depan dan belakang dari “Krakatau” –> Krakatau –> rakata
Dalam pikiran saya, nama “Rakata” diambil dari kata “Krakatau”, setelah mengalami ledakan huruf depan dan belakang dari Krakatau ikut hancur akibat ledakan dan muncul kata “rakata” :)
Anak Gunung Krakatau yang sekarang tumbuhpun sering di sebut Gunung Rakata. Penamaan ini sepertinya untuk membedakan antara Gunung Krakatau yang meletus pada tahun 1883 dan gunung yang baru tumbuh setelah letusan.
Kami mencoba menapaki ke puncak gunung yang berpasir. Panas matahari dan debu tidak menyurutkan kami ke puncak Rakata.
Gunung Rakata sendiri tumbuh sekitar 40 tahun setelah ledakan tahun 1883 . Dari kaldera tersebut dan terus tumbuh hingga sekarang. Kecepatan pertumbuhannya mencapai 20 inch per bulan dengan demikian setahun bertambah 20 kaki. Saat ini ketinggian Gunung Rakata mencapai 230 meter, sementara Gunung Krakatau yang meletus tahun 1883 mencapai 813 meter. Sedangkan ketinggian Gunung Krakatau Purba mencapai 2000 meter. Terjadi perbedaan yang cukup signifikan. Jadi sepertinya jika Gunung Rakata meletus saat ini sepertinya dampaknya tidak akan sedahsyat dua gunung sebelumnya jika dilihat dari faktor ketinggian. Namun tentu saja faktor lainnya perlu diperhitungkan.
sumber : http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2012/08/27/129-tahun-meletusnya-gunung-krakatau-26-agustus-1883-26-agustus-2012-488438.htmlKeluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-81749228971288441312010-08-27T22:05:00.001+07:002010-08-27T22:07:17.540+07:00Petikan Majma al-bahrain : "Gerbang Peradaban KhidlirWaktu Sayyidina Musa ditanya oleh salah seorang kaumnya, “Wahai Musa pada zaman sekarang kira-kira manusia yang paling pandai itu siapa?” tanpa berpikir panjang Musa Sang Nabi menjawab, “Saya,” langsung saja Allah tanpa peritah malaikatnya menegur Musa, dengan firman-Nya, “Sesungguhnya di sisi-Ku ada seorang hamba yang berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu daripada kamu.”<br /><br />Waktu itu, dialog terjadi di sekitaran bukit Sinai. Musa keheranan atas pernyataan Allah “sesungguhnya siapa dia itu, ya Allah,” “Dia adalah hamba shalih yang sekarang bersemayam di antara pertemuan dua laut (majmaal bahrain).” “Kalau begitu, aku ingin bertemu dengannya, aku ingin berguru kepadanya.” Musa masih saja penasaran.<br /><br />Sebelum beliau bertanya lagi, satu perintah Tuhan menginstruksikan bahwa sebaiknya kalau ia menghendaki pertemuan agung dengan Hamba Shalih itu, maka selekas mungkin berjalan menyusuri laut. Syaratnya harus membawa ikan yang telah mati. “Maka seandainya ikan itu melompat ke laut, berarti disitulah Hamba Shalih bersemayam.”<br /><br />Tanpa ba bi bu, Musa mengajak salah seorang muridnya menyusuri pantai mencari Hamba Shalih yang diberitakan Allah. Saking jauh dan lamanya perjalanan, Musa keletihan, mencoba untuk istirahat di gundukan batu yang terdampar di bibir pantai. Musa tertidur sampai beberapa saat. Murid Musa masih saja terjaga, karena dia diamanati untuk mengawasi keberadaan ikan.<br /><br />Tanpa disadari sang Murid juga tertidur pulas, sampai ia tak sadar bahwa ikannya telah melompat ke laut. Kemudian keduanya terbangun, beranjak untuk melanjutkan perjalanan mencari hamba shalih. Sampai pada suatu tempat mereka kaget dan baru teringat ternyata ikannya sudah tak ada lagi di tempat.<br /><br />Mereka mengingat-ingat di mana ikan itu meloncat ke lautan. Sampai akhirnya teringat, bahwa ikannya hidup kembali saat keduanya istirahat di atas batu. Lalu, mereka memutuskan untuk kembali ke tempat istirahat tadi. Sampai di tempat itulah mereka bertemu dengan Hamba Shalih, yang kemudian dikenal sebagai Khidlir Balya ibn Malkan.<br /><br />Musa memutuskan untuk berguru kepada beliau. Khidlir menyanggupi permintaan itu dengan bersyarat. Ada satu syarat yang diajukan Khidlir kepada Musa, yakni jangan sampai ia nanti bertanya-tanya tentang apa yang ia saksikan dengan perbuatan Khidlir. Bahkan sang guru sudah menyangka bahwa Musa tidak akan kuat untuk ngempet pertanyaan-pertanyaannya terhadap apa yang nanti akan terjadi. Pada kenyataannya Musa setelah mengikuti perjalanan Khidlir tak kuasa lagi diam. Beliau selalu menanyakan hal-hal yang telah diperbuat khidlir.<br /><br />Melihat kisah dua hamba Allah ini, kiranya dapat kita petik pelajaran sebagai ilmu yang kita temukan. Keduanya mewakili wilyah yang berbeda. Musa seorang Nabi yang banyak ilmu, tetapi ilmu itu secara waktu hanya mengetahui yang telah lewat. Ia tidak seperti Khidlir yang mampu njongko apa yang akan terjadi beberapa tahun mendatang (weruh sak durunge winarah). Ilmu Musa tentang masa lalu dan masa sekarang, sedang ilmu Khidlir menjangkau sampai hari esok (futurolog sejati).<br /><br />Ruang dan waktu adalah batas (wates). Musa karena pengetahuannya terbatas oleh ruang dan waktu, maka ia selalu menegur Sang Guru yang disangkanya berbuat salah. Batas-batas itulah yang menyebabkan manusia kadang menyalahkan orang lain, menasehati, bertanya dan lain sebagainya.<br /><br />Ketika suatu waktu ada seorang teman selalu menaiki sepeda onthel, walau ia punya sepeda motor, dan teman lainnya selalu menyalahkan, dan mereka bilang “kenapa tidak naik motor saja, supaya cepat sampai.” Bahkan mereka mencurigai teman pemancal pedal itu sebagai teman yang bakhil, alias takut kalong duite untuk beli bensin.<br /><br />Justru ternyata teman kita yang cinta lingkungan itu sedang memperjuangkan keyakinannya untuk tidak menambah polutan dengan usaha yang diawali dari dirinya sendiri. Ia juga menanam banyak pohon, yang diklaim teman-temannya tidak akan laku jual. Tapi ternyata dia sedang mengaplikasikan keyakinannya tentang amal jariyah yang bisa ditabung melalui tanaman yang menyuplai air dan oksigen untuk manusia, dan yang jelas mempertahankan ekosistem.<br /><br />Kisah sahabat kita di atas menunjukkan bahwa terbatasnya ilmu itulah yang juga menentukan keberadaban seseorang. Keterbatasan yang tidak diusahankan untuk mencari keluasan dengan cara berdialog dan terus memperluas ilmu akan berujung pada kebuntuan dan miris terjungkal pada kesombongan. Maka perintah mencari ilmu berlaku untuk tempo yang mentok sampai diujung butiran tasbih kehidupan.<br /><br />Will Durant, sejarawan sekaligus filosuf itu pernah berkata, “bahwa ciri manusia yang berperadaban tinggi adalah ketika orientasi hidupnya menjangkau tempo yang lebih jauh, alias jangka panjang.” Manusia yang perbuatannya ditujukan untuk kekuasaan yang sejengkal, kepentingan sesaat, nafsu sepuncratan, uang yang cepat lepas, dan benda-benda materialis keduniaan, menunjukkan bahwa ia berperadaban rendah.<br /><br />Sebaliknya manusia yang orientasi amaliyahnya menjangkau sampai akherat, dialah yang diklaim sebagai manusia yang berperadaban tinggi. Manusia yang selalu ingin memperluas ilmu untuk merenggut peradaban yang lebih tinggi tentu tidak akan membatasi hanya ilmu-ilmu tertentu yang dikunyah, tetapi semua ilmu akan ditampung dengan segala kesanggupan daya tampungnya.<br /><br />Manusia berperadaban tinggi juga pandangannya luas. Ia menampung apapun, seperti samudra menampung segala beban. Kadang ia menampung bangkai kapal, bangkai ikan paus, segala jenis ikan, hewan, bahkan jenis-jenis kotoran apapun dia tampung. Ia seorang hamba yang selalu membaca, mengerti, memahami, dan melayani manusia, dan makhluk lainnya, sehingga selalu mengusahakan diri untuk mencapai maqomat rahmatan lil alamin.<br /><br />Kalau ditanya, secara keilmuwan Saudi Arabia dengan Indonesia, kira-kira peradabannya tinggi mana? Maka saya sebagai orang Indonesia akan menjawab dengan lantang: INDONESIA. Apa sebab? Karena orang Indonesia lebih tahu tentang Arab ketimbang orang Arab tahu Indonesia. Apa buktinya? Buktinya cukup dengan menunjuk jutaan lembaga pendidikan di nusantara yang mempelajari Bahasa Arab, Tarikh Arab, dan beberapa ilmu yang berasal dari Arab, tetapi coba anda pelik satu saja lembaga pendidikan di Saudi Arabia yang mempelajari Bahasa Indonesia, apalagi bahasa Jawa, pasti susahnya seperti menjaring angin.<br /><br />Jenis manusia yang berperadaban tinggi adalah mereka yang gemar melayani, suka mengapresiasi, selalu memberi. Kok bisa begitu? Buktinya bayi selalu dilayani oleh Ibunya, selalu diberi Asi, kecupan, pelukan. Selalu ditimang-timang pamomongnya walau bayi tak jarang mengencingi wajah sang Bunda. Ibu tetap saja bilang, “Sayang…ngompol ya….”<br /><br />Jenis manusia, bangsa, yang berperadaban tinggi adalah bangsa ibu; adalah bangsa yang melahirkan bangsa-bangsa lain yang ada di bumi ini. Dialah bangsa atlantis (Indonesia) yang sampai sekarang digadang-gadang banyak ilmuwan tentang kebenarannya.<br /><br />Jangan heran ya…kalau Rasul yang paling mulia adalah Rasul Yang Keibuan (ummi), bukan Rasul yang buta huruf, karena tak mungkin Rasul yang Fathonah buta huruf. Filsafat yang dianggap oleh peradaban barat sebagai ilmu pertama juga disebut sebagai mother of science (ibundanya ilmu). Konsekwensinya bangsa yang bertambah ilmunya, seharusnya bertambah sifat keibuannya. Jika ia justru menjadi ancaman bagi bangsa-bangsa lain, maka ia berperadaban rendah.<br /><br />Selanjutnya kita butuh mencermati dua ayat dalam kisah pertemuan agung tersebut. Pertama bahwa sepandai-pandainya manusia, masih saja ada yang lebih pandai. Ibarat pepatah, setinggi-tingginya langit masih ada langit juga. Wafauqo kulli dzi ilmin aliim. Maka tak sepantasnya seorang hamba sombong atas ilmunya yang sejatinya hanyalah titipan. Karena merasa masih saja bodoh, idealnya seorang hamba akan selalu untuk mencari, berdiskusi, menggali, meneliti, memetakan, untuk mendapatkan keluasan ilmu.<br /><br />Rabbana la ilmalana illa ma ‘allam tana innaka antal ‘alimul hakim. Ya Tuhan kami tidak ada pengetahuan bagi kami, kecuali apa yang telah Kamu ajarkan kepada kami. Sesungguhnya hanya Engkaulah yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.<br /><br />Pelajaran kedua menyangkut masalah metode. Bagaimana cara untuk memperoleh ilmu pengetahun yang fundamental. Caranya adalah bertemunya diri dalam keadaan, pada masa, majmaal bahrain. Kalau penulis memahami dua kata arab itu, berarti benturan dua hal. Benturkan dirimu pada suatu keadaan yang menantang mental, intelektual, dan segala macam kecerdasanmu. Semakin sering engkau membenturkan diri, maka potensi yang ada pada dirimu yang sebelumnya mati -seperti ikan yang dibawa muridnya Musa- akan hidup seketika.<br /><br />Ketika orang kaya jatuh bangkrut menjadi miskin, maka dirinya akan dibenturkan dengan keadaan yang menyeret hatinya yang mati menjadi hidup dengan sinyal spiritual yang selalu online dengan Tuhannya. Ia akan tertunduk dan kemudian menengadah mengingatkan kerapuhan diri dan keagungan Sang Maha Pencipta. Seseorang yang ingin mencapai pemahaman, atau mendapatkan ilmu yang mendasar, maka dia harus berani membentukan diri dengan multi wajah kenyataan.<br /><br />Perubahan fundamental Anand Krisna dari seorang direktur perusahaan yang sukses secara finansial menuju tekun sebagai spiritualis yang telah menulis ratusan buku, dan membantu ribuan orang menuju ketenangan batin, adalah ketika dia bertemu dengan keadaan ‘majmaal bahrain’ vonis deadline hidupnya tinggal dua minggu, karena terserang leukemia (kanker darah). Sinyal spiritualnya bangkit saat kenyataan membeturkan pada kenyataan yang mengancam hidupnya.<br /><br />Seandainya dulu kita pernah merantau ke kota-kota untuk menuntut ilmu. Pada awalnya kita masih tergantung dengan biaya orang tua. Seandainya kita menghendaki ilmu mandiri, maka butuh benturan keadaan. Misalnya kita bisa membuang ATM, atau kita memutuskan untuk tidak minta kiriman. Akan terjadi benturan dalam diri kita antara pelepasan ketergantungan diri kepada kiriman orang tua dengan kerja keras untuk mendanai hidupnya. Pada saat itu potensi, kesadaran, kreativitas, yang sebelumnya tertidur akan bangkit dan berjalan.Keluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-30414568823542280952010-08-27T21:11:00.000+07:002010-08-27T21:12:03.056+07:00Kekasih Tak Bisa MenantiAkhirnya akan sampai di sini<br /><br />Di amanat Ilahi Rabbi<br /><br />Orang-orang tak lagi bisa menanti<br /><br />Zaman harus segera berganti pagi<br /><br />Aku tangiskan terisinya hati<br /><br />Para kekasih di susun-susun sunyi<br /><br />Terlalu lama mereka didustai<br /><br />Sampai hanya Tuhan yang menemani<br /><br />Ya Allah<br /><br />Sudah tak bisa diperpanjang lagi<br /><br />Kesabaran mereka, ketabahan mereka<br /><br />Sesudah diremehkan dan dicampakkan<br /><br />Akhirnya akan sampai di sini<br /><br />Di arus gelombang yang sejati<br /><br />Kalau perahu itu adalah tangan-Mu sendiri<br /><br />Tak akan ada yang bisa menghalangi<br /><br />(By. Emha Ainun Nadjib)Keluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-56442406174633645342010-08-22T06:09:00.002+07:002012-06-26T17:12:11.748+07:00Kedudukan hadits allhumma laka shumtu<div>Kedudukkan Hadits (Allahumma laka shumtu wa bika amantu wa alarizqika afthartu)<br /><br />Oleh : Luthfie Abdullah Ismail<br /><br />Lafazh hadits seperti padajudul di atas tidak kami temukan referensinya, yang ada hanya dengan lafazh : Allahumma laka shumtu wa ala rizqika afthartu dan Bismillahummalaka shumtu wa ala rizqika afthartu dan Allahummalaka shumna wa ala rizqika aftharna,Allahumma taqabbal minna innakas samii'ul aliim<br /><br />Lafazh yang pertamariwayatnya adalah sebagai berikut :<br /><br />عَنْ حُسَيْنِابْنِ عَبْدِ الرَّحْمَن عَنْ مُعَاذَ بْنِ زُهْرَةً اَنَّهُ بَلَغَهُ اَنَّ النَّبِيَّ ص كَانَ اِذَا اَفْطَرَ قَالَ:<br /><br />اللهُمَّلَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ اَفْطَرْتُ<br /> <br /><br />Artinya: Dari Husen bin Abdurrahman dari Mu'adz bin Zuhrah bahwasanya (Husen) telahmenyampaikan kepadanya, bahwa Nabi saw apabila setelah berbuka (beliau)mengucap " Allahumma laka shumtu wa ala rizqika afthartu Hadits inidiriwayatkan oleh Abu Dawud dalam sunannya 6:309; Baihaqi dalam Sunan Kubra4:239.<br /><br /> <br /><br />Hadits ini tergolong "Mursal" karena tidak disebutkannya sahabat pada sanadnya, sedangkanMu'adz bin Zuhrah adalah seorang tabi'i, jadi tidak mungkin ia meriwayatkan dariNabi saw tanpa perantaraan sahabat.<br /><br />Hadits "mursal" tidak dapat dijadikan hujjah karena sanadnya terputus, ini berarti isinyapun tidak boleh dijadikan dasar untuk menetapkanadanya doa setelah berbuka denganlafazh seperti itu.<br /><br />( Baca jugaAunul Ma'bud 6:482; Badzlul Majhud 11:162; Nailul Authar 4:301;dan Irwa'ulGhalil 4:38 serta Majma'uz Zawaaid 3:156)<br /><br />Lafazh yang kedua diriwayatkan oleh Thabrani melalui sahabat Anas bin Malik dalam kitabMu'jamul Aushath 16.338 dan Mu'jamus Shaghir 3:52 dengan lafazh :<br /> <br /><br />كَانَرَسُوْلُ اللهِ ص اِذَا أَفْطَرَ قَالَ : بِسْمِ اللهِ اللهُمَّ لَكَ صُمْتُوَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ<br /><br />Artinya: Adalah Rasulullah saw apabila berbuka mengucap : Bismillahi Allahumma laka shumtuwa ala rizqika afthartu<br /><br /><br />Hadits inijuga lemah karena pada sanadnya terdapat rawi DAWUD BIN ZIBRIQAN yangdilemahkan dilemahkan ulama' hadits.<br /><br />Abu Zur'ahmengatakan : Ia Matrukul Hadits (ditinggalkan ). Abu Dawud memberi komentar :Ia rawi yang lemah dan haditsnya ditinggalkan. Imam Juzjani mendustakannya ,Nasaa'i berkata : Ia tidak termasuk orang kepercayaan<br /><br />Lafazh yangketiga juga diriwayatkan oleh Thabranimelalui sahabat Ibnu Abbas<br /><br />كَانَالنَّبِيُّ ص اِذَا أَفْطَرَ قَالَ : اللهُمَّ لَكَ صُمْنَا وَعَلَى رِزْقِكَأَفْطَرْنَا ، اللهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا<br /> <br />اِنَّكَ اَنْتَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ<br /><br /><br />Artinya: Adalah Nabi saw apabila berbuka mengucap : Allahumma laka shumna Wa alarizqika aftharna, Allahumma taqabbal minna innaka anta samii'ul aliim<br /><br /><br />Hadits inijuga lemah karena pada sanadnya terdapat rawi ABDUL MALIK BIN HARUN .<br /><br /><br />Tentang rawiini imam Ahmad mengatakan : Ia Dha'iful Hadits. Yahya al-Qaththan menyebutnya"kadzdzab" = pendusta. Abu Hatim berkata : Matrukul Hadits sedang kan Ibnu Hibbanmengatakan : Ia biasa memalsukan hadits ( Mizanul I'tidal 11:7 dan 11:666)<br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Kesimpulan:</span><br /><br /> <br /><br />Oleh karenaketiga hadits di atas sudah jelas kelemahannya maka dapat disimpulkan bahwa bacaandoa setelah berbuka dengan lafazh seperti yang tersebut di atas tidak pernah ada tuntunannya dari Nabi saw<br /><br /><br />Doa yang ada tuntunan dari Nabi saw sebagaimana tersebut dalam riwayat :<br /> <br /><br />كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَإِذَا أَفْطَرَ قَالَ : ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ<br /><br />الأَجْرُ إِنْشَاءَ اللَّهُ ( رواه ابو داود و البيهقي والحاكم والدارقطني<br /><br /> <br /><br />Artinya: Adalah Rasulullah saw apabila berbuka beliau mengucapkan : Dzahaba dhama'uwabtalatil uruuq wa tsabatal ajru insya Allah ( telah hilang dahaga, telah basahtenggorokan dan telah tetap ganjarannya, insya Allah) ( HR Abu Dawud,Baihaqi,Hakim dan Daraquthni )</div>Keluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-5608343704460067952010-08-11T23:20:00.000+07:002010-08-11T23:21:07.354+07:00Mendekati NolSeorang skeptisis pernah bertanya kepada saya, apa makna beragama. Tentu saya tidak mungkin menjawabnya dengan sederet argumen perbandingan agama, karena hal itu bukan ilmu sekolahan saya. Maka, meniru para spiritualis romantis, saya menjawab "Karena saya merindukan Tuhan." Akan tetapi, ternyata jawaban itu masih lemah. Tuhan itu siapa? Kenalkah kamu kepada-Nya? Kenal saja belum kok sudah sok rindu.<br /><br /><br />Ketika saya jawab lagi bahwa saya mengenal Tuhan dari kitab yang diturunkan-Nya melalui utusan-utusan-Nya, pernyataan itu pun masih bisa dipertanyakan lagi. Bukankah itu kitab, bukan Tuhan sendiri? Dan utusan-utusan-Nya. Bukankah mereka masih manusia, bukan Dia sendiri? Dia itu siapa, mana? Jika tanya-jawab ini diteruskan dengan melibatkan seluruh kesadaran dan perasaan, mungkin saya sudah masuk daftar tunggu psikiater untuk mendapat resep antidepresan.<br /><br /><br />Maka, jawabannya hanya tinggal: untuk menjadi tiada, meniada. Tetapi, meniada itu bagaimana?<br /><br /><br />Meniada memang bisa bermakna macam-macam. Orang-orang Indonesia yang berbondong-bondong mendaftarkan diri untuk berjihad membantu sesama muslim Palestina yang tengah dihujani bom Israel di Jalur Gaza, mungkin saja bisa berdalih bahwa mereka pun ingin meniada. Padahal, masih ada nilai yang mereka kejar misalnya menjadi syuhada, itu pun dalam kerangka tafsiran tertentu saja. Saya hampir yakin, masih menggelegak kemarahan moral di benak mereka, kemarahan yang meskipun amat heroik dan bisa mengharukan, tetapi tetap satu kemarahan. Padahal, meniada konon justru memenangkan proses jihad terbesar dahulu, yang medannya tidak di mana-mana, tetapi di dalam benak setiap manusia sendiri. Mendekati nol. Menjadi nol. Perang itu terjadi setiap hari. Setiap saat. Dan ini mengisyaratkan "kekerasan" syarat berjihad yang terlalu sering diabaikan bahwa sebelum seseorang berjihad, seharusnya orang itu telah menemukan keterampilan untuk mendekati titik nol itu dahulu di dalam dirinya. Dengan demikian, jika pun harus berjihad ke luar, ia tidak akan menembak ke arah yang salah karena silap oleh murka.<br /><br /><br />Bukankah jihad sebetulnya adalah konsep yang cerdas dan berwibawa? Cerdas, karena jihad tidak harus melulu berarti semangat heroik untuk begitu saja terjun ke arena konflik lantas saling bunuh dan balas dendam, tetapi justru berupaya maksimal untuk melindungi kehidupan agar dapat terus bertahan dan berkembang. Sejarah pun telah mencatat jihad yang berwibawa dari Ali bin Abi Thalib. Dalam satu peperangan, Ali tidak jadi membunuh seorang musuh yang lehernya sudah dalam jangkauan pedangnya, hanya karena musuhnya itu tiba-tiba meludahinya dan memancing gelegak kemarahannya. Ali berperang karena Allah, bukan karena marah.<br /><br /><br />Apa pun itu, bagi saya meniada jauh sekali artinya dari semangat menghambur terjun ke laut berenang sampai ke Jalur Gaza demi turut menyelamatkan Palestina, hanya untuk menemukan bahwa orang-orang Palestina ternyata tidak butuh tenaga untuk memperpanjang perang. Meniada, mendekati nol, tidak impulsif seperti itu.<br /><br /><br />"Nol" bukan tidak ada. Ia ada. Orang bersekolah, bekerja, dan menabung untuk membangun nilai melebihi nol. Akan tetapi, sang arif bersujud, berdoa atau meditasi untuk kembali kepada nol. Saya ingat ketika seorang sufi berkata, "Setiap kali sujud, semua luka dan pedih lenyap. Hilang. Tidak ada." Dan air mukanya bersinar sejernih sisa air wudu yang masih menetes di dagunya. Kepadanya tentu tak layak lagi untuk ditanya, kebahagiaan itu apa. Kebahagiaan? Demikianlah. Dan kebahagiaan itu mengemuka justru pada titik terjauh dari sikap seseorang, yang merasa layak mendongak di atas semua miliknya.<br /><br /><br />Dalam duka spiritualnya sufi besar Jalaludin Rumi berkata tentang proses Meniada:<br />" ... dalam berbuat baik dan membantu orang lain, jadilah seperti sungai.<br />Dalam bersimpati dan berlaku anggun, jadilah seperti matahari.<br />Dalam menutupi kesalahan orang lain, jadilah seperti malam.<br />Dalam kemarahan, jadilah seperti mati.<br />Dalam kesederhanaan dan kerendahan hati, jadilah seperti bumi.<br />Dalam bertenggang-rasa, jadilah seperti samudra ...."<br /><br /><br />Setelah semua itu, apa yang tersisa? Mungkin hakikatnya memang, tidak ada apa-apa lagi, selain Ia Yang Maha Esa dan Maha Hadir di balik semua ciptaan-Nya. Jika bertahan hidup memang tidak mudah dan mempertahankan ego sakitnya masya Allah, mungkin di dalam kesadaran bersama-Nya, sesungguhnya, tidak ada lagi "aku" yang perlu dipertahankan. Rumi mungkin hendak berkata, semua sirna kecuali Dia. Bersandar saja kepada-Nya. Tak usah bertanya, terima saja. Tak usah sibuk menoleh ke kanan kiri, diam saja. Dalam hening itu, Ia ada, bukan?<br /><br /><br />Mendekati nol. Mudah mengatakannya. Berdarah-darah mencapainya. ***Keluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-10242623970332004202010-08-11T02:06:00.006+07:002010-08-11T10:34:07.174+07:00Tinta Untuk Calon SuamikuAssalammualaikum wr wb.<br /><br />Buatmu,<br /><br />Calon suamiku.<br /><br />Entah angin apa yang membuai hari ini, yang membuatku begitu berani untuk mencoretkan sesuatu untuk dirimu yang tidak pernah kukenal sebelumnya. Aku sebenarnya tidak pernah berniat untuk memperkenalkan diriku kepada siapa pun. Apalagi mencurahkan sesuatu yang khusus buatmu sebelum tiba masanya. Kehadiran seorang lelaki yang menuntut sesuatu yang aku jaga rapi selama ini semata-mata buatmu. Itulah hatiku dan cintaku, membuatkan aku tersedar dari lenaku yang panjang.<br />Aku telah dididik ibu semenjak kecil agar menjaga maruah dan mahkota diriku karena Allah telah menetapkannya untuk suamiku, dan dia itu adalah dirimu …suatu hari nanti. Kata ibu, tanggungjawab orangtua terhadap anak perempuan ialah menjaga dan mendidiknya sehingga seorang lelaki mengambil-alih tanggungjawab itu dari mereka. Jadi, kau telah ada dalam diriku sejak dulu lagi. Sepanjang umurku ini.<br />Aku menutup pintu hatiku daripada lelaki mana pun karena aku tidak mau mengkhianatimu. Aku menghalangi diriku dari mengenali lelaki manapun karena aku tidak mau mengenali lelaki lain selainmu, terlebih lagi memahami mereka. Karena itulah aku sekuat daya dan upayaku yang lemah ini membatasi pergaulanku dengan siapa pun yang bukan mahramku.<br />Aku sering mendapati diri diperhatikan lelaki. Aku mencoba untuk tidak berprasangka buruk terhadap mereka, tetapi lebih baik aku berjaga-jaga karena sudah banyak kejadian dan contoh banyak di depan mata kita. Apabila terpaksa berurusan dengan mereka, akan aku selalu bersikap ‘expressionless face’ dan ‘cool’. Akan aku palingkan wajahku dari lelaki yang asyik memperhatikan dan menatapku ataupun mencoba menyapaku. Aku sebisa mungkin melarikan pandanganku daripada lawan jenis karena pesan Sayyidatina ‘Aisyah R.A : “sebaik-baik wanita ialah yang tidak memandang dan dipandang”<br /><br />Aku tidak ingin dipandang cantik oleh lelaki lain, biarlah aku hanya cantik di matamu. Apa gunanya aku menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku hanya boleh menjadi milikmu seorang. Aku tidak merasa bangga menjadi rebutan lelaki bahkan aku merasa terhina diperlakukan begitu seolah-olah aku ini barang yang boleh dimiliki siapa saja sesuka hati. Aku juga tidak mau membuat seorang lelaki putus asa karena dikecewakan lantaran terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat kuberikan.<br /><br />Bagaimana akan aku jawab di hadapan Allah kelak andai ditanyakan-Nya?<br />Apakah itu sumbanganku kepada manusia selama hidup di muka bumi?<br /><br />Kalau aku tidak ingin kau memandang perempuan lain, aku dulu yang perlu menundukkan pandanganku. Aku harus memperbaiki kelemahan dan menghias pribadiku karena itulah yang dituntut Allah. Kalau aku inginkan lelaki yang baik menjadi suamiku, aku juga perlu menjadi perempuan yang baik. Bukankah Allah telah menjanjikan perempuan yang baik itu untuk lelaki yang baik? <br />Tidak dapat aku nafikan, sebagai remaja aku memiliki perasaan untuk menyayangi dan disayangi; mencintai dan dicintai. Namun, setiap kali perasaan itu datang, setiap kali itulah aku mengingatkan diriku bahwa aku perlu menjaga perasaan itu karena ia semata-mata untukmu<br />Allah telah memuliakan seorang lelaki yang bakal menjadi suamiku untuk menerima hati dan perasaanku yang suci. Bukan hati yang menjadi sisa lelaki lain. Lelaki itu berhak mendapat kasih yang tulen, bukan yang telah dibagi-bagikan.<br />Diriku yang lemah ini diuji Allah ketika datang seorang lelaki yang secara tidak sengaja ingin berkenalan denganku. Aku secara keras menolak, pelbagai dalil aku kemukakan, tetapi ia tidak mau mengalah, ia tidak mau berhenti di situ. Dia selalu menghubungiku dan menggangguku.Aku merasa tidak tenteram, seolah-olah seluruh hidupku yang ceria selama ini telah dirampas dariku. Aku tertanya-tanya adakah aku berada di tebing kebinasaan? Aku beristighfar memohon keampunan-Nya. Aku juga berdoa agar Dia melindungi diriku daripada pelbagai kejahatan. Kehadiran lelaki itu membuatkan aku banyak memikirkanmu. Kau seolah-olah hadir disampingku,melindungiku. Aku tahu lelaki yang melamarku itu bukan dirimu. Aku sangat yakin pada kata hatiku, “women intuition”-ku mengatakan lelaki itu bukan dirimu.<br />Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diriku ini untuk memilih berlian sedangkan aku hanya sebutir pasir yang berserak di mana-mana. Tetapi aku juga punya keinginan seperti gadis lain, dilamar lelaki yang bakal dinobatkan Allah sebagai ahli syurga, memimpinku ke arah tujuan yang satu. Tidak perlu kau memiliki wajah seindah Nabi Yusuf A.S yang mampu mendebarkan jutaan gadis untuk membuatku terpikat. Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauful Mahfuz, Allah pasti meletakkan rasa kasih di dalam hatiku,pun jua di hatimu tatkala pertama kali kita berpandangan. Itu janji Allah.<br />Akan tetapi, selagi kita belum diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu pula…jangan kau zahirkan perasaanmu itu kepadaku karena kau masih tidak mempunyai hak untuk berbuat begitu. Juga jangan kau lampaui batasan yang telah ditetapkan syariat-Nya. Aku takut itu akan memberi imbas yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak. Permintaanku tidak banyak, cukuplah dirimu yang diinfaqkan seluruhnya pada mencari ridha Ilahi.<br />akan berasa amat berbahagia andai dapat menjadi tiang ataupun sandaran perjuanganmu. Bahkan aku amat bersyukur pada Ilahi kiranya akulah yang ditakdirkan-Nya meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untuk berpaut sewaktu jatuh atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu. Akan aku keringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itulah impianku. Aku pasti berendam airmata darah andainya engkau menyerahkan seluruh cintamu padaku. Bukan itu yang aku impikan. Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu. Karena dengan mencintai Allah kau akan mencintaiku karena-Nya. Cinta itu lebih abadi dari cinta insan biasa. semoga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di syurga.<br /><br />Aku juga tidak ingin dilimpahi kemewahan dunia. Cukuplah dengan kesenangan yang telah diberikan ibu dan bapakku dulu. Apa gunanya kau menimbun harta untuk kemudahanku jika harta itu membuatkan kau lupa pada tanggungjawabmu terhadap agamamu. Aku tidak akan sekali-kali merasa bahagia melihatmu begitu. Biarlah kita hidup di bawah jaminan Allah sepenuhnya. Itu lebih bermakna bagiku.<br /><br />Siapa pun bakal suamiku...aku tak resah...<br />Hanya mohon ketabahan.. <br /><br />andai aku mendapatimu bernama A…,B...atau C...<br />insyaAllah aku terima secara iikhlasnya...<br /><br />andai aku ditakdirkan bermadu..<br />semoga aku sabar sesabarnya....<br /><br />andai aku ditakdirkan bersama dengan si pendusta, atau penipu...<br />mohon agar aku kuat untuk membimbingnya...<br />semoga aku jadi isteri yang taat pada suaminya..<br />Wahai calon suami ku......<br /><br />aku tidak lah sesempurna Khadijah untuk kau banggakan....<br />aku tidak setabah Siti Hajar untuk kau perlukan.......<br />aku tidak semanis Zulaikha untuk kau pandang......<br />aku tidak sekuat Maryam untuk kau dambakan......<br />aku tidak semampu Rabiatul adawiyah untuk dijadikan srikandi......<br /><br />namun aku punya sekeping hati yang tulus ikhlas untuk jadikan mereka sebagai contoh kepada ku untuk menjadi yang terbaik untukmu hanya karena satu......karena CINTAKU PADA ALLAH YANG SATU DAN RASUL......<br />Wahai calon suamiku…PEMILIK CINTAKU SETELAH ALLAH DAN RASUL.......<br /><br />insyaAllah.......<br /><br />Calon Suamiku yang dirahmati,<br /><br />“Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (lelaki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (lelaki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka”.(An-Nissa’:34)<br /><br />Membenarkan seperti apa yang telah Dia katakan dalam QalamNya yang mulia, aku meyakini bahwa engkau adalah pemimpin untukku dan anak-anak pewaris jihad perjuangan Islam yang bakal lahir. Jadikanlah pernikahan ini sebagai asas pengokohan iman dan bukannya untuk memuaskan bisikan syaitan yang menjadikan ikatan pernikahan sebagai pemuas nafsu semata. Semoga diriku dan dirimu senatiasa didampingi kerahmatan dan keridhaanNya. Lakukanlah tanggungjawabmu itu dengan syurga kesabaran, qana’ah ketabahan semoga kita akan menjadi salah satu daripada jamaah shaff menuju ke syurga …InsyaAllah…<br /><br />Ingin aku berbicara mengenai pemberianmu kepadaku. Kau terlalu membimbangkan akan kehendak bersifat duniawi semata-mata. Benar? Ketahuilah, aku tidak menginginkan hantaran bersusun, mas kawin yang hanya akan menyebabkan hatiku buta dalam menilai arti kita dipertemukan oleh Allah atas dasar Dienullah. Cukuplah seandainya, maharku sebuah Qalam Mulia, Al-Quran, kerana aku meyakini Qalam itu mampu memimpin rumahtangga kita dalam meraih keridhaanNya bukan kekayaan dunia yang bersifat sementara. Bantulah aku dalam menegakkan agama Allah ini melalui pernikahan, karena ia adalah lahan untuk aku menyempurnakan separuh daripada agamaku, InsyaAllah. Akhlakmu yang terdidik indah oleh ibu bapak dan orang sekelilingmu, itulah yang aku harapkan daripada kekayaan duniawi yang kau sediakan. Kutitipkan sebagian rezeki yang diberikan-Nya untukku dalam Jalan Dakwah, tidak ada lagi pemborosan dan bakhil karena semuanya berada di dalam udara Qana’ah (berpuas hati dengan apa yang ada), ridha dan yakin bahwa dunia ini bukanlah Janatunna’im. Lihatlah rumahtangga Rasulullah S.A.W, kadang-kadang berlalu bulan demi bulan, pernah dapurnya tidak berasap kerana tidak ada bahan makanan yang dapat dimasak. Walaupun demikian susahnya, rumahtangga Rasulullah S.A.W tetap menjadi rumahtangga yang paling bahagia yang tidak ada bandingnya hingga ke hari ini.<br /><br />Terlalu panjang rasanya aku mencoretkan tinta ini. Cukup dahulu buat perkenalan, andai diizinkan aku akan kembali menitipkankan lagi kiriman bertintakan hati ini. Akhir bicara, maaf jika tiada pertemuan hingga hari ini karena dihatiku biarlah merindu ketika berjauhan daripada jemu tatkala kita disatukan.<br /><br /><br />Pertemuan… menghadiahkan kita kasih sayang… jika cinta satu pasti bertemu… ia tidak ternilai… kerana antara hati kita telah tiada antaranya lagi yg ada hanyalah cinta kasih Ilahi… kita berpisah hanya sementara kerna pertemuan bukan milik kita… jasad dan suara berjauhan sentiasa namun cinta abadi… biar berpisah selalu menderita kerana syurga menagih ujian sedang neraka dipagari oleh nikmat bertemu tidak jemu… berpisah tak gelisah…<br /><br />Wassalam<br /><br />Dari,<br />Tulang rusuk kirimu.Keluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-47953351027670919072010-03-16T15:50:00.001+07:002010-03-16T15:50:56.895+07:00Ketika si bungsu sakit“... dalam gerak tubuhku, biar kupeluk kau selekat tulang rusukku memeluk jantungku yang hanya ada kau di dalamnya. Di antara ada dan tiada, tak akan kubiarkan siang dan malam dan bahkan alam meregangkan aku darimu. Dalam hidup matiku, sayangku, akan ku pastikan, aku selalu ada buatmu. Karena jika tuhan punya wajah, aku telah tak bisa berpaling selain kepadamu. Tunggal adamu, bahkan ketika senyap ruang dan waktu. Kini, biar lenyap aku dalam doaku, demi adamu.dalam lirih getih terakhir sujudku, aku bersumpah, akan kutantang akhirmu, dengan kematianku. “ Anakku, jika semesta punya nyawa, itu tangis kelahiranmu. Jika semesta punya tawa, itu binar matamu. Jika semesta punya damai, itu tenang tidurmu. Jika semesta punya kasih, itu irama nafasmu. Maka kini dalam beku kelu diam sakitmu, biar aku memekik menawar batasmu.”Keluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-55140754446864367652010-02-10T21:33:00.000+07:002010-02-10T21:35:48.081+07:00Bertemu diri“bertemu diri” bagi seorang salik – pencari kebenaran – ibarat proses wisuda seorang mahasiswa yang telah menyelesaikan kuliahnya. Ali, RA berkata bahwa orang yang bertemu diri (mengenal Allah Ta’ala) adalah titik mula seseorang beragama secara hakiki.<br /><br />Kegelisahan eksistensial, mewujud dalam luapan pertanyaan tentang hakikat diri, hakikat kehidupan, hakikat yang nyata dan yang semu. Sekali lagi, manusia adalah “terra incognita”, makhluk yang sarat dengan misteri. Ia adalah puncak penciptaan Sang Khalik, demikian tinggi ia diposisikan sebagai khalifah hingga membuat Iblis iri dan mengingkari ketentuan-Nya. Ya, Iblis tak mampu memahami realitas yang disebut manusia, bahkan malaikat pun mempertanyakan esensi kenapa harus diciptakan makhluk bernama manusia (Q 2:30),” ...mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?...” Kenapa Tuhan menciptakan makhluk yang bernama manusia, yang memiliki sifat multidimensional, ada sifat-sifat malaikat, ada sifat – sifat setan, ada sifat – sifat binatang dan tumbuhan.<br /><br />Dalam pandangan kaum arif, sebagaimana dituangkan dalam Qur’an 2: 31-32, bahwa iblis dan malaikat mengakui ketidakmampuan dirinya, ..” Kami hanya mengetahui apa yang telah Engkau ajarkan, kami hanya memahami apa yang telah Engkau berikan, ciptaan kami adalah hasil karya-Mu, pengetahuan dan visi kami hanyalah rahmat-Mu, Apa yang telah Engkau tunjukkan kepada kami, kami tahu – apa yang di luar itu – kami tidak tahu...<br />Adam adalah keseluruhan, yang lainnya adalah bagian. Segala sesuatu dalam bagian dijumpai dalam keseluruhan, tapi bagian tak bisa mencakup keseluruhan. Tak satu bagian pun benar – benar bisa memahami keseluruhan, tapi keseluruhan tahu situasi setiap bagian. Kala keseluruhan mengetahui dirinya sendiri maka semua bagian menjadi objek pengetahuannya. Tapi jika bagian mengetahui dirinya sendiri ia tidak bisa mengetahui lebih dari dirinya sendiri – sekalipun ia mengetahui dirinya sendiri ia tetap tak mengetahui bagian lainnya.<br /><br />Kemudian realitas apakah seorang anak Adam itu? Barzakh yang serba meliputi, bentuk ciptaan dan Zat yang Mahabenar ada di dalamnya; Transkipsi menyeluruh, memaklumkan Esensi Hakiki dan sifat-sifat suci-Nya; Berhubungan dengan kelembutan – kelembutan dan Ketakterbandingan, berupa realitas – realitas dalam kerajaan; Diri batiniahnya tenggelam dalam samudera Kesatuan, diri lahiriahnya kekeringan di pantai perpisahan. Tak satupun dari sifat – sifat Allah tak termanifestasikan dalam esensi-Nya.<br />Dia Maha Mengetahui, Maha Mendengar, dan Maha Melihat, Maha Berbicara dan Berkenhendak, Maha Hidup dan Maha Kuasa. Begitu pula dengan realitas – realitas dalam kosmos, masing – masing terejawantah di dalamnya. Entah wilayah – wilayah samawi atau unsur – unsur, mineral – mineral, tumbuh –tumbuhan, atau hewan – hewan. Tertulis di dalamnya bentuk kebaikan dan kejahatan, Bercampur di dalamnya kebiasaan setan dan hewan – hewan tunggangan. Kalaulah dia bukan bukan cermin Wajah Abadi, mengapa para malaikat bersujud di hadapannya? ...Dia adalah refleksi keindahan Kehadiran Suci. Jika iblis tak bisa memahami ini, apa yang menjadi masalah? Semua yang tersembunyi dalam Khazanah Tersembunyi Allah tampakkan dalam diri Adam.<br />Manusia modern sekarang melalui fase lahir, bertumbuh, belajar berbicara dan berjalan bersekolah dari taman bermain hingga perguruan tinggi, kemudian meniti karir dengan bekerja dengan beragam profesi seperti apa yang telah kita cita-citakan. Bagi sebagian lainnya yang kurang beruntung, mereka tidak mampu bersekolah dan meniti karir pekerjaan yang pantas untuk dibanggakan, apakah kemudian bisa diklaim bahwa mereka telah gagal “bertemu diri”?<br /><br />“Bertemu diri “ bukan terkait dengan kekayaan, strata sosial dan pendidikan, ini lebih merupakan proses perjalanan ruh seorang manusia yang telah menyatu dengan jasadnya dan terlahir ke dunia fana ini untuk kembali pada kesuciannya seperti di alam alastu. <br /><br />Setiap hari kita disibukkan dengan jadwal dan rutinitas hidup. Seorang pedagang sibuk dengan barang dagangannya, seorang manajer dengan jadwal rapat dan koordinasinya, seorang guru dengan kegiatan mengajarnya. Padahal bukankah semestinya kegiatan ruh dan kegiatan fisikal berjalan dalam satu nafas, cukup hanya dengan satu niat beribadah. Karenanya proses “bertemu diri” tidak harus dengan mengasingkan diri dari rutinitas hidup dan pergaulan dengan masyarakat. Untuk meraih “an-nafs al-muthma’innah” tidak semestinya menghindari pernikahan. <br /><br />Demikianlah, bertemu diri adalah identik dengan menjadi zahid. Ia memenuhi kebutuhan biologisnya tetapi menghindari mencari kepuasan apalagi berlebih-lebihan. Ia berpengetahuan tapi menghindari sok tahu dan merasa pintar, ia selalu mensucikan diri tetapi menghindari sok suci atau merasa suci di bandingkan sesamanya. Ia telah banyak memberi manfaat bagi banyak orang tetapi menghindari pujian dan segera melupakan semua kebaikan yang telah dilakukannya, ia sendiri menatap lurus ke depan, kepada Sang Kekasih, cukuplah Allah baginya. Senyumnya adalah ibadah, marahnya pun ibadah, perkataannya ibadah, sikapnya ibadah, langkah kakinya ibadah, gerak tangannya ibadah, denyut nadi dan hembusan nafasnya pun ibadah. Siapapun bisa dan harus “bertemu diri”-nya, kapan pun ia mau? Kalaupun dalam perjalanan “bertemu diri” itu sering terpeleset, masih terbuka kesempatan kembali dengan memohon pertolongan-Nya.<br /><br />Bagi seorang wirausahawan, fokusnya bukan meraup keuntungan sebesar-besarnya, tetapi lebih kepada kerja keras, berjalannya sistem secara adil dan efisien, dan kerja cerdas yang mewujud dalam kreatifitas, inovasi, dan semangat belajar tiada henti. Profit dan kekayaan adalah urusan Allah dan sebuah keniscayaan.<br />Wallahu a’lamKeluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-64573914309892352392010-02-09T11:53:00.000+07:002010-02-09T11:56:01.468+07:00Jika Tuhan sedang bergurauAnda sedang jatuh cinta? Selamat. Mungkin, dedaunan tiba-tiba lebih hijau dari biasanya. Atau, tanpa sadar, diri anda menjadi lebih bersinar. Jatuh cinta yang baik, kabarnya, membuat seseorang menjadi lebih hidup, lebih bersemangat, bahkan juga, lebih pengasih, lebih mudah memaafkan, dan lebih tegar menghadapi masalah. Seorang mahasiswi yang tengah jatuh cinta bahkan pernah merasa bahwa pepohonan rimbun menuju kampusnya, yang ia lewati belasan kali dalam seminggu, dengan motor, kepadatan jadwal, dan kebisuan yang sama, tiba-tiba mengirimkan tasbih, yang bergemuruh bersama desir angin.<br /><br />Dalam perpektif positif, cinta, seperti pesan yang tersirat dalam doa agung sang rasul ketika akan menikahkan putri kesayangannya, mengumpulkan semua yang berserak diantara dua subjek. Cinta menawarkan totalitas. Maka, dunia yang pernuh warna bisa tiba-tiba menjadi jingga semua.<br /> Indah bukan?<br /><br /><br />Tetapi, dalam perspektif yang sebaliknya, cinta meniadakan warna lainnya. Ia menghanyutkan, menginfeksi kulit hingga saluran pernapasan, sampai ke ujung-ujung rambut yang tidak bersaraf.<br /><br />Ia membohongi kesadaran bahwa dunia itu hanya satu warna. Bagaimana jika suatu saat orang yang paling dicintai itu berubah menjadi orang yang paling dibenci? Atau, bagaimana jika tiba-tiba, orang yang paling dicintai itu mati? Bukankah kesiapan untuk sungguh-sungguh mencintai juga mensyaratkan kesiapan implisit untuk, suatu saat, sungguh-sungguh kehilangan?<br /><br />Cinta, seperti juga ciptaan Tuhan lainnya, bukankah juga ‘cuma’ sebuah amanah yang bisa diambil lagi sewaktu-waktu, kapan saja Dia mau?<br /><br />Lucunya, Tuhan telah lama mengajak manusia bercanda. diciptakanNya pasangan yang membuat tentram dalam diri manusia yang lain, hingga mau tidak mau, suka tidak suka, setiap manusia cenderung akan mencari belahan dirinya yang lain. Padahal, tidak pernah ada data objektif yang menyatakan bahwa ada dua manusia yang bersama-sama dan berbahagia selama-lamanya.<br /><br />Sayangnya, Tuhan adalah Lex Devina yang tidak bisa diprotes. Lagi pula, agaknya indah jika seorang manusia mau menanggapi candanya, hingga nanti, di perjumpaan terakhir, Ia tidak murka, tetapi tersenyum dengan agung-Nya.<br /><br />Untuk niat ini, tampaknya, ada tiga cara spiritual yang bisa ditempuh. Pertama, secara sadar, menolak cinta. Arti paling harfiah dari cara ini, tentu adalah tidak mau jatuh cinta, atau secara ekstrem, tidak percaya dengan lembaga perkawinan. Tetapi cara ini terlalu radikal dan serius hingga Tuhan tidak suka.<br /><br />Kedua, mencintai dengan rasional. Karenanya, ada janji talak dalam surat kawin hingga perjanjian pembagian harta sebelum menikah. Yang paling ekstrem, seorang mencintai dengan perhitungan yang amat rasional, yakni dari bibit, bebet dan bobotnya. Cara ini pasti tidak akan membuatNya murka, tetapi entah ada dimana senyumNya.<br /><br />Cara ketiga, menjadi pencinta sesungguhnya. Jika Tuhan bertanya, apakah anda jatuh cinta, katakan saja ya,, tetapi itu hanya karena itu satu-satunya cara untuk menghikmati kehadiranNya. Jika Tuhan menyuruh, menikahlah, katakan saja ya, tetapi itu hanya dilakukan karena tidak ada seorangpun yang sanggup menentangNya. Dan jika Tuhan bertanya lagi, sudahkah merasakan cinta yang sesungguhnya, katakan saja ya, tetapi itu hanya senda gurau saja karena hanya kehadiranNya yang mengabadikan semuanya. Jika Tuhan bertanya, mabuk cintakah? Katakan saja ya, tetapi segeralah juga minta agar yang tertuang adalah kebenaranNya.<br /><br />teruslah mengukir tasbihmu Mbak Mir...sayang ya pojok-kayanakan.net expired hostingnya.Keluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-84123178666325938662010-02-07T14:14:00.000+07:002010-02-07T14:16:08.737+07:00Miranda Risang Ayu : Mencari Senyum Tuhan<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://img.bukabuku.com/wm.php?i=mencarisenyumtuhan.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 176px; height: 275px;" src="http://img.bukabuku.com/wm.php?i=mencarisenyumtuhan.jpg" border="0" alt="" /></a><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Sinopsis Buku:</span><br />Kisah dan Hikmah Perjalanan Menempuh Diri Sejati.<br />Menjadi murid kehidupan dengan membuka mata kesadaran. Itulah pesan utama buku ini. Dengan begitu, tak ada peristiwa terlewat sia-sia. Setiap langkah pasti penuh hikmah. Semesta suka dan duka mengantarkan kita pada Sang Nyata. Adakah detik berlalu tanpa belai kasih sayang-Nya?<br /><br />Konon, sekali seorang muslim berniat untuk menemukan makna abadi dari hidupnya yang sementara di muka bumi, semesta akan membukakan jalan. Ketika seorang muslim menjawab kerinduan ilahiah yang terbit dalam hatinya sebagai panggilan untuk memulai perjalanan mendekatkan diri kepada Allah, Yang Awal dan Yang Akhir, maka perjalanan pun dimulai. Artinya, sekali melangkah, tidak ada kata mundur. Jika ia lengah, Allah akan mengingatkan. Jika ia berpaling, Allah akan meluruskan. Jika ia jatuh, Allah akan menegakkan. Indah kedengarannya, bukan?<br /><br />Tetapi, peringatan Allah hadir dalam berbagai cara. Ia bisa juga berwujud kesulitan, penolakan, atau kegagalan. Bahkan, tidak jarang ia hadir seperti tamparan-kehampaan yang menyakitkan, hanya supaya si pejalan kembali kepada pengakuan paling total yang bisa ia sampaikan kepada Tuhan bahwa semua upaya manusiawinya itu ternyata memang bukan apa-apa. Ia hanya hamba yang mampu hidup dan berbuat karena kemurahan-Nya. Tidak ada yang mampu mengontrol hidup yang telah digariskan oleh-Nya, meski dengan amal yang paling baik dan mulia sekalipun, kecuali dengan perkenan Sang Maha Pencipta dan Maha Berbuat. Siapa yang bisa menjamin bahwa buah dari semua amal baik kita adalah surga? Selain Allah, hakikatnya tidak ada, bukan?<br /><br />Dr. Miranda Risang Ayu<br />dikenal sebagai koreografer yang dua karyanya, Istighfar dan Tasbih, sempat menjadi pembicaraan luas karena idenya untuk menjadikan keindahan gerak kain sebagai alternatif keindahan gerak tubuh. Pengajar di Fakultas Hukum, Unpad, ini juga aktif menulis kolom di berbagai media, seperti majalah Suara Hidayatullah, Paras, Pikiran Rakyat, dan Republika. Bukunya yang telah diterbitkan: Cahaya Rumah Kita (1997), Permata Rumah Kita (2002), dan Purnama Hati (2003). Pada akhir 2007, ia berhasil menamatkan S2 dan S3-nya dari Faculty of Law, University of Technology Sydney, Australia.Keluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-27382108527602644842010-02-07T13:53:00.000+07:002010-02-07T13:57:36.405+07:00Javanese Wisdom: Berpikir dan Berjiwa Besar<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://img.bukabuku.com/wm.php?i=berfikirdanberjiwabesar.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 176px; height: 275px;" src="http://img.bukabuku.com/wm.php?i=berfikirdanberjiwabesar.jpg" border="0" alt="" /></a><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Javanese Wisdom: Berpikir dan Berjiwa Besar </span><br /><span style="font-style:italic;">oleh: Javanese Wisdom: Berpikir dan Berjiwa Besar</span><br />> Inspirasional & Spiritualitas » Inspirational<br />> Seni & Budaya<br /><br />List Price : Rp 45.000<br />Your Price : Rp 38.250 (15% OFF)<br />Penerbit : Galang Press<br />Edisi : Soft Cover<br />Tgl Penerbitan : 2007<br />Bahasa : Indonesia<br /> <br />Halaman : 233<br />Ukuran : 15 x 23 cm<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Sinopsis Buku:</span><br />Jawa begitu kaya dengan tradisi dan kearifan. Dari perihal dunia seksual, ramuan pengobatan dari tetumbuhan, hingga pedoman kepemimpinan dan hidup sejati. Sebagai khazanah, hingga kini, kearifan itu masih kuat mengakar dalam batin masyarakat Jawa dalam rangka membangun peradaban.<br /><br />Digali dari warisan budaya Jawa, Serat Wulang Reh karya Sri Paku Buwono IV, buku ini mengungkap makna sejati kepemimpinan dalam negara, perusahaan, dan negara. Ajaran kepemimpinan itu dimulai dengan memimpin diri sendiri, mengikuti ajaran hati nurani, kesediaan memberikan solusi, serta selalu berpikir baik. Anda dapat memetik dua puluh satu kearifan di buku ini.<br /><br />Buku ini menjadi pemandu bagi Anda yang ingin sukses dan bermakna dalam memegang kepemimpinan.Keluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-22894089207434567672010-02-07T13:38:00.000+07:002010-02-07T13:41:57.792+07:00Solo: The Spirit of Java<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:yhCOOUpM0UXeIM:http://kbmwbu.jawatengah.go.id/img/budaya/balai-kota-solo.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 143px; height: 107px;" src="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:yhCOOUpM0UXeIM:http://kbmwbu.jawatengah.go.id/img/budaya/balai-kota-solo.jpg" border="0" alt="" /></a><br /><br />Bengawan Solo,<br /><br />Riwayatmu ini,<br /><br />Sedari dulu jadi,<br /><br />Perhatian insani…<br /><br />Apakah masih ingat dengan lirik lagu keroncong terkenal Bengawan Solo? Itu adalah penggalan lirik yang terkenal hingga ke mancanegara. Solo atau Surakarta, yang dahulunya di awal kemerdekaan berstatus Keresidenan Surakarta telah berkembang menjadi kota yang kaya dengan peninggalan budaya Jawa. Solo, the spirit of Java. Itu adalah slogan yang melekat selain terkenal dengan semboyan BERSERI, yaitu Bersih, Sehat, Rapih dan Indah.<br /><br />Kota Surakarta terletak di pertemuan antara jalur selatan Jawa dan jalur Semarang Madiun, yang menjadikan posisinya yang strategis sebagai kota transit. Jalur kereta api dari jalur utara dan jalur selatan Jawa juga terhubung di kota ini. Jarak antara Yogyakarta dengan Solo hanya sekitar satu jam menggunakan kendaraan maupun kereta api.<br /><br />Sebagai kota yang sudah berusia hampir 250 tahun, Surakarta memiliki banyak kawasan dengan situs bangunan tua bersejarah. Selain bangunan tua yang terpencar dan berserakan di berbagai lokasi, ada juga yang terkumpul di sekian lokasi sehingga membentuk beberapa kawasan kota tua, dengan latar belakang sosialnya masing-masing.<br /><br />Peninggalan sejarah dan kentalnya kebudayaan Jawa di kota Solo ini masih tampak jelas di setiap pojokan kota. Gapura khas keraton dengan lambang Keraton Surakarta “Radya Laksana” terdapat di beberapa lokasi, terutama di wilayah yang berdekatan dengan Keraton Surakarta. Radya Laksana sebagai lambang atau simbol Karaton Surakarta memiliki makna simbolis dan makna filosofis dalam kehidupan Karaton khususnya dan kehidupan masyarakat pada umumnya.<br /><br />Radya Laksana dapat diartikan Jalan Negara dalam arti konsep-konsep untuk menjalankan negara yaitu Karaton Surakarta Hadiningrat. Selain secara harafiah, Radya Laksana memiliki makna sebagai ajaran dan patokan bagi siapapun yang memiliki watak Jiwa Ratu, Jiwa Santana, Jiwa Abdidalem, dan Kawuladalem yang berklebat ke Karaton yang berdasarkan pada Jiwa Budaya Jawa. Radya adalah negara. Yang disebut negara adalah bersatunya Ratu, putra Santana, Abdi dalem, kawula bangunan karaton, pemerintahan, daerah dan Pepundhen (segala sesuatu yang dihormati). Adapun Laksana berarti tindakan. Tindakan yang didasarkan pada Lahir dan Batin. Tindakan dalam bentuk batiniah harus dapat tercermin dalam wujud tindakan lahiriah.<br /><br />Museum tentang sejarah dan peninggalan purbakala khas Kasunanan Surakarta juga terdapat di areal komplek keraton, salah satunya yang terkenal dan masih sering digunakan pada upacara adat Grebekan 1 Syawal kalender Islam adalah Kereta Kencana. Keunikan dari keraton ini adalah di kawasan Solo utara, yang ditata oleh pihak Mangkunagaran, dapat ditemui beberapa jejak arsitektur dengan sentuhan Eropa. Hal ini tampak dengan adanya patung-patung berornamen eropa. Ini merupakan salah satu bukti kejayaan Keraton dengan adanya hubungan diplomatik antara pihak keraton dengan pemerintah eropa pada masa dahulu.<br /><br />Solo identik dengan batik sebagai pakaian khas kebesaran dan kebanggaan masyarakatnya. Batik tulis solo yang berkualitas halus di ekspor hingga ke mancanegara dan menjadi lambang khas Indonesia. Pedagang batik Jawa pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 banyak mendirikan usaha dan tempat tinggal di kawasan Laweyan (sekarang mencakup Kampung Laweyan, Tegalsari, Tegalayu, Tegalrejo, Sondakan, Batikan, dan Jongke). Tak jauh dari lokasi keraton, terdapat pasar tradisional Klewer. Pasar Klewer merupakan salah satu pasar batik terbesar di Indonesia. Di pasar ini kita dapat membeli aneka kerajinan dan oleh-oleh khas kota Surakarta dengan harga yang terjangkau dan dapat di tawar.<br /><br />Bahasa daerah yang digunakan di Surakarta adalah bahasa jawa dialek Surakarta. Dialek ini berbeda sedikit dengan dialek-dialek Jawa yang digunakan di kota-kota lain seperti di Semarang maupun Surabaya. Perbedaannya berupa kosakata yang digunakan, ngoko (kasar), karma (halus), dan intonasinya. Bahasa Jawa dari Surakarta digunakan sebagai standar bahasa Jawa nasional (dan internasional, seperti di Suriname).<br /><br />Beberapa makanan khas Surakarta antara lain adalah Nasi liwet, Nasi timlo, Nasi gudeg (yang lebih dikenal berasal dari Yogyakarta), Serabi Notosuman, Intip, Bakpia Balong, dan Jenang dodol khas Solo. Galabo adalah lokasi yang tepat untuk mencicipi makanan khas kota Solo dengan 75 aneka rasa makanan. Galabo ini adalah salah satu program pemerintah daerah Surakarta untuk menarik minat wisatawan pecinta kuliner. Galabo terletak tidak jauh dari lokasi Keraton dan dibuka khusus hanya untuk malam hari. Berbagai hidangan khas jawa dan Indonesia tersedia di sini dengan harga yang relative murah dan citarasa yang nikmat.<br /><br />Untuk Anda pecinta seni dan budaya, pagelaran wayang Orang dapat disaksikan di taman hiburan Sriwedari pada malam harinya. Letaknya tidak jauh dari Keraton Surakarta dan dapat menggunakan becak untuk menuju ke lokasi tersebut. Wayang dimainkan oleh orang dengan nyayian dan tarian serta dialog yang lucu diiringi dengan gamelan. Cerita Wayang Orang diambil dari episode Kitab Mahabharata dan Ramayana. Saat pulang seusai pertunjukan anda dapat menikmati perjalanan santai menuju hotel dengan menggunakan andong dokar (delman).<br /><br />Bagi Anda pecinta sejarah, Museum Sangiran dapat menjadi agenda wisata berikutnya untuk dikunjungi. Museum ini dapat ditempuh dari Solo kurang lebih selama 1 jam dengan menggunakan mobil atau bus. Museum ini memiliki koleksi sejumlah fosil yang ditemukan pada lapisan batu gamping di seputar wilayah Sangiran. Yang menarik dari museum ini adalah ditemukannya fosil dari manusia purba Solo (Homo Soloensis) yang hidup 600.000-150.000 tahun yang lalu. Fosil ini merupakan fosil manusia purba tertua di Indonesia. Selain fosil manusia purba, museum tersebut juga memamerkan koleksi fosil gigi, tanduk, tulang dan gading atau taring. Untuk menambah pengetahuan tentang manusia purba, museum mengajak pengunjung untuk menyaksikan film tentang sejarah asal muasal manusia di Sangiran Theatre.<br /><br />Dari Sangiran perjalanan dilanjutkan menuju Candi Sukuh yang terletak di kaki gunung Lawu di Karanganyar. Perjalanan dapat ditempuh kurang lebih selama 2 jam. Candi ini sangat khas karena reliefnya sedikit erotis dan tidak sama dengan relief pada candi umumnya di Jawa. Relief pada candi tersebut menceritakan tentang kebaikan dan keburukan di dunia.<br /><br />Bagi penggemar trekking, anda dapat berjalan mengambil rute dari Candi Sukuh menuju Air Terjun Grojogan Sewu. Air Terjun Grojogan Sewu cukup terkenal dan memiliki pemandangan yang menakjubkan. Trekking melewati perkampungan lokal dengan pemandangan yang indah dan keramahan penduduknya menjadikan liburan lebih menarik. Berpetualang ke Tawang Mangu dapat ditempuh dalam waktu satu jam dari kota Solo dengan menggunakan mobil atau transportasi umum. Angkutan umum ini memiliki harga yang relative murah tidak lebih dari 20 ribu rupiah. Di Tawang Mangu banyak tersedia villa yang disewakan untuk berlibur, dan Anda dapat beristirahat dengan tenang di tengah semilir sejuk udara Tawang Mangu. Selamat berlibur!Keluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-45811168052081873362010-01-28T07:51:00.000+07:002010-01-28T08:02:29.835+07:00Just a little noteOne day.. when I wake up in early morning..<br />I see no sun coming<br />no lighting... no smiling...<br />I see the sky is so blue... and the birds don't wanna sing, too...<br />what's going on? why every cheerfulness has gone?<br />I know the answer! I should not blame from surrounder! No matter what happened <br />I must create the happiness, from my self! Just struggling to wake up and run to reach my dream, our dream.... honey...! come on You can! WE can!Keluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-26978839717876520432010-01-23T22:15:00.000+07:002010-01-23T22:17:23.769+07:00Jebakan Era IndustriDalam pandangan akuntansi, sumber daya manusia atau karyawan adalah komponen biaya, sementara mesin dikategorikan sebagai aset. Coba kita pikirkan lebih mendalam, manusia dimasukkan dalam perhitungan rugi-laba sebagai pengeluaran, sedangkan mesin dimasukkan dalam pembukuan sebagai investasi.<br />Inilah yang menjadi sumber masalah kenapa banyak orang yang merasa tidak puas dalam pekerjaan mereka, dan menjadi alasan kenapa banyak organisasi yang tidak mampu menarik dan memanfaatkan bakat, kecerdikan dan kreatifitas mereka dan tidak pernah menjadi organisasi yang hebat dan bertahan lama.<br />Yang harus kita sadari, manusia bukanlah benda yang perlu dikendalikan seperti mesin. Manusia memiliki tubuh, pikiran, hati dan jiwa – di dalam tubuh memerlukan perlakuan pemenuhan kebutuhan fisikal seperti makan, minum, tidur, olahraga; di dalam pikiran yang sehat akan membentuk kerangka berpikir yang baik dalam menyelesaikan setiap persoalan; di dalam diri manusia adalah hati yang jika bersih dan bening akan memancarkan cinta dan kasih sejati, untuk saling menyayangi; dan di dalam diri manusia juga ada jiwa atau ruh yang merindukan sesuatu yang bersifat spiritual.Keluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-46322175389211620062009-07-22T15:47:00.000+07:002010-01-23T20:47:35.625+07:00Pendidikan Usia Dini Anak JepangSi Sulung dan Si Tengah sedang minum teh. Bertelekan di atas lantai, sambil nonton televisi. Saya sedang mencuci piring, berjarak sekitar lima meter dari mereka. Kemudian terdengar Si Tengah memanggil. Tangannya terjulur memegang gelasnya, dan dia bilang, "Tehnya sudah habis." Maksudnya mungkin, ingin tambah teh atau dia tak memerlukan lagi gelasnya, dan ingin saya mengambilnya untuk saya cuci.<br /><br />"Dek, dek..., itu tidak baik. Kamu lihat Mama sedang mencuci piring. Sana bawa sendiri gelasnya," kata si Sulung.<br /><br />Ungkapan sederhana Si Sulung itu membuat saya banyak berpikir. Terdengar lumayan dewasa. Menyenangkan. Sementara ketika saya membuang kotoran sampah makanan, saya melihat di tong sampah ada beberapa tusukan sate yang sudah dipatahkan (namun tetap bersambung), dan satu minuman kardus yang sudah dilipat pipih.<br /><br />Si Sulung. Saya tahu dia yang membuang tusukan sate dan kotak minuman itu.<br /><br />Di sekolahnya, anak-anak diajar bagaimana adab membuang sampah. Tusukan sate mesti dipatahkan (tak sampai putus), agar tak mudah menusuk sesuatu. Bisakah Anda membayangkannya, dan jadi mengerti? Tusukan sate, bila dibuang begitu saja, konstruksinya masih cukup kuat untuk melubangi kantong sampah, bahkan mungkin menusuk bagian tubuh manusia. Tapi kalau sudah dipatahkan, akan jauh berkurang kekuatan konstruksinya.<br /><br />Kotak susu, kalau dilipat dan dipipihkan, membuat volumenya jauh lebih kecil. Tujuannya, membantu tugas pengangkut sampah, agar mobil pengangkut tak penuh dengan ruang-ruang udara yang terperangkap dalam kotak-kotak yang sebenarnya sudah kosong namun tak dipipihkan.<br /><br />Hal-hal seperti di atas ditanamkan dalam jiwa dan mental anak-anak di SD Jepang.<br /><br />Saya melihatnya sebagai bentuk pendidikan membuat anak mau peduli akan efek-efek negatif perbuatan mereka. Secara tidak langsung, juga mendidik anak mau peduli dengan keadaan orang lain yang mungkin terkena dampak buruk perbuatan mereka.<br /><br />Saya tidak tahu, saya berusaha mengingat-ingat pelajaran saya waktu SD. Yang teringat cuma jangan buang sampah sembarangan, paling tidak jangan buang kulit pisang di jalan karena bisa membuat orang tergelincir. Tapi sayangnya, saya ingat bahwa lingkungan sekolah saya tidaklah menjadi bentuk nyata ajaran-ajaran seperti itu. Ruang guru seringkali saya dapati diramaikan dengan pemandandangan sisa makanan di meja mereka, kemasan kue, kulit buah, yang tak segera dibereskan usai para pendidik itu bersantap. Mereka duduk berbincang-bincang, sampai jam istirahat selesai. Ketika bel tanda waktu istirahat selesai, mereka pun kembali mengajar di kelas. Selanjutnya datanglah petugas kebersihan sekolah mengambil piring bekas mereka, membuang sampah mereka...<br /><br />Nah, sekarang kembali kepada kita sebagai orang tua. Bila kita tak memperlihatkan kepedulian akan efek 'kemalasan' kita pada orang lain, seperti mengupas jeruk atau pisang dan membiarkannya tergeletak begitu saja di tempat terdekat di mana kita makan, untuk selanjutnya menunggu orang lain yang membereskannya, maka ini jadi contoh buat anak-anak kecil di sekitar kita untuk belajar tak berempati pada orang lain, belajar tak memikirkan lebih jauh efek kelakuan kita. <br /><br />Sumber : http://mendidikanak.blogspot.com/2006/07/pendidikan-usia-dini-anak-jepang.htmlKeluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-81049554587510059672009-07-22T15:36:00.000+07:002009-07-22T15:38:02.902+07:00Anak TK Belajar Huruf & Angka, Penganiayaan Terselubung<span style="font-weight:bold;"></span><span style="font-weight:bold;">Pdpersi, Jakarta </span>- Sebagian Taman Kanak-Kanak telah mengajarkan baca, tulis dan hitung (calistung). Selain melanggar ketentuan, hal itu juga dikhawatirkan akan berpengaruh negatif pada perkembangan jiwa anak bahkan<br />termasuk dalam tindak penganiayaan (abuse).<br /><br />Demikian diungkapkan Seto di Jakarta, kemarin. Seto mengungkapkan, berdasarkan UU Sistem Pendidikan Nasional (Sidiknas) No 20 tahun 2003, TK masuk dalam sistem pendidikan anak usia dini (PAUD) dengan titik berat pembelajaran moral, nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian. Semua nilai-nilai tersebut ditanamkan melalui metode pembiasaan.<br /><br />UU tersebut, kata Seto, sama sekali tidak menyebutkan TK sebagai sarana persiapan bagi anak sebelum memasuki SD. Begitu pula dengan pembelajaran huruf dan angka, jelas-jelas tidak masuk dalam kurikulum TK. Sehingga,<br />pendidikan calistung dapat dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap aturan. Namun, lanjut Seto, pada prakteknya, pelanggaran itu terjadi di sebagian besar TK. Hal itu ditenggarai terkait dengan tuntutan mayoritas SD yang mengharuskan calon siswanya telah menguasai calistung.<br /><br />"Orang tua kemudian balik menuntut pengelola TK. Mereka ingin anaknya dipersiapkan seoptimal mungkin agar tidak terhambat masuk SD. Inilah lingkaran kekeliruan yang pada akhirnya menjadikan anak sebagai korban.<br />Akhirnya TK bukan menjadi sarana belajar sambil bermain, tapi belajar sambil menangis," kata Seto yang juga anggota Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP).<br /><br />Padahal, kata Seto, secara ilmiah anak-anak dibawah usia sekolah belum siap diajarkan calistung. Anak-anak TK tidak boleh dibebani target, melainkan diberi kesempatan bermain sepuas-puasnya. Sementara, pembelajaran<br />tentang nilai-nilai kehidupan diberikan dengan metode tematik yang mudah difahami. Seto menegaskan, sebagai upaya mengembalikan hak-hak anak yang dianggap kini terampas oleh sistem pendidikan yang salah, pada 2006<br />mendatang BSNP akan mengeluarkan regulasi yang merombak sistem pendidikan kelas satu hingga tiga SD. Aturan itu akan merubah sistem pembelajaran berpola tematik, seperti yang diterapkan pada murid TK. Pembahasan<br />pelajaran akan disederhanakan, disesuaikan sengan usia anak yang masih belia.<br /><br />Aturan tersebut, kata Seto, kini tengah digodok BSNP dan rencananya tahun depan akan mulai disosialisasikan. Keputusan untuk merombak aturan tersebut didasarkan atas evaluasi BSNP pada muatan kurikulum yang saat ini<br />berlaku. Kurikulum saat ini dinilai terlalu berat, disertai target dan materi yang tidak sesuai dengan usia anak. "Sekarang ini sekolah menjadi kewajiban yang membebani anak. Padahal, sekolah dan belajar itu hak anak. Itu yang kerap kita lupakan," ujar Seto.<br /><br />Berdasarkan pengamatan Media di sejumlah TK, selain diajarkan bernyanyi dan keterampilan unuk melatih motorik, setiap harinya murid-murid TK juga mendapat pendidikan mengenal huruf-huruf alfabet serta angka. Bahkan,<br />anak-anak yang masih berusia empat sampai lima tahun itu juga diharuskan berlatih menuliskannya dalam buku tulis seperti halnya murid SD.<br /><br />Di TK Kartika Bojong Gede Kabupaten Bogor, seluruh muridnya telah terbiasa membawa buku tulis setiap paginya. Selama tiga jam bersekolah di TK, dari pukul tujuh hingga sepuluh pagi, mereka berlatih menulis dan membaca<br />hingga merangkainya dalam kata. Begitu pula dengan angka, selain menuliskannya, mereka juga dilatih pertambahan dan pengurangan sederhana.<br /><br />"Alma sudah bisa baca sedikit-sedikit, diajar mama, tapi di sekolah juga belajar," kata Alma, seorang murid. Nani, orang tua Alma mengaku terkadang merasa kasihan pada anaknya karena kerap harus bersusah payah menghapal<br />dan menulis. Padahal, memegang pinsil saja, merupakan pekerjaan berat bagi anaknya yang belum genap lima tahun. Kendati begitu, Nani mengaku tak berani menyatakan keberatannya pada pihak sekolah. "Kalau dia tidak bisa<br />baca tulis, ya susah masuk SD. Semua SD yang ada di sekitar sini memberi tes baca tulis pada setiap anak yang mendaftar. Ada juga yang tidak, tapi SD-nya kurang bagus," kata Nani.<br /><br />Seorang guru yang mengajar di sebuah TK di Bandung mengaku dirinya kerap harus mengelus dada melihat perjuangan yang harus dilalui anak didiknya saat diajari calistung. Padahal, untuk memusatkan perhatian saja,<br />murid-muridnya masih kesulitan. "Mereka masih sulit berkonsentrasi. Keinginan bermain jauh lebih besar. Saya sendiri tak tega, tapi ini sudah ketentuan sekolah. Padahal, dulu tidak begini, murid saya yang saya ajar<br />sepuluh tahun lalu tidak belajar calistung tapi sekarang sudah jadi orang semua," kata guru yang enggan disebut namanya tersebut.<br /><br />Sumber : http://adnafathani.multiply.com/journal/item/45/Anak_TK_Belajar_Huruf_Angka_Penganiayaan_TerselubungKeluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-10950996295127526052009-07-22T15:31:00.000+07:002009-07-22T15:32:37.914+07:00Generasi Karbitan "ala" IndonesiaJenuh dengan kerjaan menyempurnakan dan mengupdate situs toko buku online milik saya, akhirnya saya iseng sekedar cari-cari informasi yang menarik. Pada saat blogwalking, saya menemukan tulisan dengan judul “Calistung di TK, haruskah?” dari sebuah blog milik seorang kepala sekolah sebuah TK bertaraf Internasional di Singosari, Malang.<br /><br />Membaca tulisan ini, saya menjadi teringat kembali pengalaman saya 18 tahun yang lalu ketika saya yang masih imut-imut itu mulai mengenyam pendidikan sekolah taman kanak-kanak di sebuah kota bernama Aachen, Deutschland. Visi dan misi yang diterapkan oleh si penulis kepada sekolahnya hampir sama dengan apa yang saya alami waktu itu. Masa taman kanak-kanak tampaknya hanyalah masa-masa untuk bermain, bermain, dan bermain. Tidak ada pelajaran membaCA, menuLIS, dan berhiTUNG. Yang ada hanyalah “pelajaran” bermain, bernyanyi, melukis, dan bersosialisasi.<br /><br />Ada sebuah pengalaman pahit yang dialami oleh ibu saya karena memiliki anak “cerdas” seperti saya. Saat itu saya sedang membaca sebuah buku di ruang kelas, di saat teman-teman yang lain sibuk dengan permaian “kota-kotaan” (sebidang karpet yang bergambar jalan raya dan pekarangan rumah, kita dapat bermain mobil-mobilan dan membuat rumah-rumahan di atas karpet tersebut. Mainan ini menjadi mainan favorit kami waktu itu). Guru saya menghampiri ibu saya dan kurang lebih berkata “apa yang Ibu lakukan terhadap Dian?”, sambil melirik ke arah saya, mengerutkan dahi, sekaligus mengangkat bahunya, dan setelah itu pergi tanda mengejek. Ibu saya terheran-heran, bukankah wajar anak usia TK sudah bisa membaca (mungkin tingkat kewajaran yang dimaksud Ibu saya adalah tingkat kewajaran yang berlaku di Tanah Air Tercintanya). Jangankan membaca, membedakan huruf O dan angka 0 saja anak-anak TK di Jerman Barat tidak bisa. Sementara saya yang “cerdas” itu sudah pandai membaca kisah-kisah Nabi setebal buku telepon dengan lancar.<br /><br />Lantas kenapa mereka bisa jauh lebih cerdas daripada bangsa yang sejak TK sudah pandai berhitung “akar pangkat tiga” ini? sebenarnya bukan cerdas atau tidak, tapi lebih ke pengembangan diri yang lebih sistematis jangka panjang dan tidak instant. Tampaknya mereka sangat paham tentang perkembangan psikologi anak. Mereka hanya memberikan apa yang seharusnya diberikan. Anak-anak usia TK adalah anak-anak dengan masa-masa membangun pondasi kepribadiannya, mereka membiarkan anak mereka larut dalam permainannya (tidak termasuk video game!!!) dan pergaulan dengan teman-temannya. Menginjak usia SD (Disana untuk bisa masuk SD, harus berusia tidak kurang dari 7 tahun) anak-anak mulai diajari menulis dan berhitung. Menginjak usia 11 tahun, ada evaluasi terhadap perkembangan bakat dan akademis si anak, mereka yang lebih dominan bakatnya akan disekolahkan ke sekolah bakat sesuai bakatnya masing-masing dan mereka yang sisi akademisnya lebih menonjol dipersilahkan untuk melanjutkan ke kelas 5. Menginjak usia 17 tahun, anak diberi pendidikan untuk hidup mandiri, seperti harus mencari pekerjaan untuk uang saku mereka.<br /><br />Bagaimana dengan Indonesia?? Anda lebih tahu jawabannya. Sistem pendidikan kita sepertinya lebih memiliki tendensi terhadap orang-orang yang berkepentingan, kurikulum ganti-ganti, tahun ini EBTANAS tahun berikutnya UAN, tahun ini UAN 5 mata pelajaran tahun berikutnya 3 mata pelajaran, dan bla..bla..bla tentang hal yang tidak urgent!!! Keadaan ini diperparah dengan kondisi sosial masyarakat di Indonesia yang memegang prinsip GENGSI is number one. “Eh jeng, anak saya yang umur 2 tahun udah bisa baca koran lho…”, “Waaahh, Ibu bangga adek udah bisa nulis”, “Kasian tuh jeng Vina, anaknya udah 4 tahun tapi belum bisa baca”… atau mungkin “Eh, anaknya keterima di Universitas mana? Fakultas apa?” itulah ungkapan-ungkapan yang sering muncul di masyarakat kita yang akhirnya memunculkan budaya “Membuat anak cerdas cara instant” dan hasilnya adalah GENERASI KARBITAN. Anak-anak yang seharusnya menikmati permaianan mereka harus dibebani dengan les ini les itu, anak-anak yang harusnya belajar bersosialisasi terlalu dibuat sibuk dengan PR-PR mereka, dan banyak lagi kekerasan terhadap anak yang secara tidak sadar telah dilakukan oleh orang tua mereka.<br /><br />Nah, generasi karbitan inilah yang kini mengisi pembangunan di Indonesia. Generasi yang sudah muak dengan rumus-rumus matematika, fisika, dan kimia. Generasi yang otaknya sudah penuh dengan hapalan nama-nama menteri Orde Baru, UUD 45, tanggal-tanggal di dalam buku sejarah, pengertian sosiologi menurut ini..menurut itu. Generasi yang sudah bosan untuk belajar.<br /><br />Jadi, bagaimana menurut anda?<br /><br />Sumber : http://prabuwardhana.wordpress.com/2008/03/03/generasi-karbitan-ala-indonesiaKeluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-32547376859625202822009-07-22T12:42:00.000+07:002009-07-22T12:45:40.240+07:00Calistung di TK, haruskah?Dari waktu ke waktu, sejak pertamakali menjadi guru Play group dan TK, hingga memegang amanah sebagai kepala play group dan TK seperti sekarang, setiap kali bertemu wali murid selalu yang menjadi pertanyaan adalah apakah anak saya nanti selepas TK bisa membaca, menulis dan berhitung (Calistung)? bahkan ada yang anaknya baru masuk TK A (Kelas Nol Kecil) sudah bingung anaknya belum bisa membaca. Wah.. wah.., gejala apa ini?<br /><br />Saya setuju dengan apa yang ditulis Dewi Faizah Utama dalam artikel Anak KArbitan. Saat ini, yang berkepentingan sekolah pada anak-anak usia dini adalah orang tuanya. bukan anak itu sendiri. Sudah banyak contoh anak-anak berbakat yang pada masa kecilnya menjadi bintang, tidak lama kemudian cahayanya meredup karena kehabisan energi yang dikuras habis orang tua untuk kepuasan egonya.<br /><br />Anakku sayang oh anakku malang. Hingga hari ini, betapa banyak anak-anak yang menjadi korban ambisi orang tua. Bayi baru lahir, orang tua sudah sibuk mencari baby school, mengumpulkan buku-buku tentang melejitkan kemampuan ini dan itu anak, dan mencari info-info lain berkenaan dengan upaya menjadikan anaknya sebagai yang terbaik, terhebat, terkenal dan ter..ter.. lainnya.<br /><br />Masa kanak-kanak yang merupakan usia emas mereka, masa terbaik untuk tumbuh dan berkembang sembari menikmati keceriaan, terlindas begitu saja karena kepentingan dan kekhawatiran semu orang tua. Kepentingan yang mengatasnamakan kekhawatiran terhadap masa depan anak. Takut anak tidak mampu mengikuti perkembangan zaman, takut anak tidak berhasil di masa depan, dan terutama takut anaknya tidak bisa bersaing dengan yang lain. Sebenarnya kekhawatiran tersebut wajar seandainya orang tua pun bereaksi dengan sikap yang bijak. Bukankah memberi yang terbaik untuk anak tidak harus mengabaikan hak asasi anak? terutama hak bermain dan menikmati masa kanak yang bahagia.<br /><br />Isu golden age benar-benar dimanfaatkan dengan berhasil oleh kaum kapitalis pendidikan. Saat ini buku-buku tentang melejitkan kemampuan anak usia dini dalam berbagai bidang menjadi best seller. Berbagai lembaga pendidikan yang mengakomodasi kepentingan konsumen pendidikan– yakni orang tua yang menginginkan produk instan pendidikan demi kesuksesan anak mereka– laris manis. Sekolah yang dikemas full day school pun menjadi pilihan bagi orang tua yang tidak memiliki atau bisa dikatakan tidak mau menyediakan waktunya untuk memberikan hak anak mereka mendapatkan asuhan dan didikan terbaik dari orang tuanya.<br /><br />Sebenarnya, kalau saya mau, di sekolah saya bisa saja saya buat program-program yang bisa memuaskan orang tua. Termasuk pembelajaran calistung pada anak-anak prasekolah yang sebenarnya menjadi harapan orang tua –supaya anaknya bisa diterima di sekolah favorit yang nota bene tidak mau direpotkan anak-anak yang belum bisa membaca-menulis dan berhitung– bisa saja saya berikan. Tentu sekolah saya akan semakin diminati dan terkenal sebagai pencetak bibit unggul yang outputnya selalu diterima di berbagai sekolah favorit. Padahal perlu dipertanyakan, benarkah sekolah favorit selalu merupakan sekolah unggulan?<br /><br />Sebuah persepsi yang salah kaprah jika sekolah favorit selalu diidentikkan sebagai sekolah unggul. Bagaimana tidak unggul, jika mereka hanya mau menerima input berupa produk siap proses yang berupa calon-calon siswa yang ber-IQ tinggi, berbakat dalam berbagai bidang karena sudah mengikuti les dan kursus ini-itu, tentu mereka tidak terlalu disibukkan dalam proses. Output pun mungkin mereka tidak khawatir kalah bersaing. Namun benarkah outcome mereka otomatis handal? Dalam beberapa kasus, saya mengamati ternyata tidak selalu anak keluaran sekolah favorit menjadi anak yang sukses sekaligus dapat diterima oleh lingkungannya.<br /><br />Syukurlah saya tidak terpengaruh dengan berbagai isu yang berkembang untuk memacu kecerdasan dan kemampuan anak di sekolah saya dengan program-program yang menindas anak, termasuk memaksakan anak belajar calistung secara formal di TK. Apalagi Dewan Yayasan juga sangat menekankan untuk tidak mengajarkan calistung di TK. Lebih berbahagia lagi masih banyak orang tua bijak yang mempercayakan anak-anak mereka di sekolah saya. Tentu di luar itu banyak juga yang memiliki visi yang sama dengan saya. Bahkan, pemerintah pun mengakui TK saya sebagai sekolah model dan berstandar internasional, alhamdulillah...<br /><br />Sungguh saya tidak akan menyalahgunakan kepercayaan itu. Anak-anak itu, adalah makhluk Allah yang berhak mendapatkan pelayanan terbaik berupa pendidikan yang tepat sesuai masa perkembangannya. Saya tidak mau memaksakan sesuatu yang dapat melukai mereka secara psikologis dan mengakibatkan mereka cepat matang tetapi nantinya cepat layu.<br /><br />Anak-anak itu, yang saya anggap sebagai anak-anak saya sendiri, berhak mendapatkan pendidikan yang berlandaskan cinta, kasih sayang tulus, yang tidak diwarnai ambisi dan ego orang tua maupun guru yang ingin dicap sebagai pendidik sukses. Anak-anak itu, berhak menikmati saat-saat indah, berkembang dan matang dengan alami.<br /><br />Anakku sayang… tataplah masa depanmu dengan keceriaan dan kebahagiaan. Jadilah generasi terbaik yang mampu menjadi teladan bagi bangsa ini, sebagai insan cendekia yang berakhlaq mulia. Semoga kelak kalian menjadi pemimpin yang mampu membawa bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat dan berperadaban tinggi. Amin…<br /><br />Sumber : (Zahratul Munawarah) di <a href="http://zahrahm.wordpress.com/2008/01/18/5/"></a>Keluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-71876619987048803002008-12-30T14:02:00.000+07:002008-12-30T14:45:55.203+07:00Liburan di Villa Tugusari<div>Betapa senangnya melihat wajah riang dan tatapan penuh keceriaan dari Naia dan Ial ketika diberitahu mau mengunjungi "mbah buyut"-nya di Solo. Naia malah bilang, "<span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">mi berangkat ke solo-nya sekarang ya..." </span>saat pagi-pagi sebelum berangkat. Ial begitu juga, " Adhek ikut ke Solo sama Abi, kan cowok sama cowok."<br /></div><div><br /></div><div>Akhirnya jam 5 sore kami dijemput oleh travel Persada dan meluncur ke Solo. kami tiba di Solo jam 12.00 malam. wuih...capek juga karena harus membawa bekal anak-anak</div><div>paginya langsung sibuk dengan jadwal menghadiri pesta pernikahan kakak sepupu. Esok paginya baru rileks...bersama keluarga. Anak - anak, sibuk sendiri...ada yang minta foto di kebon kacang, jala-jalan beli bakso khas solo dan sebagainya.</div><div><br /></div><div>Jum'at Sore, kami kembali ke Pekalongan.</div><div><br /></div>Keluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-27205390087182582102008-12-13T09:33:00.000+07:002008-12-13T09:46:57.802+07:00Satu pelajaran lagi dari Allahmalam senin, waktu adhek udah mulai ngantuk seperti biasa umi tuntun baca do'a tidur, waktu mau cium kening adhek, umi kaget panaaas banget. "abi.... adhek badannya panas banget" abi yang sedang nonton TVone kaget trus cepet-cepet masuk kamar.<br />............................................. akhirnya adhek memang harus bobo di RS untuk beberapa hari, Ya Allah nak, saat seorang anak sakit itulah ujian mental bagi kedua orangtuamu terutama umi... umi tak henti berdzikir demi kesembuhanmu, rasanya sedih liat adhek tergolek lemas di kasur RS dengan infus yang terpasang pada lengan mungilmu... hampir umi tak bisa menahan air mata tapi abi selalu menguatkan untuk tetap terlihat ceria saat menungguimu... Allah beri hamba kekuatan!<br />....................... Hari ahad akhirnya adhek diperbolehkan pulang, alhamdulillah umi legaa banget. satu hal nak, bahwa hari itu umi dapat pelajaran lagi dari Allah, tentang arti sebuah kesabaran, kepasrahan, keikhlasan, dan ikhtiar. Umi yakin kita sekeluarga sedang terus berproses untuk lebih baik. Buat kakak naia, umi betul-betul terharu dan mesti berterimakasih atas ketidak rewelan dan pengertiannya bobo ditemani mbak ata dan pipik saja, diusiamu yang 4,5th kamu betul-betul dikaruniai Allah kecerdasan emosional yang baik, umi inget waktu itu kamu bilang 'umi, kakak khawatir banget sama adhek, tadi di sekolah kakak berdoa semoga adhek cepet sembuh" subhanallah....................Keluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-76467342514580950432008-11-07T15:05:00.000+07:002010-01-25T18:14:29.109+07:00Renungan : Serat JoyoboyoBesuk yen wis ana kreta tanpa jaran.<br />Bila ada kereta tanpa kuda<br />One day there will be a cart without a horse.<br /><br />Tanah Jawa kalungan wesi.<br />Tanah jawa terbelenggu besi<br />The island of Java will be circled by an iron necklace.<br /><br />Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang.<br />Perahu terbang di angkasa<br />There will be a boat flying in the sky.<br /><br />Kali ilang kedhunge.<br />Sungai hilang arusnya<br />The river will loose its current.<br /><br />Pasar ilang kumandhange.<br />Pasar sunyi<br />There will be markets without crowds.<br /><br />Iku tanda yen tekane jaman Jayabaya wis cedhak.<br />Itu tanda datangnya jaman Jayabaya sudah dekat<br />These are the signs that the Jayabaya era is coming.<br /><br />Bumi saya suwe saya mengkeret.<br />Bumi kian menciut<br />The earth will shrink.<br /><br />Sekilan bumi dipajeki.<br />Setiap jengkal tanah dipajaki<br />Every inch of land will be taxed.<br /><br />Jaran doyan mangan sambel.<br />Kuda doyan sambal (Kerakusan)<br />Horses will devour chili sauce.<br /><br />Wong wadon nganggo pakaian lanang.<br />Wanita mengenakan pakaian laki-laki<br />Women will dress in men's clothes.<br /><br />Iku tandane yen wong bakal nemoni wolak-waliking jaman.<br />Itu tandanya kita bertemu jungkir baliknya jaman<br />These are the signs that the people and their civilization<br />have been turned upside down.<br /><br />Akeh janji ora ditetepi.<br />Banyak Janji tak ditepati<br />Many promises unkept.<br /><br />Akeh wong wani mlanggar sumpahe dhewe.<br />Banyak manusia yang berani menyalahi sumpahnya sendiri<br />Many break their oath.<br /><br />Manungsa pada seneng nyalah.<br />Manusia saling menyalahkan<br />People will tend to blame on each other.<br /><br />Ora ngindahake hukum Allah.<br />Tiada mengindahkan hukum Allah<br />They will ignore God's law.<br /><br />Barang jahat diangkat-angkat.<br />Hal jahat diangkat<br />Evil things will be lifted up.<br /><br />Barang suci dibenci.<br />Yang suci dibenci<br />Holy things will be despised.<br /><br />Akeh manungsa mung ngutamake duwit.<br />Banyak manusia yang hanya mengutamakan uang<br />Many people will become fixated on money.<br /><br />Lali kamanungsan.<br />Lupa kemanusiaannya<br />Ignoring humanity.<br /><br />Lali kabecikan.<br />Lupa kebajikan<br />Forgetting kindness.<br /><br />Lali sanak lali kadang.<br />Lupa sanak lupa saudara<br />Abandoning their families.<br /><br />Akeh Bapa lali anak.<br />Banyak bapak lupa anak<br />Fathers will abandon their children.<br /><br />Akeh anak wani nglawan ibu.<br />Banyak anak berani melawan ibundanya<br />Children will be disrespectful to their mothers.<br /><br />Nantang bapa.<br />Menantang ayah<br />And battle against their fathers.<br /><br />Sedulur pada cidra.<br />Saudara pada bertengkar<br />Siblings will collide violently.<br /><br />Kulawarga pada curiga.<br />Keluarga saling curiga<br />Family members will become suspicious of each other.<br /><br />Kanca dadi mungsuh.<br />Teman jadi musuh<br />Friends become enemies.<br /><br />Akeh manungsa lali asale.<br />Banyak manusia lupa asalnya<br />People will forget their roots.<br /><br />Ukuman Ratu ora adil.<br />Hukum tidak adil<br />The queen's judgements will be unjust.<br /><br />Akeh pangkat sing jahat lan ganjil.<br />Banyak pejabat yang jahat dan ganjil<br />There will be many peculiar and evil leaders.<br /><br />Akeh kelakuan sing ganjil.<br />Banyak perilaku yang aneh2<br />Many will behave strangely.<br /><br />Wong apik-apik pada kepencil.<br />Orang baik-baik terpencil<br />Good people will be isolated.<br /><br />Akeh wong nyambut gawe apik-apik pada krasa isin.<br />Banyak orang malu melakukan pekerjaan baik-baik<br />Many people will be too embarrassed to do the right things.<br /><br />Luwih utama ngapusi.<br />Lebih utama membohongi<br />Choosing falsehood instead.<br /><br />Wegah nyambut gawe.<br />Malas berkerja<br />Many will be lazy to work.<br /><br />Kepingin urip mewah.<br />Tapi ingin hidup mewah<br />Seduced by luxury.<br /><br />Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka.<br />Mengumbar nafsu angkara murka, memperbanyak dosa durhaka<br />They will take the easy path of crime and deceit.<br /><br />Wong bener thenger-thenger.<br />Orang baik pada bingung<br />The honest will be confused.<br /><br />Wong salah bungah.<br />Orang yang salah bergembira<br />The dishonest will be joyful.<br /><br />Wong apik ditampik-tampik.<br />Orang baik ditolak<br />The good will be rejected.<br /><br />Wong jahat munggah pangkat.<br />Orang jahat naik pangkat<br />The evil ones will rise to the top.<br /><br />Wong agung kesinggung.<br />Orang berhati mulia di kritik di sudutkan<br />Noble people will be wounded by unjust criticism.<br /><br />Wong ala kepuja.<br />Yang berhati jahat malah dipuja<br />Evil doers will be worshipped.<br /><br />Wong wadon ilang kawirangane.<br />Kaum wanita hilang rasa malunya<br />Women will become shameless.<br /><br />Wong lanang ilang kaprawirane.<br />Kaum pria hilang harga diri dan keberaniannya<br />Men will loose their courage.<br /><br />Akeh wong lanang ora duwe bojo.<br />Banyak pria tak beristri<br />Men will choose not to get married.<br /><br />Akeh wong wadon ora setya marang bojone.<br />Banyak wanita yang tak setia dengan suaminya<br />Women will be unfaithful to their husbands.<br /><br />Akeh ibu pada ngedol anake.<br />Banyak ibu menjual anaknya<br />Mothers will sell their babies.<br /><br />Akeh wong wadon ngedol awake.<br />Banyak wanita menjual badannya<br />Women will engage in prostitution.<br /><br />Akeh wong ijol bebojo.<br />Banyak orang bertukar pasangan<br />Couples will trade partners.<br /><br />Wong wadon nunggang jaran.<br />Wanita menunggang kuda (mencari nafkah)<br />Women will ride horses.<br /><br />Wong lanang linggih plangki.<br />Laki-laki di rumah<br />Men will be carried in a stretcher.<br /><br />Randa seuang loro.<br />Orang mudah bercerai<br />A divorcee will be valued at 17 cents.<br /><br />Prawan seaga lima.<br />Nilai keperawanan/kesucian murah<br />A virgin will be valued at 10 cents.<br /><br />Duda pincang laku sembilan uang.<br />Pria yang gak baik malah bernilai mahal<br />A crippled men will be valued at 75 cents.<br /><br />Akeh wong ngedol ngelmu.<br />Banyak orang menjual ilmu dan pengetahuannya<br />Many will earn their living by trading their knowledge.<br /><br />Akeh wong ngaku-aku.<br />Banyak orang yg mengambil keuntungan dari orang lain<br />Many will claims other's merits as their own.<br /><br />Njabane putih njerone dadu.<br />Luarnya putih dalamnya hitam<br />It is only a cover for the dice.<br /><br />Ngakune suci, nanging sucine palsu.<br />Ngaku suci tapi kesuciannya palsu belaka<br />They will proclaim their righteousness despite their sinful ways.<br /><br />Akeh bujuk akeh lojo.<br />Banyak kecurangan dan kelicikan<br />Many will use sly and dirty tricks.<br /><br />Akeh udan salah mangsa.<br />Banyak hujan salah musimnya<br />Rains will fall in the wrong season.<br /><br />Akeh prawan tuwa.<br />Banyak perawan tua<br />Many women will remain virgins into their old age.<br /><br />Akeh randa nglairake anak.<br />Banyak janda melahirkan anak<br />Many divorcees will give birth.<br /><br />Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapakne.<br />Banyak jabang bayi mencari ayahnya<br />Newborns will search for their fathers.<br /><br />Agama akeh sing nantang.<br />Banyak yang menentang Agama<br />Religions will be attacked.<br /><br />Perikamanungsan saya ilang.<br />Perikemanusian hilang semuanya<br />Humanitarianism will no longer have importance.<br /><br />Omah suci dibenci.<br />Rumah suci dibenci<br />Holy temples will be hated.<br /><br />Omah ala saya dipuja.<br />Tempat maksiat dipuja2<br />They will be more fond of praising evil places.<br /><br />Wong wadon lacur ing ngendi-endi.<br />Wanita lacur bertebaran dimana2<br />Prostitution will be everywhere.<br /><br />Akeh laknat.<br />Banyak kelaknatan<br />There will be many worthy of damnation.<br /><br />Akeh pengkhianat.<br />Banyak pengkhianat<br />There will be many betrayals.<br /><br />Anak mangan bapak.<br />Anak makan bapak<br />Children will be against father.<br /><br />Sedulur mangan sedulur.<br />Saudara saling memakan<br />Siblings will be against siblings.<br /><br />Kanca dadi mungsuh.<br />Teman jadi musuh<br />Friends will become enemies.<br /><br />Guru disatru.<br />Guru dilawan<br />Students will show hostility toward teachers.<br /><br />Tangga pada curiga.<br />Tetangga pada curiga<br />Neighbours will become suspicious of each other.<br /><br />Kana-kene saya angkara murka.<br />Dimana-mana banyak angkara murka<br />And ruthlessness will be everywhere.<br /><br />Sing weruh kebubuhan.<br />Saksi jadi tersangka<br />The eyewitness has to take the responsibility.<br /><br />Sing ora weruh ketutuh.<br />Orang tak tahu menahu jadi tertuduh<br />The ones who have nothing to do with the case will be prosecuted.<br /><br />Besuk yen ana peperangan.<br />Satu saat nanti akan ada peperangan<br />One day when there will armagedon.<br /><br />Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor.<br />Di timur, selatan dan utara<br />In the east, in the west, in the south, and in the north.<br /><br />Akeh wong becik saya sengsara.<br />Banyak orang baik-baik jadi sengsara<br />Good people will suffer more.<br /><br />Wong jahat saya seneng.<br />Orang Jahat senang<br />Bad people will be happier.<br /><br />Wektu iku akeh dandang diunekake kuntul.<br />Banyak kebohongan<br />When this happens, a rice cooker will be said to be an egret.<br /><br />Wong salah dianggep bener.<br />Yang salah dianggap benar<br />The wrong person will be assumed to be honest.<br /><br />Pengkhianat nikmat.<br />Pengkhianat nikmat<br />Betrayers will live in the utmost of material comfort.<br /><br />Durjono saya sempurna.<br />Terlebih lagi Sang durjana<br />The deceitful will decline even further.<br /><br />Wong jahat munggah pangkat.<br />Orang jahat naik pangkat<br />The evil persons will rise to the top.<br /><br />Wong lugu kebelenggu.<br />Orang yang naif terbelenggu<br />The modest will be trapped.<br /><br />Wong mulyo dikunjoro.<br />Orang mulia dipenjara<br />The noble will be imprisoned.<br /><br />Sing curang garang.<br />Yang berhati curang garang<br />The fraudulent will be ferocious.<br /><br />Sing jujur kojur.<br />Yang jujur susah setengah mati<br />The honest will unlucky.<br /><br />Pedagang akeh sing keplarang.<br />Many merchants will fly in a mess.<br /><br />Wong main akeh sing ndadi.<br />Perjudian makin menjadi<br />Gamblers will become more addicted to gambling.<br /><br />Akeh barang haram.<br />Banyak barang haram<br />Illegal things will be everywhere.<br /><br />Akeh anak haram.<br />Banyak anak haram<br />Many babies will be born outside of legal marriage.<br /><br />Wong wadon nglamar wong lanang.<br />Kaum wanita melamar pria<br />Women will propose marriage.<br /><br />Wong lanang ngasorake drajate dhewe.<br />Kaum pria merendahkan derajatnya sendiri<br />Men will lower their own status.<br /><br />Akeh barang-barang mlebu luang.<br />Banyak barang tak terjual<br />The merchandise will be left unsold.<br /><br />Akeh wong kaliren lan wuda.<br />Banyak orang tak berpunya pangan maupun sandang<br />Many people will suffer from starvation and inability<br />to afford clothing.<br /><br />Wong tuku nglenik sing dodol.<br />Pembeli lebih pintar dari penjual<br />Buyers will become more sophisticated.<br /><br />Sing dodol akal okol.<br />Penjual harus putar akal mati2an<br />Sellers will have to use their brains and muscle to do business.<br /><br />Wong golek pangan kaya gabah diinteri.<br />Susah cari makan<br />In the way they earn a living, people will be as rice paddies being<br />swung around and blown up.<br /><br />Sing kebat kliwat.<br />Banyak yg hilang kendali<br />Some will go wild out of control.<br /><br />Sing telat sambat.<br />Yang tak berambisi tertinggal<br />Those who are not ambitious will complaint of being left behind.<br /><br />Sing gede kesasar.<br />Yang besar tersesat<br />The ones on the top will get lost.<br /><br />Sing cilik kepleset.<br />Yang kecil terpeleset<br />The ordinary people will slip.<br /><br />Sing anggak ketunggak.<br />Yang angkuh akan terhalang<br />The arrogant ones will be impaled.<br /><br />Sing wedi mati.<br />Yang takut tak akan bertahan<br />The fearful ones will not survive.<br /><br />Sing nekat mbrekat.<br />Yang nekat akan berhasil<br />The risk takers will be successful.<br /><br />Sing jerih ketindhih.<br />Yang takut akan tertindas<br />The ones who are afraid of taking the risks will be crushed under<br />foot.<br /><br />Sing ngawur makmur,<br />Yang ngawur justru makmur<br />The careless ones will be wealthy.<br /><br />Sing ngati-ati ngrintih.<br />Yang berhati2 merintih<br />The careful ones will whine about their suffering.<br /><br />Sing ngedan keduman.<br />Yang edan kebagian<br />The crazy ones will get their portion.<br /><br />Sing waras nggagas.<br />Tapi mereka yg waras (mental dan fisik) akan berpikir bijak<br />The ones who are mentally and physically healthy will think wisely.<br /><br />Wong tani ditaleni.<br />Petani terikat<br />The farmers will be controlled.<br /><br />Wong dora ura-ura.<br />Para koruptor beruntung tak terkira<br />Those who are corrupt will spend their fortune lavishly.<br /><br />Ratu ora netepi janji, musna kekuasaane.<br />Raja tak menepati janji, musnah kekuasaannya<br />The queen who does not keep her promises will lose her power.<br /><br />Bupati dadi rakyat.<br />Bupati menjadi rakyat<br />The leaders will become ordinary persons.<br /><br />Wong cilik dadi priyayi.<br />Orang kecil jadi pemimpin<br />The ordinary people will become leaders.<br /><br />Sing mendele dadi gede,<br />Orang tak jujur akan jadi pejabat<br />The dishonest persons will rise to the top.<br /><br />Sing jujur kojur.<br />Yang jujur sekarat<br />The honest ones will be unlucky.<br /><br />Akeh omah ing nduwur jaran.<br />Banyak rumah berada di atas kuda<br />There will be many people own a house on horseback.<br /><br />Wong mangan wong.<br />Orang makan orang<br />People will attack other people.<br /><br />Anak lali bapak.<br />Anak lupa bapak<br />Children will ignore their fathers.<br /><br />Wong tuwa lali tuwane.<br />Orang tua lupa tanggung jawabnya<br />Parents will not want to take their responsibility as parents.<br /><br />Pedagang adol barang saya laris.<br />Pedagang menjual barang sangat laris<br />Merchants will sell out of their merchandise.<br /><br />Bandane saya ludes.<br />Tapi hartanya ludes<br />Yet, they will lose money.<br /><br />Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan.<br />Banyak orang mati kelaparan dalam kemakmurannya<br />Many people will die from starvation in prosperous times.<br /><br />Akeh wong nyekel banda nanging uripe sengsara.<br />Banyak orang berpunya tapi hidupnya sengsara Many people will have<br />lots of<br />money yet, be unhappy in their lives.<br /><br />Sing edan bisa dandan.<br />Yang edan berdandan mentereng<br />The crazy one will be beautifully attired.<br /><br />Sing bengkong bisa nggalang gedong.<br />Yang berhati bengkok bisa membangun rumah gedong<br />The insane will be able to build a lavish estate.<br /><br />Wong waras lan adil uripe nggrantes lan kepencil.<br />Yang berhati lurus hidupnya memprihatinkan dan tersisih<br />The ones who are fair and sane will suffer in their lives<br />and will be isolated.<br /><br />Ana peperangan ing njero.<br />Akan ada perang saudara<br />There will be internal wars.<br /><br />Timbul amarga para pangkat akeh sing pada salah paham.<br />Para petinggi saling salah paham<br />As a result of misunderstandings between those at the top.<br /><br />Durjana saya ngambra-ambra.<br />Kedurjanaan bersimaharajalela<br />The numbers of evil doers will increase sharply.<br /><br />Penjahat saya tambah.<br />Penjahat bertambah<br />There will be more criminals.<br /><br />Wong apik saya sengsara.<br />Orang baik-baik sengsara<br />The good people will live in misery.<br /><br />Akeh wong mati jalaran saka peperangan.<br />Banyak yang mati dalam peperangan<br />There will be many people die in a war.<br /><br />Kebingungan lan kobongan.<br />Kebingungan dan semuanya habis terbakar<br />Others will be disoriented, and their property burnt.<br /><br />Wong bener saya tenger-tenger.<br />Yang benar kebingungan<br />The honest will be confused.<br /><br />Wong salah saya bungah-bungah.<br />Yang salah bergembiraria<br />The dishonest will be joyful.<br /><br />Akeh banda musna ora karuan lungane.<br />Banyak harta habis tak tentu arah<br />There will be disappearance of great riches.<br /><br />Akeh pangkat lan drajat pada minggat ora karuan sababe.<br />Jabatan dan kekayaan hilang tak diketahui sebabnya There will be<br />disappearance of great titles, and jobs.<br /><br />Akeh barang-barang haram, akeh bocah haram.<br />Banyak barang haram, banyak anak haram<br />There will be many illegal goods, There will be many babies born<br />without fathers.<br /><br />Bejane sing lali, bejane sing eling.<br />Seberuntung2nya mereka yang lupa diri, akan lebih bahagia mereka yang<br />selalu<br />ingat (dzikr)<br /><br />Nanging sauntung-untunge sing lali.<br />Namun seuntung2nya yang lupa diri<br />Those people who forget God's Will may be happy on earth.<br /><br />Isih untung sing waspada.<br />Akan lebih untung mereka yang ingat waspada<br />But those who are remember God's will are destined<br />to be happier still.<br /><br />Angkara murka saya ndadi.<br />Angkara murka makin menjadi<br />Ruthlessness will become worse.<br /><br />Kana-kene saya bingung.<br />Kebingungan dimana2<br />Everywhere the situation will be chaotic.<br /><br />Pedagang akeh alangane.<br />Pedagang banyak halangannya<br />Doing business will be more difficult.<br /><br />Akeh buruh nantang juragan.<br />Banyak buruh menantang juragan<br />Workers will challenge their employers.<br /><br />Juragan dadi umpan.<br />Juragan jadi umpan<br />The employers will become bait for their employees.<br /><br />Sing suwarane seru oleh pengaruh.<br />Yang suaranya keras akan mendapat pengaruh(kekuasaan)<br />Those who speak out will be more influential.<br /><br />Wong pinter diingar-ingar.<br />Orang yg pintar jadi bulan2an<br />The wise ones will be ridiculed.<br /><br />Wong ala diuja.<br />Orang yang salah dipuja<br />The evil ones will be worshipped.<br /><br />Wong ngerti mangan ati.<br />Orang yang paham akan makan ati<br />The knowledgeable ones will show no compassion.<br /><br />Banda dadi memala.<br />Harta benda jadi penyakit<br />The pursuit of material comfort will incite crime.<br /><br />Pangkat dadi pemikat.<br />Jabatan terlihat menggiurkan<br />Job titles will become enticing.<br /><br />Sing sawenang-wenang rumangsa menang.<br />Yang sewenang-wenang berasa menang<br />Those who act arbitrarily will feel as if they are the winners.<br /><br />Sing ngalah rumangsa kabeh salah.<br />Yang mengalah seakan-akan kalah<br />Those who act wisely will feel as if everything is wrong.<br /><br />Ana Bupati saka wong sing asor imane.<br />Para pemimpin rendah imannya<br />There will be leaders who are weak in their faith.<br /><br />Patihe kepala judi.<br />Patih nya saja gembong judi<br />Their vice regent will be selected from among the ranks of the<br />gamblers.<br /><br />Wong sing atine suci dibenci.<br />Yang hatinya suci malah dibenci<br />Those who have a holy heart will be rejected.<br /><br />Wong sing jahat lan pinter jilat saya derajat.<br />Yang jahat dan pintar malah mendapat derajat<br />Those who are evil, and know how to flatter their boss,<br />will be promoted.<br /><br />Pemerasan saya ndadra.<br />Pemerasan makin menjadi<br />Human exploitation will be worse.<br /><br />Maling lungguh wetenge mblenduk.<br />Maling duduk santai dengan perutnya yang gendut<br />The corpulent thieves will be able to sit back and relax.<br /><br />Pitik angkrem saduwurane pikulan.<br />Ayam mengeram stinggi pikulan (Petinggi banyak yg berbuat curang)<br />The hen will hacth eggs in a carrying pole.<br /><br />Maling wani nantang sing duwe omah.<br />Maling berani menantang yang punya rumah<br />Thieves will not be afraid to challenge the target.<br /><br />Begal pada ndugal.<br />Begal makin gila<br />Robbers will dissent into greater evil.<br /><br />Rampok pada keplok-keplok.<br />Rampok mendapat tepuk tangan<br />Looters will be given applause.<br /><br />Wong momong mitenah sing diemong.<br />Pengasug difitnah oleh yg diasuh<br />People will slander their caregivers.<br /><br />Wong jaga nyolong sing dijaga.<br />Penjaga nyolong milik yang dijaga<br />Guards will steel the very things they are to protect.<br /><br />Wong njamin njaluk dijamin.<br />Penjamin minta dijamin<br />Guarantors will ask for collateral.<br /><br />Akeh wong mendem donga.<br />Banyak yang minta doa<br />Many will ask for blessings.<br /><br />Kana-kene rebutan unggul.<br />Semua orang berebut kemenangan pribadi<br />Everybody will compete for personal victory.<br /><br />Angkara murka ngombro-ombro.<br />Angkara murka tersebar dimana2<br />Ruthlessness will be everywhere.<br /><br />Agama ditantang.<br />Agama ditantang<br />Religions will be questioned.<br /><br />Akeh wong angkara murka.<br />Banyak orang yang angkara murka<br />Many people will be greedy for power, wealth and position.<br /><br />Nggedeake duraka.<br />Memperbanyak dosa<br />Rebelliousness will increase.<br /><br />Ukum agama dilanggar.<br />Hukum agama dilanggar<br />Religious law will be broken.<br /><br />Perikamanungsan di-iles-iles.<br />Perikemanusiaan diinjak-injak<br />Human rights will be violated.<br /><br />Kasusilan ditinggal.<br />Kesusilaan ditinggalkan<br />Ethics will left behind.<br /><br />Akeh wong edan, jahat lan kelangan akal budi.<br />Banyak orang edan, jahat dan kehilangan akal budi<br />Many will be insane, cruel and immoral.<br /><br />Wong cilik akeh sing kepencil.<br />Orang kecil tersingkir<br />Ordinary people will be segregated.<br /><br />Amarga dadi korbane si jahat sing jajil.<br />Mereka akan jadi korban si hati jahat dan iblis<br />They will become the victims of evil and cruel persons.<br /><br />Banjur ana Ratu duwe pengaruh lan duwe prajurit.<br />Akan ada raja yang berpengaruh dan Memiliki bala tentara<br />Then there will come a queen who is influential.<br />She will have her own armies.<br /><br />Negarane ambane sapra-walon.<br />Negaranya seluas seperdelapan dunia<br />Her country will measured one-eighth the circumference of the world.<br /><br />Tukang mangan suap saya ndadra.<br />Tukang makan uang suap makin banyak<br />The number of people who commit bribery will increase.<br /><br />Wong jahat ditampa.<br />Orang jahat diterima<br />The evil ones will be accepted.<br /><br />Wong suci dibenci.<br />Orang suci dibenci<br />The innocent ones will be rejected.<br /><br />Timah dianggep perak.<br />Timah dianggap perak<br />Tin will be thought to be silver.<br /><br />Emas diarani tembaga<br />Emas dibilang tembaga.<br />Gold will be thought to be copper.<br /><br />Dandang dikandakake kuntul.<br />A rice cooker will be thought to be an egret.<br /><br />Wong dosa sentosa.<br />Pendosa sentosa<br />The sinful ones will be safe and live in tranquility.<br /><br />Wong cilik disalahake.<br />Orang kecil disalahkan<br />The poor will be blamed.<br /><br />Wong nganggur kesungkur.<br />Pengangguran terpuruk<br />The unemployed will be rooted up.<br /><br />Wong sregep krungkep.<br />The diligent ones will be forced down.<br /><br />Wong nyengit kesengit.<br />Orang akan menuntut balas terhadap yang menekannya The people will<br />seek<br />revenge against the fiercely violent ones.<br /><br />Buruh mangluh.<br />Buruh bekerja habis2an<br />Workers will suffer from overwork.<br /><br />Wong sugih krasa wedi.<br />Yang kaya ketakutan<br />The rich will feel unsafe.<br /><br />Wong wedi dadi priyayi.<br />Yang berpunya merasa tak aman<br />People who belong to the upper class will feel insecure.<br /><br />Senenge wong jahat.<br />Yang jahat senang<br />Happiness will belong to evil persons.<br /><br />Susahe wong cilik.<br />Yang kecilan susah<br />Trouble will belong to the poor.<br /><br />Akeh wong dakwa dinakwa.<br />Orang saling menuntut satu sama lain<br />Many will sue each other.<br /><br />Tindake menungsa saya kuciwa.<br />Perilaku manusia semakin rendah<br />Human behaviour will fall short of moral enlightenment.<br /><br />Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi.<br />Raja dengan raja berembug, negara mana yang disenangi<br />Leaders will discuss and choose which countries are their<br />favourites and which ones are not.<br /><br />Wong Jawa kari separo,<br />Orang jawa tinggal separuhnya<br />The Javanese will remain half.<br /><br />Landa-Cina kari sejodo.<br />Orang Belanda dan China tinggal sejodoh<br />The Dutch and the Chinese each will remain a pair.<br /><br />Akeh wong ijir, akeh wong cethil.<br />Banyak kelicikan kebusukan<br />Many become stingy.<br /><br />Sing eman ora keduman.<br />The stingy ones will not get their portion.<br /><br />Sing keduman ora eman.<br />The ones who receive their portion will not be generous.<br /><br />Akeh wong mbambung.<br />Banyak pengemis dimana2<br />Street beggars will be everywhere.<br /><br />Akeh wong limbung.<br />Banyak orang bingung/stress tak tentu arah<br />Bewildered persons will be everywhere.<br /><br />Selot-selote mbesuk wolak-waliking jaman teka.<br />Inilah tanda-tanda terbaliknya zaman<br />These are the signs that the people and their civilization<br />have been turned upside downKeluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-79302343627036280042008-10-23T09:51:00.000+07:002010-01-25T18:13:39.485+07:00Inikah saatnya?<p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><span style="" lang="IN">Dalam masyarakat Timur,menikah memiliki nilai yang sangat sakral (suci), terlebih bagi setiap diri muslim. Ditinjau dari sudut pandang dakwah, pernikahan adalah bagian penting karena rumah tangga berperan bagi kelangsungan dakwah itu sendiri. Rumah tangga merupakan lapis terbawah dari struktur masyarakat, disanalah tampak sebuah miniatur masyarakat. Untuk lebih jelas dalam membuka hikmah pernikahan, berikut ini ada sebuah tulisan yang cukup menarik, yang mungkin akan memudahkan kita dalam memahami peran dan kualifikasi keluarga, yang ditulis melalui serangkaian perenungan panjang oleh seorang ibu yang masih muda usia, Miranda Risang Ayu. Ia dikenal juga sebagai koreografer yang dua karyanya, Istighfar dan Tasbih, sempat menjadi pembicaraan karena idenya untuk menjadikan keindahan gerak kain sebagai alternatif keindahan gerak tubuh.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><span style="" lang="IN"><span style=""> </span>Ia menuturkan bahwa konon pada suatu titik dalam sejarah, kehidupan berpusat pada keluarga. Dalam masyarakat nomaden, komunitas sebuah masyarakat hanya ditandai dengan berkumpulnya beberapa orang yang terikat oleh hubungan perkawinan dan darah. Karenanya, dalam perspektif subyektif anggotanya, hampir tidak ada perbedaan antara sebuah keluarga dan sebuah masyarakat. Ketika seorang ibu memasak, memberi makan suami dan anak-anaknya, ia segera menemukan totalitas pengabdian bagi seluruh umat manusia, karena memang hanya suami dan anak-anaknya – satu-satunya masyarakat yang ditemuinya di tengah-tengah hutan belantara atau padang pasir yang melingkunginya. Miranda menggarisbawahi bahwa dalam masyarakat nomaden kualifikasi keluarga masih sekedar berperan untuk menjaga kelangsungan generasi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><span style="" lang="IN"><span style=""> </span>Dalam perkembangan sejarah, fungsi tersebut tampak tidak mengalami perubahan, tetapi derajat kualifikasinya yang berubah. Jika dalam masyarakat berburu atau agraris yang sederhana, memperbanyak anak adalah tonggak pertahanan utama kekuatan suatu masyarakat, maka dalam masyarakat modern persoalan itu telah lama diselesaikan oleh kemajuan di bidang teknologi dan diplomasi. Fungsi pelestarian fisikal sebuah generasi, yang semula merupakan otoritas sebuah keluarga, telah digeser oleh kekuatan lain. Dengan demikian fungsi sebuah keluarga untuk menjaga kelangsungan generasi dalam sebuah masyarakat telah bergeser kepada fungsi yang lebih kualitatif. Keluarga tidak lagi sekedar istitusi yang memberikan fasilitas pemenuhan makanan bergizi yang bersifat lahiriah, tetapi lebih dari itu, yaitu pemenuhan “gizi batiniah”. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;font-family:trebuchet ms;"><span style="" lang="IN">Di dalam keluarga bermukim manusia, makhluk yang sarat dengan misteri. Ia adalah puncak penciptaan Sang Khalik, demikian tinggi ia diposisikan sebagai khalifah hingga membuat Iblis iri dan mengingkari ketentuan-Nya. Ya, Iblis tak mampu memahami realitas yang disebut manusia, bahkan malaikat pun mempertanyakan esensi kenapa harus diciptakan makhluk bernama manusia (Q 2:30),<i style="">” ...mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?...”</i> Dalam pandangan kaum arif, sebagaimana dituangkan dalam Qur’an 2: 31-32, bahwa iblis dan malaikat mengakui ketidakmampuan dirinya, ..<i style="">” Kami hanya mengetahui apa yang telah Engkau ajarkan, kami hanya memahami apa yang telah Engkau berikan, ciptaan kami adalah hasil karya-Mu, pengetahuan dan visi kami hanyalah rahmat-Mu, Apa yang telah Engkau tunjukkan kepada kami, kami tahu – apa yang di luar itu – kami tidak tahu...</i><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><span style="" lang="IN">Adam adalah keseluruhan, yang lainnya adalah bagian. Segala sesuatu dalam bagian dijumpai dalam keseluruhan, tapi bagian tak bisa mencakup keseluruhan. Tak satu bagian pun benar – benar bisa memahami keseluruhan, tapi keseluruhan tahu situasi setiap bagian. Kala keseluruhan mengetahui dirinya sendiri maka semua bagian menjadi objek pengetahuannya. Tapi jika bagian mengetahui dirinya sendiri ia tidak bisa mengetahui lebih dari dirinya sendiri – sekalipun ia mengetahui dirinya sendiri ia tetap tak mengetahui bagian lainnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><span style="" lang="IN">Apakah seorang anak Adam itu? Barzakh yang serba meliputi, bentuk ciptaan dan Zat yang Mahabenar ada di dalamnya; Transkipsi menyeluruh, memaklumkan Esensi Hakiki dan sifat-sifat suci-Nya; Berhubungan dengan kelembutan – kelembutan dan dan Ketakterbandingan, berupa realitas – realitas dalam kerajaan; Diri batiniahnya tenggelam dalam samudera Kesatuan, diri lahiriahnya kekeringan di pantai perpisahan. Tak satupun dari sifat – sifat Allah tak termanifestasikan dalam esensi-Nya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><span style="" lang="IN">Dia Maha Mengetahui, Maha Mendengar, dan Maha Melihat, Maha Berbicara dan Berkenhendak, Maha Hidup dan Maha Kuasa. Begitu pula dengan realitas – realitas dalam kosmos, masing – masing terejawantah di dalamnya. Entah wilayah – wilayah samawi atau unsur – unsur, mineral –mineral, tumbuh –tumbuhan, atau hewan – hewan. Tertulis di dalamnya bentuk kebaikan dan kejahatan, Bercampur di dalamnya kebiasaan setan dan hewan – hewan tunggangan. Kalaulah dia bukan bukan cermin Wajah Abadi, mengapa para malaikat bersujud di hadapannya? ...Dia adalah refleksi keindahan Kehadiran Suci. Jika iblis tak bisa memahami ini, apa yang menjadi masalah? Semua yang tersembunyi dalam Khazanah Tersembunyi Allah tampakkan dalam diri Adam.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><span style="" lang="IN">Menikah, bukan sekedar tuntutan lahiriah dan berkaitan dengan pemuasan hubungan seksual sepasang suami istri dalam koridor halal. Menikah juga berarti komitmen untuk membangun rumahtangga, yang kelak di dalamnya akan lahir jiwa – jiwa yang relatif suci dari prasangka dan kotornya duniawi. Anak – anak memang jiwanya sepenuhnya masih di langit, baginya belajar adalah bermain dan bermain adalah belajar. Ketika ia bermain dengan mobil kecilnya, melewati jembatan yang ia buat dengan temannya, dan kemudian terpeleset dan terguling mobil kecilnya, ia hanya tertawa gembira. Ketika di saat lain ia bermain “pasar – pasaran” ia kemudian salah satu temannya merebut seluruh uang kecilnya ia pun cuma menangis sesaat untuk kemudian larut kembali dalam gelak tawa dengan teman-temannya. Bagi si anak, tidak ada hari kemarin, esok dan lusa. Pun si anak tidak mengalami resiko apapun ketika mobilnya terguling, uangnya direbut. Bagaimana dengan kita manusia dewasa? Di manakah kita? Kita berada di bumi kebutuhan, bumi keterbatasan ...meniti panjangnya nafas sendiri, entah sampai kapan?<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><span style="" lang="IN">Saya sepakat dengan Mbak Mir, bahwa menjadi orangtua berarti proses melangit, karena kita harus menjemput jiwa anak yang masih melangit untuk turun dalam bumi kesadaran, bumi kebutuhan. Ketika anak sekolah, kita mengajarkan resiko : mendapat nilai baik atau buruk, naik kelas atau tinggal kelas, lulus dan tidak lulus. Sehingga kelak ketika ia dewasa mampu melampaui resiko yang lebih besar. Kelak ia akan dihadapkan pada resiko penganggguran, PHK, dan sejenisnya. Namun semua resiko itu masih bisa dijawab, resiko pengangguran bisa diantisipasi dengan belajar sungguh-sungguh, mendapatkan pekerjaan yang bagus dan bekerja dengan tekun. Resiko sakit bisa diatasi dengan dokter dan obat, juga dengan alternatif lain seperti herbal, akupuntur, pijat dan lainnya. Resiko jiwa bisa dijawab dengan konsultasi pada psikolog atau mencari nasehat ulama, mengikuti pengajian, berdoa dengan shalat juga, bukankah ada sajadah dan Qur’an. Tapi bagaimana jika itu belum cukup? Ketidakmampuan menemui Tuhan, mengenal-Nya, merindu-Nya, jatuh cinta kepada-Nya, ikhlas atas segala kehendak-Nya – bukankah itu resiko terberat yang akan ditanggung oleh setiap anak-cucu Adam. Dan itulah tugas terberat sepasang orangtua bagi anak-anaknya, mendidik mereka, menjemput mereka dari langit dan mengantarkan mereka kepada kesadaran fitri, sebuah kerinduan pada perjanjian dalam alam alastu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><span style="" lang="IN">Dan tugas mendidik bagi orangtua adalah tugas yang tidak mengenal akhir hingga ajal menjemput. Dikatakan tugas terberat karena mendidik mereka berarti “mendidik diri” karena tidak mungkin lahir anak jujur dari orangtua dan lingkungan masyarakat pendusta. Tidak mungkin lahir anak-anak yang cinta damai dan pemaaf jika orangtua dan masyarakatnya yang gemar berkelahi berebut isi perut, berebut kekuasaan, dan ini hanya akan menyuguhkan ajaran kekerasan. Tidak pula akan lahir anak –anak yang selalu rindu pada kelezatan dzikir dan kebahagiaan tulus disaat berbagi dengan sesamanya, ya...tidak akan lahir dari orangtua yang hanya mampu mengingat-Nya di kala sempat. Apalagi sat ini pendidikan semakin dikaburkan dari esensinya, sehingga pendidikan diidentikkan sekolah an sich, pendidikan hanya diukur dengan nilai rapor sekolah, nilai ujian kelulusan, pendidikan hanya dinilai dari seberapa besar mampu memberi akses kepada jenis pekerjaan – pekerjaan yang akan mengalirkan rupiah/dollar berlimpah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><span style="" lang="IN">Keikhlasan, kesederhanaan, kejujuran, keakraban, kesetiaan, kasih sayang dan nilai-nilai luhur yang memperkaya hati, memperkaya jiwa semakin digusur dari dunia pendidikan. Bintang kelas hanya bagi mereka yang memiliki angka-angka mendekati sempurna, ranking satu. Saya belum menemui ada anak menjadi bintang kelas karena kejujurannya. Tugas pendidikan juga telah disempitkan maknanya, bahwa saat ini adalah tugas guru, tugas sekolah. Orangtua justru semakin terpenjara dengan rutinitas kerjanya, hingga waktu bagi sang anak tinggallah sisa waktu, sisa energi dan sisa perhatian. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><span style="" lang="IN">Bagi setiap insan yang akan memasuki gerbang pernikahan, sudahkah memikirkan ini? Mengingat anak muda sekarang semakin diharubiru oleh budaya permisif – serba boleh, dan hedonis (menomorsatukan kesenangan yang bersifat sementara/nisbi). Budaya pacaran seolah adalah kewajiban dan pintu yang mutlak dilewati sebelum memasuki gerbang pernikahan. Adakah pacaran mengokohkan keikhlasan, kesederhanaan, kejujuran, kesetiaan? Adakah pacaran menjernihkan hati, membeningkan jiwa, meningkatkan kelezatan dzikir pada Allah? Adakah pacaran menghantarkan pasangan menjadi semakin jatuh cinta pada-Nya, tunduk pada-Nya, menjauhi larangan-Nya,<span style=""> </span>ikhlas atas segala kehendak-Nya? Pantas saja saat ini lahir masyarakat yang korup, hedonis, berbudaya permisif, memuja kekuasaan dan pasar. Karena arsitek-arsitek miniatur masyarakat ini merintis bangunan keluarga dengan senang-senang dan kedangkalan pikiran, jujur saja mayoritas pacaran diisi dengan kegiatan jalan-jalan, shopping ke mall, wisata pantai, dan sejenisnya. Jarang ada pacaran diisi kegiatan mengunjungi saudara yang kekurangan dan bersedekah, atau dengan mengikuti pengajian, seminar? Karena pacaran bagi anak muda sekarang tidak diorientasikan sebagai tahap terakhir menuju jenjang pernikahan, pintu menuju pencerahan spiritual. Mungkin tak ada pacaran yang masing-masing pribadi berusaha keras menghadirkan Tuhan di antara keduanya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><span style="" lang="IN">===================<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><i style=""><span style="" lang="IN">Duka derita duka laraku di dunia<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><i style=""><span style="" lang="IN">Tidaklah aku sesali juga tak akan aku tangisi<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><i style=""><span style="" lang="IN">Sesakit apapun yang kurasakan dalam hidupku<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><i style=""><span style="" lang="IN">Semoga tak membuatku kehilangan jernih jiwaku<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><i style=""><span style="" lang="IN">Andaikan dunia mengusir aku dari buminya<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><i style=""><span style="" lang="IN">Tak akan aku merintih juga tak akan aku mengemis<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><i style=""><span style="" lang="IN">Ketidakadilan yang ditimpakan oleh manusia<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><i style=""><span style="" lang="IN">Bukanlah alasan bagiku untuk membalasnya<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><i style=""><span style="" lang="IN">Asalkan karena itu <o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><i style=""><span style="" lang="IN">Tuhan menjadi sayang padaku<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><i style=""><span style="" lang="IN">Segala kehendak-Nya<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><i style=""><span style="" lang="IN">Menjadi surga bagi cintaku<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><i style=""><span style="" lang="IN">Bukanlah apa kata manusia<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><i style=""><span style="" lang="IN">Yang kuikuti <o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><i style=""><span style="" lang="IN">Tetapi pandangan Allah Tuhanku<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><i style=""><span style="" lang="IN">Yang kutakuti<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><i style=""><span style="" lang="IN">Ada tiadaku<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><i style=""><span style="" lang="IN">Semata – mata milik-Nya jua<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><i style=""><span style="" lang="IN">Ada tiadaku<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><i style=""><span style="" lang="IN">Semata – mata milik-Nya jua<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family:trebuchet ms;"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p>Keluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-58557567018835299002008-09-16T10:31:00.000+07:002008-11-26T05:38:46.432+07:00BERSENDIRISuatu malam, dalam dialog imajinernya,<br /><p style="font-family:trebuchet ms;"><span class="fixed_width"> seorang murid menyatakan kepada gurunya, bahwa ia baru saja sampai pada titik esensial feminitasnya.<br /></span></p><p style="font-family:trebuchet ms;"><span class="fixed_width"> Titik itu didapatnya setelah serangkaian dialog yang dilakukannya…….<br />dengan pepohonan, jalanan dan akhirnya dinding-dinding di dalam hatinya sendiri.<br />Bukan, ia bukan tidak punya kawan.<br />Ia sebetulnya memiliki banyak teman dan saudara, yang selalu siap menawarkan jasa yang murni berdasarkan hubungan yang tulus, atau paling tidak, hubungan saling menguntungkan, yang selama ini telah terbangun.<br />Tetapi yang tidak dimilikinya hanya satu…….pasangan hati.<br /></span></p><p style="font-family:trebuchet ms;"><span class="fixed_width"> Ketika itu, dalam sebuah perjalanan, ia juga telah menemukan sebuah mesjid yang teguh, teduh dan begitu menarik untuk persujudan kejerian hatinya,……tetapi ia kemudian tersadar….bahwa masjid itu terlalu suci baginya. Ia sedang datang bulan.<br />Dan ditemukannya dirinya terhenyak di tepi jalan yang kosong, dengan darah yang keluar dari dinding-dinding hatinya yang berguncang, yang pelan tapi pasti, rata dengan tanah.<br /></span></p><p style="font-family:trebuchet ms;"><span class="fixed_width"> Takut menghujat Tuhan, sempat juga ia sampai pada puncak kemarahannya, yang berbalik dalam sepersekian detik menjadi permohonan ampun yang mendalam, bagi keteguhan imannya yang kemudian disadarinya telah runyam.<br /></span></p><p style="font-family:trebuchet ms;"><span class="fixed_width"> Ia memang perempuan. Luar dalam.<br />Sulitnya, Ia tidak punya lagi cukup keberanian dan tenaga untuk menolak kenyataan.<br />Beginilah titik nadir feminitas perempuan itu, bias dijabarkan dengan serangkaian kenyataan internal yang paradoksal.<br /></span></p><p style="font-family:trebuchet ms;"><span class="fixed_width"> Ia ingin tertawa tetapi hatinya pedih.<br />Ia ingin menyelesaikan kepedihannya……tetapi ia tidak ingin kepedihannya memedihkan orang lain.<br />Ia ingin berdialog, tetapi yang bisa menjawab hanya air yang keluar dari matanya sendiri.<br />Ia ingin dikuatkan oleh Tuhan, tetapi ia pikir kesucian menolaknya……<br />Dan ia menemukan dirinya menjadi lemah dibawah lemah.<br /></span></p><p style="font-family:trebuchet ms;"><span class="fixed_width"> Dan dialog itu pun terjadi :<br />“Jika saya tertawa, saya tahu itu adalah pemberian bagi lingkungan, tetapi juga kebohongan bagi kenyataan internal saya. Sungguh ingin saya temukan orang tempat saya bias mencurahkan kejerian hati saya dengan jujur. Anehnya, sapaan-sapaan simpati yang saya terima membentur dinding hati.<br />Sebaliknya, hati saya merindukan dialog yang ternyata monolog.<br />Keriuhan internal ini membuat saya capai.<br />Jadi bagaimana, ya Mursyid ?”<br />“Bersendiri. Bukan menyendiri, tetapi bersendiri,” tegas gurunya.<br />“Wakilkan seluruh derita kepada Tuhan.<br />Serahkan kepadaNYA.<br />Ketika tidak ada lagi dinding yang kuat untuk bersandar, Tuhan itu cukup”<br />Jadi kesimpulannya, ia tidak boleh dan memang tidak mungkin lagi berkeinginan.<br /></span></p><p style="font-family:trebuchet ms;"><span class="fixed_width"> Bersendiri, menurut An-Nifari yang dibahaskan kembali oleh Muhammad Zuhri, adalah kenyataan yang berbeda dengan menyendiri, kerena bersendiri adalah kenyataan internal yang ditemukan. Ketika itu, kata-kata tidak bisa lagi memecahkan apapun. Airmata apalagi, yang menjadi kering bersamaan dengan habisnya tenaga untuk menangis.<br /></span></p><p style="font-family:trebuchet ms;"><span class="fixed_width"> Ketika itu, hati memang minta diistirahatkan dalam pelukan keabadian, yakni ALLAH sendiri.<br />Biarkan ALLAH saja yang menjadi kekuatan, menjadi sisi “maskulin” yang menggenapkan. Dan itu yang ingin saya lakukan sekarang.<br /> ALLAHU ROBBUL IZZATI, ALLAHU ROBBANA, ALLAHU MALIKI, ALLAHU AKBAR……………………<br /></span></p><span class="fixed_width" style="font-family:Courier,Monospaced;"> by. Miranda Risang Ayu </span>Keluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1469857474377510745.post-69171324196191390302008-09-10T00:57:00.000+07:002010-01-25T18:16:10.861+07:00Ayyu Antum Qaumin ; manusia macam apakah saya..?Ayyu antum qaumin? Hendak menjadi manusia macam apakah kamu nanti...jika engkau sudah menjadi pemenang? inilah pertanyaan Rasululullah kepada para sahabat saat secara jumlah umat islam masih sangat sedikit. Sebuah pertanyaan tentang 'makna keberadaan diri seseorang", sebuah pertanyaan tentang orientasi diri, sebuah orientasi kesejatian. banyak di antara kita yang seolah tidak memiliki waktu untuk menilik lebih dalam, manusia macam apakah saya? para pemburu hartakah? para pemburu kesenangan? para pendusta? atau..atau...atau. banyak di antara kita memperlakukan karunia Allah swt begitu posesif, ingin menikmati sepuasnya dan memiliki selamanya dan takut kehilangan. Sindiran Miranda, mengapa kita hanya terpesona melihat ombak air danau yang gemerlap tertimpa cahaya purnama, padahal bukankah lebih indah cahaya purnama sendiri, dan lebih indah lagi cahaya matahari. Karena hakikatnya keindahan ombak danau itu nihil jika tidak ada cahaya purnama, dan sejatinya cahaya purnama itu "omong kosong", karena bulan tidak bercahaya, yang bercahaya justru matahari. .... so..benar nasihat nabi bagi kaum anshar yang merasa iri ketika kaum muhajirin mendapatkan harta rampasan perang, sedang mereka hanya bersama nabi. Rasulullah bersabda, 'Bukankah Allah dan aku cukup bagi kalian?"....wallahu a'lam bishshawabKeluarga Trisnadi-Aisyahhttp://www.blogger.com/profile/02278078476716360248noreply@blogger.com0